scribo ergo sum

Senin, 13 April 2015

Kinanti Featuring Arantxa

11:48 Posted by wiwien wintarto No comments

Saat ngomongin soulmate alias belahan jiwa, pasti topik obrolan langsung tertuju ke sosok yang jadi (atau akan dijadikan) suami or istri. Saat KD nikah dengan Anang, dikatakan bahwa mereka adalah belahan jiwa satu sama lain. Nah, sekian tahun kemudian, saat mereka cerai, apakah status kebelahanjiwaan mereka batal? Atau apakah mereka sebenarnya memang bukan soulmate for each other—hanya kebetulan pernah barengan ke KUA?
Padahal, namanya juga jiwa yang dibelah, pastilah langgeng dan tak terpisahkan—sepanjang jiwanya masih ada. Status itu ada bukan karena suatu peristiwa, melainkan karena telah lulus ujian waktu. Telah terbukti dan teruji dalam rentang waktu yang tidak sebentar. Berangkat dari premis ini, maka adalah nyata bahwa istilah belahan jiwa tak sesempit urusan romantisme dan per-KUA-nan.

Sahabat yang langgeng sedari SD sampai cucunya masuk SD, adalah soulmate juga. Rekan bisnis yang klop dan tak terpisahkan seperti Arrow dan Arsenal adalah belahan jiwa pula. Intinya, belahan jiwa adalah seseorang yang penyatuan dengannya mengubah hidup, dan kebersamaan itu bertahan dalam jangka waktu lama serta tak terbayang bakal pisah.
Novel ketigabelasku ini, Kinanti Featuring Arantxa, bicara soal itu. Alkisah tersebutlah seorang gadis kaya raya yang hidupnya tak jelas bernama Arantxa. Pada suatu ketika, orang tuanya merekrut seorang gadis desa bernama Kinanti untuk tinggal di rumah itu sebagai pembantu sekaligus dikuliahkan di kota Semarang.
Awalnya kecanggungan jelas muncul di antara mereka, berhubung latar belakang keduanya sangat bertolak belakang. Namun satu kali momen indah di depan piano milik ayah Ara saat Kinan main piano dan Ara nyanyi lagu Only Hope-nya Mandy Moore mengubah segalanya.
Barulah sesudah itu mereka sama-sama tahu bahwa mereka ternyata sangat bertalenta dalam hal bermusik. Kinan sebagai musisi, dan Ara sebagai vokalis. Lalu, itu meruntuhkan tembok tebal di antara mereka. Kinan dan Ara menjelma menjadi best friend soulmate dalam sekejap, dan Kinan cair sekali memasuki dunia pergaulan Ara yang sangat berbeda dari dunianya selama ini.
Ia bertemu Rendra yang drop out kuliah dan punya cita-cita sinting; Theo (dijuluki DB alias Dragon Breath karena napasnya bau!) yang culun dan naksir berat pada Ara; serta Bella yang sudah lama suka pada Rendra dan hendak dijadikan target rencana sinting pemuda itu. Dan rangkaian banyak peristiwa akhirnya membawa mereka bertemu dengan orang yang kemudian mengangkat mereka ke dapur rekaman.
Kinanti adalah soulmate buat Ara, dan demikian pula sebaliknya. Sendiri-sendiri, mereka bukan apa-apa. Namun begitu berpadu, hidup seketika berubah saat mereka bisa menghasilkan sesuatu yang keren sebagai Kinanti Featuring Arantxa. Seperti itulah guna soulmate buat kita: benar-benar mengubah hidup, dan bukan hanya status.
Mereka mengingatkan kita bahwa belahan jiwa itu ada bagi masing-masing dari kita, dan muncul dalam banyak sosok—tidak harus yang kelak akan dinikahi. Dan kadang-kadang, sebagaimana Kinan, mereka muncul dalam wujud yang tak dengan seketika gampang dikenali.
Para soulmate tidak datang dengan papan nama di dada, atau surat tugas, atau certificate of authenticity. Jadi kita juga tak boleh lelah untuk menaruh kebaikan pada siapapun yang datang pada kita, kalau-kalau dialah sang belahan jiwa. Seumpamanya pun enggak, well, kindness wouldn’t left unpaid. Akan ada balasan untuk tiap kebaikan, meski datangnya bisa dari arah-arah berbeda yang sama sekali tak terduga.
