Saat ngomongin
soulmate alias belahan jiwa, pasti
topik obrolan langsung tertuju ke sosok yang jadi (atau akan dijadikan) suami or istri. Saat KD nikah dengan Anang,
dikatakan bahwa mereka adalah belahan jiwa satu sama lain. Nah, sekian tahun kemudian,
saat mereka cerai, apakah status kebelahanjiwaan mereka batal? Atau apakah mereka
sebenarnya memang bukan soulmate for each
other—hanya kebetulan pernah barengan ke KUA?
Padahal,
namanya juga jiwa yang dibelah, pastilah langgeng dan tak terpisahkan—sepanjang
jiwanya masih ada. Status itu ada bukan karena suatu peristiwa, melainkan karena
telah lulus ujian waktu. Telah terbukti dan teruji dalam rentang waktu yang
tidak sebentar. Berangkat dari premis ini, maka adalah nyata bahwa istilah belahan
jiwa tak sesempit urusan romantisme dan per-KUA-nan.
Sahabat yang
langgeng sedari SD sampai cucunya masuk SD, adalah soulmate juga. Rekan bisnis yang klop dan tak terpisahkan seperti
Arrow dan Arsenal adalah belahan jiwa pula. Intinya, belahan jiwa adalah seseorang
yang penyatuan dengannya mengubah hidup, dan kebersamaan itu bertahan dalam
jangka waktu lama serta tak terbayang bakal pisah.
Novel ketigabelasku
ini, Kinanti Featuring Arantxa,
bicara soal itu. Alkisah tersebutlah seorang gadis kaya raya yang hidupnya tak
jelas bernama Arantxa. Pada suatu ketika, orang tuanya merekrut seorang gadis desa
bernama Kinanti untuk tinggal di rumah itu sebagai pembantu sekaligus
dikuliahkan di kota Semarang.
Awalnya kecanggungan
jelas muncul di antara mereka, berhubung latar belakang keduanya sangat bertolak
belakang. Namun satu kali momen indah di depan piano milik ayah Ara saat Kinan
main piano dan Ara nyanyi lagu Only Hope-nya
Mandy Moore mengubah segalanya.
Barulah sesudah
itu mereka sama-sama tahu bahwa mereka ternyata sangat bertalenta dalam hal bermusik.
Kinan sebagai musisi, dan Ara sebagai vokalis. Lalu, itu meruntuhkan tembok tebal
di antara mereka. Kinan dan Ara menjelma menjadi best friend soulmate dalam sekejap, dan Kinan cair sekali memasuki
dunia pergaulan Ara yang sangat berbeda dari dunianya selama ini.
Ia bertemu Rendra
yang drop out kuliah dan punya cita-cita sinting; Theo (dijuluki DB alias
Dragon Breath karena napasnya bau!) yang culun dan naksir berat pada Ara; serta
Bella yang sudah lama suka pada Rendra dan hendak dijadikan target rencana
sinting pemuda itu. Dan rangkaian banyak peristiwa akhirnya membawa mereka bertemu
dengan orang yang kemudian mengangkat mereka ke dapur rekaman.
Kinanti adalah
soulmate buat Ara, dan demikian pula
sebaliknya. Sendiri-sendiri, mereka bukan apa-apa. Namun begitu berpadu, hidup
seketika berubah saat mereka bisa menghasilkan sesuatu yang keren sebagai
Kinanti Featuring Arantxa. Seperti itulah guna soulmate buat kita: benar-benar mengubah hidup, dan bukan hanya
status.
Mereka mengingatkan
kita bahwa belahan jiwa itu ada bagi masing-masing dari kita, dan muncul dalam
banyak sosok—tidak harus yang kelak akan dinikahi. Dan kadang-kadang, sebagaimana
Kinan, mereka muncul dalam wujud yang tak dengan seketika gampang dikenali.
Para soulmate tidak datang dengan papan nama
di dada, atau surat tugas, atau certificate
of authenticity. Jadi kita juga tak boleh lelah untuk menaruh kebaikan pada
siapapun yang datang pada kita, kalau-kalau dialah sang belahan jiwa. Seumpamanya
pun enggak, well, kindness wouldn’t left unpaid. Akan ada
balasan untuk tiap kebaikan, meski datangnya bisa dari arah-arah berbeda yang
sama sekali tak terduga.
