scribo ergo sum

Kamis, 20 Desember 2018

Bukan Sekadar Lihat Wajah

11:36 Posted by wiwien wintarto No comments

Apa yang biasa kita lakukan tiap hari selain bernapas, makan, minum, dan tidur? Yap, tak lain tak bukan adalah bercakap-cakap. Mirip film drama yang mostly hanya berisi percakapan, hidup kita pun mayoritas hanya berisi dialog antara kita dengan tokoh-tokoh lain. Ada sedikit selingan berupa aksi dan kegiatan, tapi kebanyakan slot waktu hdup keseharian tetap saja akan berisi percakapan.
Dari berbagai tipe percakapan, obrolan adalah yang kita pakai mendefinisikan keakraban kita dengan seseorang. Kan memang kita hanya bisa dekat dengan orang yang obrolannya nyambung sama kita. Dan itu termasuk dalam dialektika soal asmara. Upaya mendekati seseorang akan lebih mudah dilakukan lewat sesi-sesi obrolan, ketimbang dengan berbagai jurus “penaklukan”.

Senin, 17 Desember 2018

Ketika Tokoh Sejarah Terlalu Lempeng

11:20 Posted by wiwien wintarto 1 comment
Paus Sixtus IV (1414-1484) terang adalah tokoh sejarah. Namun dalam serial Da Vinci’s Demons produksi BBC, ia dipaparkan melakukan banyak kejahatan dan kemaksiatan. Ia mendalangi banyak aksi pembunuhan dan terlibat tindakan homoseksualitas dengan para remaja di Vatikan. Belakangan terkuak bahwa yang jahat tak lain adalah saudara kembar sang paus, yang mengurung Paus yang asli di penjara bawah tanah Castel Sant’Angelo di kota Roma.
Ia adalah contoh ketika salah satu karakter sejarah yang berkedudukan mulia sebagai pemuka agama digambarkan beda jauh dari posisinya yang luhur di masyarakat global hingga kini. Meski akhirnya terkuak bahwa aktor intelektualnya bukanlah sang Paus asli, itu tak mengurangi keberanian tim produksi Da Vinci’s Demons yang dikomandani David S. Goyer dalam memotret tokoh satu ini secara beda.

Selasa, 11 Desember 2018

Melodrama Rasa Thriller

11:15 Posted by wiwien wintarto No comments
Dengan cara bagaimanakah kita menikmati rendang? Apakah melulu hanya dengan nasi dan sambal hijau serta daun singkong yang berteksur lembut? Bagi seorang chef kelas mahir, yang menganggap dunia kuliner adalah seni, sesuatu bisa menjadi apa saja tergantung tingkat inovasi dan kreativitas. Dan persis seperti itulah yang dicontohkan Sandra Brown, setidaknya melalui novel berjudul Deadline ini.
Dengan versi Bahasa Indonesia diberi judul Tenggat Waktu, buku ini berkisah soal tugas liputan penting wartawan News Front, Dawson Scott, yang mengubah hidupnya. Ia harus menulis artikel tentang kasus pembunuhan yang dituduhkan pada Willard Strong, sesuatu yang awalnya ia anggap sama sekali tidak urgen. Willard didakwa membunuh istrinya, Darlene, dan selingkungan sang istri, Jeremy Wesson.

Sabtu, 08 Desember 2018

Karena Tulisan Bagus Saja Tak Cukup

11:06 Posted by wiwien wintarto No comments
Pada era medsos ini, akan mudah bagi kita untuk menjumpai tulisan-tulisan bagus bertebaran di mana-mana, baik itu di Facebook, Twitter, Instagram, maupun blog. Tulisan-tulisan itu sangat kreatif karena memotivasi, menggugah, menjengkelkan, atau berisi humor-humor yang sangat lucu meski receh. Setelah mendapat begitu banyak atensi dan respon, tulisan-tulisan itu pun kemudian viral.
Pengunggah tulisan-tulisan viral itu kemudian dikenal luas sehingga menjelma selebritas. Dan berhubung yang mereka geluti bagaimanapun adalah produk seni menulis, wajar bila mereka kemudian berpikir pasti akan bisa jadi penulis yang berkelas, terutama untuk menulis buku fiksi. Logika awam pun menyatakan demikian. Siapapun yang memiliki tulisan bagus, pasti akan dengan mudah bergerak makin dalam untuk menulis buku.
Benarkah demikian?