Kinanti Featuring Arantxa sudah ada di toko buku mulai Senin ini, 13 April. Novel ini unik karena cerita aslinya hanya berlangsung dalam berita internet, yaitu saat Kinanti Featuring Arantxa sudah go international pada masa kini dan bakal konser di Stadion Wembley, London. Berikutnya, mulai prolog hingga epilog tak lebih dari sekadar kisah flashback dari dua tahun sebelumnya saat Kinan dan Ara ketemu hingga ketika mereka akan memulai proses rekaman.
Biasanya aku sangat nggak menyukai flashback. Saat memberitahu pembaca mengenai kejadian-kejadian penting dari masa lalu, aku lebih suka mengisahkannya full lewat dialog para tokoh (di The Rain Within, Dunia Dini, Grasshopper, dan Gombel) daripada me-“rekonstruksi”-nya lewat adegan flashback mirip di serial Arrow. Namun di KFA, satu novel justru isinya flashback tok.
KFA kutulis mulai tahun 2010. Tak ada kendala dalam penggarapannya. Tantangan justru muncul sesudah naskah masuk editor untuk direvisi. Setelah dibaca Didiet Prihastuti, sang editor, dia berpendapat bahwa cerita KFA terlalu dewasa untuk segmen yang kutuju, yaitu Teenlit. Adanya adult content dan penyebutan narkoba membuat naskah ini nggak cocok dengan pembaca Teenlit GPU.
Salah satu solusinya adalah “menaikkan” kelas usianya ke segmen Metropop. So, Kinan, Ara, Rendra, dan DB yang tadinya masih SMA harus dituakan ke level para pekerja muda, minimal berumur 24-25 tahun. Meski agak sedih karena belum bisa nambah perbendaharaan buku Teenlit-ku jadi tiga, tetap kusambut antusias tantangan itu.
Mengubah usia tokoh jadi tujuh atau delapan tahun lebih tua sepintas gampang, tapi ternyata tak segampang mengubah angka. Banyak hal harus ikut diganti, seperti omongan, pemikiran, harapan, mimpi-mimpi, aktivitas, serta topik pembicaraan. Maka revisinya lumayan lama, hampir dua minggu, karena terdapat cukup banyak elemen yang harus diubah.
Selain soal soulmate, topik diskusi lain di KFA adalah mengenai momen penting dalam hidup yang muncul lewat “sumbangsih takdir”. Tidak melulu berkat kedahsyatan diri kita, melainkan melalui aneka macam kejadian yang tak saling berkaitan namun kemudian bertemu dan membentuk apa yang sering kita sebut kesuksesan itu.
Betul Ara dan Kinan sangat berbakat dalam musik sesuai bidang masing-masing, namun mereka tak akan bisa menaklukkan Stadion Wembley jika tidak ada berbagai kejadian saling lepas yang berkelindan untuk mempertemukan mereka dengan DJ Ads. Dari sejak Pak Pandi juragan bebek, kue moci, hingga sambel setan dan Sena.
Apa? Sena!?
Ya, ada kemunculan cameo Sena Firmansyah di novel ini. Sena yang sama dengan yang pernah memacari Ciara Rahmamurti di The Supper Club. Wah, apakah Sena masih hidup dan nggak jadi dimasak? Atau apa dia akan balikan lagi sama Ciara? Tak ada jalan lain untuk tahu selain hanya dengan beli. Inget ya, beli! Jangan pinjem!
Pada akhirnya, membaca novel ini akan membuat kita diingatkan pada kata-kata bijak dari game Zuma: “Luck often comes to the man who doesn’t include it in his plan”…
Jika fokus saja pada kerja keras, maka keberuntungan akan mengikuti. Namun jika semata berharap pada keajaiban, kita akan lupa untuk bekerja keras. Dan bicara soal belahan jiwa, sedang ada kuisnya di laman Temanduduk (http://temanduduk.com) lho. Hadiahnya buku ini.

0 komentar:

Posting Komentar