Saat bikin cerita fiksi, baik cerpen
maupun novel, para tokoh utama menjadi pusat perhatian yang harus digarap dengan
detail. Mereka lah sang jagoan. Mereka jugalah yang akan dijadikan pembaca sebagai
tempat refleksi atau representasi diri. Tokoh utama adalah pusat dari semua pergerakan
cerita yang kita buat.
Yang jarang kita bahas adalah, ada
banyak tipe tokoh utama yang bisa dipakai untuk membuat cerita-cerita dengan
tipe berlainan. Masing-masing jenis hanya cocok bagi satu macam cerita tertentu.
Kalau sudah tahu bedanya, kita bisa pula selalu menulis cerita dengan corak berlainan
dan tak terjebak ke dalam gaya yang itu-itu saja dari kisah ke kisah.
Sejauh yang bisa kutemukan—dan sudah
kupraktikkan dalam novel-novelku—ini dia beberapa tipe main characters…
Active
Characters
Dalam jenis ini, karakter utama menjadi
tokoh yang mengalami langsung semua drama, insiden, krisis, dan konflik yang terjadi.
Mereka juga mengalami evolusi dari titik A ke titik B, yang biasanya merupakan
satu fase yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Ini dipakai dalam semua cerita
romans dan melodrama. Para tokoh merindukan cinta, mendapat harapan, dikecewakan,
hancur, lalu bangkit lagi dan mendapatkan apa yang dimaui. Mereka juga mengalami
perubahan, yaitu dari status jomblo menjadi un-jomblo. Andai kisah berakhir
tanpa momen jadian, at least mereka menjadi
lebih bijak dari sebelumnya.
Aku menggunakan tokoh utama jenis
ini di Kok jadi Gini? (2005), Waiting 4 Tomorrow (2005), Say No to Love (2007), The Sweetest Kickoff (2009), dan The Unfunniest Comedy (2011). Seperti
Wisnu dan Dewi yang mengalami semua kejadian dan berakhir manis, atau Danu dan
Farah yang lewat konflik sama-sama mendewasa tapi tak bersatu sebagai kekasih.
Passive
Characters
Bisa disebut juga background characters. Meski kedudukannya
adalah sebagai tokoh utama, namun mereka hanya menjadi latar belakang. Segala peristiwa
yang paling dramatik terjadi pada tokoh-tokoh lain, kadang bahkan tokoh minor
yang sama sekali tak penting (atau bahkan tak ada, karena sudah meninggal lama
sebelum latar waktu cerita bersangkutan).
Karakter macam ini lazim dipakai di
cerita-cerita detektif berjenis whodunit
klasik, kayak novel-novel Agatha Christie. Dalam kebanyakan karyanya, para
tokoh utama kayak Hercule Poirot, Kapten Hastings, atau Miss Marple tidak mengalami
apa pun. Mereka hanya melakukan penyelidikan, lalu menemukan sang pembunuh.
Kisah yang dramatik dan mengerikan
dialami oleh tokoh-tokoh lain, yaitu yang terbunuh, yang membunuh, yang ingin membunuh
tapi gagal, dan semua yang berkaitan dengan mereka. Para detektif hanya membantu
mengungkap semua fakta, tapi jarang ikut terkena insiden dramatiknya, kecuali
dalam judul-judul tertentu seperti Tirai
(1976), yang diterbitkan setelah Christie meninggal.
Tokoh tipe ini aku pakai di Dunia Dini (2007) dan Gombel (2011). Dini dan Maya hanya mengalami
sedikit komplikasi soal cinta selagi mereka mengungkap satu demi satu informasi
mengagetkan soal Pak Sasongko Rahardjo. Hal yang sama juga dialami Arad dan
Nova (best-friends-turn-to-lover), sementara
mereka sendiri tak ikut kena kutuk arwah penasaran dari laman Gombel.
Game-Changer
Characters
Yang ini mirip dengan passive/background characters. Bedanya, game-changer
secara langsung maupun tidak ikut memberi kontribusi pada perkembangan
tokoh-tokoh lain di sekelilingnya sehingga ikut mengubah jalannya cerita.
Dalam Rendezvous at 8 (2006), Vida sang tokoh utama masuk kategori ini. Ketika
ia masuk jadi vokalis baru band Rendesvous yang nyaris pecah, ia membantu mereka
menemukan jati diri dengan… doing nothing.
Semua personel band adalah anak-anak yang kesepian dan kurang kasih sayang. Mereka
hampir bubar jalan karena tak punya sosok perekat yang memberi mereka tak hanya
kontribusi dalam bermusik, namun juga cinta.
Begitu mereka menerima Vida yang
punya keluarga rukun, rumah adem, dan skill tinggi dalam masak nasi goreng,
hidup mereka pun pelan-pelan berubah. Mereka jadi tenang setelah menemukan
cinta di rumah Vida, lalu bisa menyatu kembali dan membuat band mereka lebih
baik.
Vida sendiri, sebagai tokoh utama,
nyaris tak mengalami apa pun yang seru, kecuali disukai banyak cowok dan harus
milih satu. Dalam menghadapi kawan-kawannya di band, ia juga tak melakukan apa
pun. Hanya menjalani hidup seperti biasanya, dan sekadar menjadi tempat sampah
bagi mereka.
Namun dalam ketidakberbuatapaapaannya
itu, Vida secara tak sengaja telah menjadi katalisator bagi para tokoh lain
untuk menjumpai proses self-discovery.