Kinanti
Featuring Arantxa sudah ada di
toko buku mulai Senin ini, 13 April. Novel
ini unik karena cerita aslinya hanya berlangsung dalam berita internet, yaitu
saat Kinanti Featuring Arantxa sudah go
international pada masa kini dan bakal konser di Stadion Wembley, London. Berikutnya,
mulai prolog hingga epilog tak lebih dari sekadar kisah flashback dari dua tahun sebelumnya saat Kinan dan Ara ketemu
hingga ketika mereka akan memulai proses rekaman.
Biasanya aku
sangat nggak menyukai flashback. Saat
memberitahu pembaca mengenai kejadian-kejadian penting dari masa lalu, aku lebih
suka mengisahkannya full lewat dialog
para tokoh (di The Rain Within, Dunia Dini, Grasshopper, dan Gombel)
daripada me-“rekonstruksi”-nya lewat adegan flashback
mirip di serial Arrow. Namun di KFA, satu novel justru isinya flashback tok.
KFA
kutulis mulai tahun 2010. Tak ada kendala dalam penggarapannya. Tantangan
justru muncul sesudah naskah masuk editor untuk direvisi. Setelah dibaca Didiet
Prihastuti, sang editor, dia berpendapat bahwa cerita KFA terlalu dewasa untuk segmen yang kutuju, yaitu Teenlit. Adanya
adult content dan penyebutan narkoba
membuat naskah ini nggak cocok dengan pembaca Teenlit GPU.
Salah satu
solusinya adalah “menaikkan” kelas usianya ke segmen Metropop. So, Kinan, Ara, Rendra, dan DB yang
tadinya masih SMA harus dituakan ke level para pekerja muda, minimal berumur
24-25 tahun. Meski agak sedih karena belum bisa nambah perbendaharaan buku Teenlit-ku
jadi tiga, tetap kusambut antusias tantangan itu.
Mengubah usia
tokoh jadi tujuh atau delapan tahun lebih tua sepintas gampang, tapi ternyata
tak segampang mengubah angka. Banyak hal harus ikut diganti, seperti omongan, pemikiran,
harapan, mimpi-mimpi, aktivitas, serta topik pembicaraan. Maka revisinya
lumayan lama, hampir dua minggu, karena terdapat cukup banyak elemen yang harus
diubah.
Selain soal
soulmate, topik diskusi lain di KFA
adalah mengenai momen penting dalam hidup yang muncul lewat “sumbangsih takdir”.
Tidak melulu berkat kedahsyatan diri kita, melainkan melalui aneka macam kejadian
yang tak saling berkaitan namun kemudian bertemu dan membentuk apa yang sering
kita sebut kesuksesan itu.
Betul Ara dan
Kinan sangat berbakat dalam musik sesuai bidang masing-masing, namun mereka tak
akan bisa menaklukkan Stadion Wembley jika tidak ada berbagai kejadian saling lepas
yang berkelindan untuk mempertemukan mereka dengan DJ Ads. Dari sejak Pak Pandi
juragan bebek, kue moci, hingga sambel setan dan Sena.
Apa? Sena!?
Ya, ada kemunculan
cameo Sena Firmansyah di novel ini. Sena
yang sama dengan yang pernah memacari Ciara Rahmamurti di The Supper Club. Wah, apakah Sena masih hidup dan nggak jadi
dimasak? Atau apa dia akan balikan lagi sama Ciara? Tak ada jalan lain untuk
tahu selain hanya dengan beli. Inget ya, beli! Jangan pinjem!
Pada akhirnya,
membaca novel ini akan membuat kita diingatkan pada kata-kata bijak dari game
Zuma: “Luck often comes to the man who
doesn’t include it in his plan”…
Jika fokus
saja pada kerja keras, maka keberuntungan akan mengikuti. Namun jika semata berharap
pada keajaiban, kita akan lupa untuk bekerja keras. Dan bicara soal belahan
jiwa, sedang ada kuisnya di laman Temanduduk (http://temanduduk.com)
lho. Hadiahnya buku ini.
0 komentar:
Posting Komentar