Superhero alias para pahlawan super
berkostum adalah tokoh fiksi favorit banyak orang, baik di komik, TV, maupun
film. Dan melewati berbagai era, penggambaran para superhero terutama lewat media
sinema mengalami banyak evolusi. Arrow
termasuk salah satu kasus evolusi yang paling sukses.
Serial bergenre drama aksi, thriller,
dan misteri ini mulai mengudara di jaringan televisi The CW tanggal 10 Oktober
2012. Fokus ceritanya adalah mengenai pemuda multimiliuner Oliver Queen (Stephen
Amell) yang punya identitas ganda sebagai pendekar panah berkostum dan berkerudung
serba hijau. Sang pemanah keluyuran malam hari menghentikan berbagai aksi
kriminal di kotanya, Starling City.
Pada episode perdana musim pertama
dikisahkan, Oliver muncul lagi di Starling setelah lima tahun hilang gara-gara
kapal yang ia tumpangi bareng ayahnya kandas diamuk badai. Kemunculannya jelas
mengejutkan semua orang, terutama keluarganya, karena ia disangka telah tewas
dalam kecelakaan itu.
Lebih mengejutkan lagi, kepribadiannya
pun berubah drastis. Dari remaja kaya yang hedonistik, ia menjelma menjadi pria
misterius yang tahu-tahu menguasai ilmu bela diri tingkat tinggi. Ia juga berkeliaran
membunuh satu demi satu tokoh kaya dan berpengaruh di Starling dengan panah.
Arrow diangkat dari tokoh superhero di
komik terbitan DC Comics, Green Arrow. Di Indonesia, tokoh satu ini nyaris tak
dikenal. Kalau tenar jauh dari Superman, Batman, dan Spider-Man. Aku pun tahu
Green Arrow sebatas sebagai salah satu member JLA (Justice League of America)—temennya
Hawkman, Aquaman, dan juga Red Tornado.
Di versi serial yang ini, nama resminya
tak pernah secara terang-terangan disebut. Oliver pun tak pernah berslogan
“Akulah Green Arrow, jagoan panah putra terbaik bangsa, mulai saat ini akan membela
kebenaran dan keadilan, membasmi kebathilan!” atau yang semacamnya. Ia bahkan
tak terpikir untuk memakai nama alias untuk alter egonya yang berbusana serbahijau.
Julukan justru datang dari publik
dan pers Starling, yang menyebutnya The Vigilante. Nama ini susah sekali
diartikan di subtitle. Di versi yang
kutonton, penerjemah membiarkannya tetap dengan nama Vigilante. Terjemahan versi
kamus untuk kata itu adalah “panitia kesiapsiagaan” alias siskamling. Mungkin sebutan
termudah Bahasa Indonesianya adalah “sang Peronda”. Kadang sebutannya selain The
Vigilante adalah The Hood, si Kerudung.
Oliver baru tergugah untuk menamai sendiri
identitas rahasianya mulai season kedua,
setelah kehidupannya terguncang pada akhir musim pertama. Dari yang awalnya tak
segan membunuh, motivasinya mulai bergeser murni untuk menghentikan tindak kejahatan
dengan hanya sekadar melumpuhkan para bandit. Namun tetap saja ia tak menggunakan
sebutan “Green”.
Satu hal yang paling menarik dari penggambaran
sosok superhero masa kini adalah realisme dan fungsionalismenya. Pada zaman
dahulu, para pahlawan super tak ubahnya manusia golongan tinggi yang dikagumi
bak selebritas. Dengan kekuatannya yang dahsyat, ia memakai kostum warna-warni
ketat untuk gentayangan memberantas kejahatan.
Mengapa ia memerangi kriminalitas?
Apa untungnya bagi dirinya? Siapa yang bayar? Kalau ia terluka dan harus opnam,
apa ada asuransi atau tunjangan kesehatan? Tak terjelaskan. Di komik-komik superhero
lokal, penyebabnya bisa sangat simpel: sang tokoh tahu-tahu didatangi kakek tua
sakti (atau alien) yang memberinya kekuatan
super untuk “membela yang tertindas”.