Silent
Characters
Tokoh utama yang bertipe ini aku temukan
saat menggarap Fade in Fade out
(2013). Idenya dari film Lost in
Translation-nya Sofia Coppola, tempat para tokohnya nyaris tak mengalami peristiwa
“besar” apa pun. Scarlett Johansson dan
Bill Murray hanya saling kesepian, dan saling cocok satu sama lain, lalu sudah.
Seluruh “insiden” besar terjadi hanya di benak mereka.
Seto seperti itu. Ia juga tak mengalami
apa-apa, terlebih peristiwa dramatik yang tragik dan menyesakkan dada. Maka
salah satu pembaca sempat berkomentar betapa aku terlalu sayang pada tokoh itu
sehingga “diselamatkan” dari segala peristiwa buruk. Yang mengalami tragedi
justru Nane, yang ayahnya kecelakaan dan nyaris tewas.
Seto menjadi tokoh sunyi karena, tak
seperti passive characters yang melakukan
sesuatu atau game-changer yang mengubah
banyak hal, ia benar-benar hanya sekadar menjalani apa yang ia hadapi, yaitu
masuk dunia sinetron. Peristiwa gede terjadi justru di benaknya—bagaimana ia
yang tadinya rajin mengritisi sinetron, lalu berbalik menjadi kreator sinetron.
Dan bagaimana ia membentur batu kehidupan yang bernama realita, tempat
kasunyatan tak segampang idealisme.
Dark Characters
Ini adalah tokoh yang menyimpan
rahasia besar dan menyembunyikannya (atau tersembunyi) di sepanjang cerita. Aku
menghadirkan tokoh jenis ini pada diri Rainie di The Rain Within (2005) Pritha di Grasshopper (2010), dan Ciara di The Supper Club (2014). Rahasia Rain dan Pritha tersembunyi, sedang
rahasia Ciara sengaja ia sendiri sembunyikan, mirip tokoh dr. James Sheppard di
Pembunuhan atas Roger Ackroyd-nya
Agatha Christie.
Ciri pokok karakter gelap adalah
adanya rahasia yang tersimpan (baik ia tahu maupun tidak) dan menentukan arah
jalannya cerita ketika terungkap. Tokoh macam ini umum dipakai di cerita-cerita
kriminal, thriller konspirasi/spionase, atau cersil. Dan rahasia sang tokoh
dipakai sebagai plot twist yang mengejutkan
pada akhir cerita. Cerita melodrama klasik juga kadang memuat tokoh jenis ini:
sang kekasih ternyata saudara kandung yang terpisah gara-gara banjir 20 tahun
lalu, misalnya.
Saat dipakai sebagai narator (tokoh
“si aku”), dia bisa pula berfungsi sebagai “penghambat informasi” untuk memberi
punch yang mengagetkan dan tak terduga
pada bagian plot twist. Sebagaimana
tokoh Dokter Sheppard di Roger Ackroyd,
Ciara di TSC bisa saja mengungkap sejak
awal bahwa (SPOILER ALERT!!!) “aku ini kanibal lhooo…!”.
Instead, dia menahan informasi itu di sepanjang
cerita. Semua rahasia baru terkuak setelah dibongkar oleh Toga sang polisi, dan
bukan karena ia cerita sendiri baik lewat narasi maupun dialog.
False
Protagonist
Saat satu tokoh diperkenalkan sebagai
protagonis di awal cerita, namun belakangan terbukti bahwa dia “batal” jadi
tokoh utama, inilah yang disebut false protagonis. Umumnya adalah dengan membuat
sang protagonis lenyap di pertengahan cerita, sehingga protagonis kemudian
“pindah” ke tokoh lain yang, biasanya, adalah sang tokoh antagonis.
Ini dipakai di film Psycho-nya Alfred
Hitchcock yang rilis tahun 1960. Tokoh utama cerita itu awalnya adalah Marion
Crane (Janet Leigh), tapi kemudian terbunuh di pertengahan cerita. Penonton
dibikin kaget, dan bertanya-tanya, “Lha trus lakone sopooo?”. Kematiannya membuat
karakter utama “migrasi” ke sang antagonis, yaitu Norman Bates (Anthony Perkins)
sang pembunuh.
Teknik false protagonist juga bisa
digunakan dengan membuat sang protagonis belakangan terbukti sebagai antagonis
seperti James Sheppard di Roger Ackroyd, atau sang protagonis sekaligus juga
adalah antagonis kayak Raymond Reddington di serial The Blacklist.
Ciara di TSC masuk kategori false protagonist pula. Dia tokoh utama, namun
justru merupakan sang penjahat terbesar: masak dan makan daging eksotik, menyesatkan
Danny sehingga Erfi lenyap, menghubungi Toni untuk “membereskan” Sena, dan
akhirnya menyepakati konspirasi besar yang ditawarkan Toga guna mengelak dari jeratan
hukum.
So,
meski terus nulis kisah romans, tokoh utamanya tak melulu karakter aktif terus
(kenalan, naksir, cinta, hancur, bangkit, jadian), namun bisa berkarakteristik
lain. Misal tokoh yang pura-pura kere namun jebul CEO perusahaan multinasional,
membantu melacak keberadaan first love ortu dan menguak kisah masa lalu yang
luar biasa, atau justru kisah perselingkuhan namun dilihat dari angle orang
yang melakukan perselingkuhan…
0 komentar:
Posting Komentar