Kamis, 01 November 2018

Dari Young Adult ke Cerita Silat

21:57 Posted by wiwien wintarto No comments

Terkadang sebuah buku lahir dari ketidakpuasan dan rasa penasaran terhadap buku lain. Novel teranyarku ini, Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala, barangkali tak akan ada tanpa satu buku lain dari tahun 2010 yang membuatku mangkel. Ia berkisah soal para ksatria, namun tak memuat satu pun adegan laga. Alih-alih, para tokohnya malah sibuk drama dan bertangisan.

Rabu, 11 Juli 2018

"Discovery", Star Trek yang Beda

10:56 Posted by wiwien wintarto No comments
(Foto: CBS)

Judul Star Trek sudah menjadi legenda di kalangan pencinta fiksi ilmiah dan petualangan luar angkasa. Selama setengah abad sejak serial perdana serial Star Trek mengudara tahun 1966 (Star Trek: The Original Series), telah muncul banyak judul serial sempalan dan juga berseri-seri film layar lebar. Setelah sekian lama, tak heran inovasi dan pembaruan diperlukan tiap kali satu judul baru Star Wars muncul. Dan itu diaplikasikan oleh produk terbaru waralaba media satu ini, yaitu Star Trek: Discovery.

Rabu, 20 Juni 2018

"Pengabdi Setan" dan Salfok

11:05 Posted by wiwien wintarto No comments
(Foto: kapanlagi.com)

Di dalam kamus anak gaul zaman now terdapat suatu istilah yang disebut salfok. Ini merupakan kependekan dari salah fokus, digunakan dalam keadaan ketika pada kita dipaparkan sesuatu namun kita malah justru lebih memperhatikan hal printilan yang tidak urgen dari hal tersebut. Misal ada foto cewek cantik tapi kita justru lebih tertarik pada pot bunga di pojok belakang foto. Situasi yang sama terjadi saat aku menonton film Pengabdi Setan arahan Joko Anwar.

Selasa, 15 Mei 2018

"The Punisher" dan Level Baru Superhero

11:12 Posted by wiwien wintarto No comments
(Foto: Comic Confidential)

Kelebihan utama kisah superhero masa kini, terutama dalam MCU alias Marvel Cinematic Universe, adalah pada sisi dekonstruksi sosok kepahlawanannya itu. Para manusia super tak lagi dipotret sebagai selebritas penuh gaya berkostum manyala, yang begitu muncul semua masalah terselesaikan, namun semata orang yang menonjol berkat sesuatu yang bisa ia lakukan dengan sangat baik. Di luar itu, ia tetaplah manusia biasa.

Minggu, 18 Maret 2018

Standar Jelek Marvel

11:26 Posted by wiwien wintarto No comments
(Foto: Vox)
Ada suatu perasaan yang aneh saat aku menonton dua episode awal serial Marvel Inhumans yang di Amrik sana tayang melalui jaringan TV ABC. Semacam perasaan hampa, hambar, dan tak tertarik untuk lanjut nonton karena tak merasakan koneksi sama sekali dengan perjuangan tokoh-tokohnya. Begitu aku lihat rating Rotten Tomatoes, perasaan anehku terkonfirmasi.

Rabu, 14 Maret 2018

Tokoh yang "Wajib" Mati

11:36 Posted by wiwien wintarto No comments
(Foto: Wikipedia)

Usai nonton Battle of Surabaya, satu pertanyaan muncul di benakku: mengapa tokoh-tokoh utama film perjuangan ’45 tak pernah lulus selamat hingga ending title? Selalu ada yang mati. Harus ada yang gugur. Dan gugurnya pasti dramatis—masih sempat berkata terbata-bata terengah dan mengepalkan tinju “Mmee...rr..dee..kaah...!” sebelum menghembuskan napas terakhir.