Kisah-kisah superhero zaman baru selalu
berusaha datang dengan penjelasan yang masuk akal mengenai hal itu. Kehadiran sebagai
pahlawan bertopeng tidak semata hanya sekadar “perayaan” terhadap kekuatan
dahsyat yang dimiliki (seperti dalam kasus Superman atau Spider-Man), melainkan
lebih karena keterpaksaan.
Felicity, temennya Arrow |
Sebagaimana Batman yang main hakim sendiri
karena gerah melihat kebobrokan Kota Gotham, Arrow pun berkeliaran bukan atas
inisiatif sendiri (“Ah, mumpung ahli memanah, gue mo panah tu preman-preman…!”),
melainkan memenuhi wasiat terakhir ayahnya. Ia dibekali notes kecil misterius
yang menyimpan daftar nama para tokoh di Starling yang harus dilenyapkan karena
mereka telah merusak kota itu menjadi tempat yang korup.
Satu unsur lagi yang bisa dicarikan
koneksinya dengan kelaziman dunia nyata adalah kostum. Di komik zaman dulu,
kostum superhero selalu berbahan ketat, penuh warna manyala, dan aneh (celdam
dipakai di luar; ide siapa sebenarnya ini!?). Pakaian superhero di komik mirip
baju badut, yang baru cocok kalau dikenakaan bandit-bandit sakit jiwa seperti
Joker atau The Riddler.
Di cerita-cerita superhero generasi
baru, kostum sudah bukan lagi untuk tampil bergaya, melainkan lebih ke seragam
organisasi (menjadi semacam jaket, yang dipakai murid-murid Professor X di
film-film X-Men) atau pakaian tempur, mirip baju pasukan katak atau tim SWAT.
Dan mirip baju Batman, kostum hijau gelap Arrow juga sekaligus berfungsi untuk
menyamarkan kemunculan dan pergerakan di tengah kegelapan malam.
Arrow yang diproduseri Greg Berlanti, Marc Guggenheim, dan Andrew Kreisberg,
dituturkan dengan pembelahan alur (plot
split) yang sangat menarik di tiap episode. Alur utama adalah kisah present day, saat Oliver balik ke
Starling dan jadi si Arrow. Alur lainnya adalah kisah flashback dari masa lima tahun lalu yang menjelaskan apa saja yang
terjadi padanya selama ngilang lima tahun itu.
Dan dengan teknik
penulisan yang tinggi (yang aku yakin penulis skenario sinetron di Indonesia
sebenarnya bisa melakukannya tapi tak akan diperbolehkan oleh produser PH
karena “kalau terlalu rumit, nggak akan ditonton!”), penggalan alur flashback yang diambil selalu cocok dan
nyambung dengan cerita masa kini yang dihadirkan dalam satu episode.
Contohnya adalah
di episode ke-14 musim kedua (Time of
Death). Di sana digambarkan Sin (Bex Taylor-Krauss) terlihat begitu
berterima kasih pada Sara Lance (Caity Lotz) yang telah melindungi dan
mengangkatnya dari kekumuhan sebagai anak jalanan. Pada alur flashback, cerita sampai pada bagian
pesawat yang ditembak jatuh di Pulau Lian Yu dan pilotnya yang sekarat meminta
Sara untuk merawat anak gadisnya yang saat itu masih berumur 12 tahun. Anak
sang pilot tak lain adalah Sin.
Hal paling menarik
di Arrow selain para pemeran ceweknya
yang oke punya (Katie Cassidy, Willa Howard, Emily Bett Rickards, Caity, Summer
Glau, Celina Jade, and counting...)
adalah melihat satu demi satu kemunculan para superhero DC Comics berseliweran
di sekitar Arrow. Yang paling menonjol jelas adalah The Flash (Barry Allen)—kemudian
malah dibikinkan serial spinoff
tersendiri.
Green Arrow dan Black Canary versi komik |
Lalu ada Roy
Harper, pacar Thea yang kemudian jadi Arsenal (Robin-nya Arrow) yang juga ahli
panah dan pakai kostum merah tua. Ada juga Sara yang jadi Canary, hasil didikan
Liga Pembunuh bersenjatakan senjata yang mengeluarkan suara supersonik. Sementara
itu, (SPOILER ALERT!) Laurel, kakak Sara, lantas jadi Black Canary di musim
ketiga yang kini tayang (11 Februari ini sampai episode 13).
“Alam semesta”
para superhero DC Comics agaknya akan dibuat menyatu menyaingi MCU (Marvel
Cinematic Universe) yang sudah lebih dulu ada (seri film The Avengers, Captain
America, Iron Man, dan Thor, lalu serial Marvel’s
Agents of SHIELD dan Agent Carter,
yang saling berkaitan).
Jika semua
berjalan lancar, pada season-season berikutnya, bukan tak mungkin
Arrow, The Flash, Arsenal, dan Black Canary akan ketemu Superman dan Batman.
Lalu ceritanya disambungkan juga dengan serial Gotham yang menokohkan masa muda tokoh Jim Gordon (Komisaris Gordon
yang selalu menyalakan lampu tanda bahaya berlogo Batman ke langit bila butuh
bantuan) dan masa kecil Bruce Wayne (Batman) serta Selina Kyle (Catwoman).
Wah, pasti seru.
Lebih seru lagi kalau Arrow dan The Flash di jalan papasan sama Black Widow dan
Hawkeye lalu ke gemblong bakar Jl. MT Haryono ketemu sama Iron Man dan Hulk...
hahaha review yg bagus..
BalasHapusaq liat arrow bru nympe s3e9, tp ditengah2 agak ga mudenk, bukannya sblumnya roy blg klo dy yg bunuh sara coz msh ada mirakuru yg trsisa, trus diperkuat mimpinya roy.
nah kok di s3e9 felicity ngutek2 data n hasilnya nemu Oliver dikira bunuh, apa aq yg liat Arrow trlalu nafsu trus ngelewatin 1 episod yg lom aq tonton..
frustasi temen2 ga ada yg bisa diajak bahas arrow, mgkn km bs ngebantu jawab kebingungan ku ini. hehe
Sebenarnya mimpi Roy itu adalah halusinasi blur, dan ketika Roy bercerita ke Olli tentang mimpinya itu, Olli menggajak Roy bermeditasi untuk mengingat hal yg telah terjadi saat Roy dalam pengaruh Miraku. Dan dalam meditasi, Roy mengingat telah membunuh seorang Polisi(bukan Sara). Nah sedangkan dalam penyelidikan sample pembunuhan Sara oleh Felicity dan dibantu oleh Cisco dkk distarlab, samplenya menunjukan kalo DNA Ollie yg ada dipanah tersebut, nah dalam Episode selanjutnya, entah episode berapa, meryln menunjukan video pembunuh sara ke Ollie, dan ternyata yg membunuh Sara adalah adiknya sendiri, Thea Queen. Si Meryln menjelaskan Thea saat itu dalam pengaruh Obat khusus yg membuatnya mudah disugesti.
HapusAne udah nonton serial the Arrow dari awal sampe sampe season 3 terakhir.
BalasHapusKyknya serial Arrow masih terus berlanjut tuh. Ra's al Ghul di serial tersebut udah berganti orang (Spoiler Alert!!)
Oh sebutannya roy Harper itu Arsenal ya? :D
BalasHapusRoy harper kemana? Kok di season 5 dah ganti speedy.
BalasHapusHarusnya ada Roy Harper(Arsenal) jadi Yang Megang Busur sama panahnya ada 3 bukan 2 doajg
BalasHapus