scribo ergo sum

Minggu, 04 Januari 2015

Njur Lakone Sopo?

13:05 Posted by wiwien wintarto No comments

Saat bikin cerita fiksi, baik cerpen maupun novel, para tokoh utama menjadi pusat perhatian yang harus digarap dengan detail. Mereka lah sang jagoan. Mereka jugalah yang akan dijadikan pembaca sebagai tempat refleksi atau representasi diri. Tokoh utama adalah pusat dari semua pergerakan cerita yang kita buat.
Yang jarang kita bahas adalah, ada banyak tipe tokoh utama yang bisa dipakai untuk membuat cerita-cerita dengan tipe berlainan. Masing-masing jenis hanya cocok bagi satu macam cerita tertentu. Kalau sudah tahu bedanya, kita bisa pula selalu menulis cerita dengan corak berlainan dan tak terjebak ke dalam gaya yang itu-itu saja dari kisah ke kisah.

Sejauh yang bisa kutemukan—dan sudah kupraktikkan dalam novel-novelku—ini dia beberapa tipe main characters

Active Characters
Dalam jenis ini, karakter utama menjadi tokoh yang mengalami langsung semua drama, insiden, krisis, dan konflik yang terjadi. Mereka juga mengalami evolusi dari titik A ke titik B, yang biasanya merupakan satu fase yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Ini dipakai dalam semua cerita romans dan melodrama. Para tokoh merindukan cinta, mendapat harapan, dikecewakan, hancur, lalu bangkit lagi dan mendapatkan apa yang dimaui. Mereka juga mengalami perubahan, yaitu dari status jomblo menjadi un-jomblo. Andai kisah berakhir tanpa momen jadian, at least mereka menjadi lebih bijak dari sebelumnya.
Aku menggunakan tokoh utama jenis ini di Kok jadi Gini? (2005), Waiting 4 Tomorrow (2005), Say No to Love (2007), The Sweetest Kickoff (2009), dan The Unfunniest Comedy (2011). Seperti Wisnu dan Dewi yang mengalami semua kejadian dan berakhir manis, atau Danu dan Farah yang lewat konflik sama-sama mendewasa tapi tak bersatu sebagai kekasih.

Passive Characters
Bisa disebut juga background characters. Meski kedudukannya adalah sebagai tokoh utama, namun mereka hanya menjadi latar belakang. Segala peristiwa yang paling dramatik terjadi pada tokoh-tokoh lain, kadang bahkan tokoh minor yang sama sekali tak penting (atau bahkan tak ada, karena sudah meninggal lama sebelum latar waktu cerita bersangkutan).
Karakter macam ini lazim dipakai di cerita-cerita detektif berjenis whodunit klasik, kayak novel-novel Agatha Christie. Dalam kebanyakan karyanya, para tokoh utama kayak Hercule Poirot, Kapten Hastings, atau Miss Marple tidak mengalami apa pun. Mereka hanya melakukan penyelidikan, lalu menemukan sang pembunuh.
Kisah yang dramatik dan mengerikan dialami oleh tokoh-tokoh lain, yaitu yang terbunuh, yang membunuh, yang ingin membunuh tapi gagal, dan semua yang berkaitan dengan mereka. Para detektif hanya membantu mengungkap semua fakta, tapi jarang ikut terkena insiden dramatiknya, kecuali dalam judul-judul tertentu seperti Tirai (1976), yang diterbitkan setelah Christie meninggal.
Tokoh tipe ini aku pakai di Dunia Dini (2007) dan Gombel (2011). Dini dan Maya hanya mengalami sedikit komplikasi soal cinta selagi mereka mengungkap satu demi satu informasi mengagetkan soal Pak Sasongko Rahardjo. Hal yang sama juga dialami Arad dan Nova (best-friends-turn-to-lover), sementara mereka sendiri tak ikut kena kutuk arwah penasaran dari laman Gombel.

Game-Changer Characters
Yang ini mirip dengan passive/background characters. Bedanya, game-changer secara langsung maupun tidak ikut memberi kontribusi pada perkembangan tokoh-tokoh lain di sekelilingnya sehingga ikut mengubah jalannya cerita.
Dalam Rendezvous at 8 (2006), Vida sang tokoh utama masuk kategori ini. Ketika ia masuk jadi vokalis baru band Rendesvous yang nyaris pecah, ia membantu mereka menemukan jati diri dengan… doing nothing. Semua personel band adalah anak-anak yang kesepian dan kurang kasih sayang. Mereka hampir bubar jalan karena tak punya sosok perekat yang memberi mereka tak hanya kontribusi dalam bermusik, namun juga cinta.
Begitu mereka menerima Vida yang punya keluarga rukun, rumah adem, dan skill tinggi dalam masak nasi goreng, hidup mereka pun pelan-pelan berubah. Mereka jadi tenang setelah menemukan cinta di rumah Vida, lalu bisa menyatu kembali dan membuat band mereka lebih baik.
Vida sendiri, sebagai tokoh utama, nyaris tak mengalami apa pun yang seru, kecuali disukai banyak cowok dan harus milih satu. Dalam menghadapi kawan-kawannya di band, ia juga tak melakukan apa pun. Hanya menjalani hidup seperti biasanya, dan sekadar menjadi tempat sampah bagi mereka.
Namun dalam ketidakberbuatapaapaannya itu, Vida secara tak sengaja telah menjadi katalisator bagi para tokoh lain untuk menjumpai proses self-discovery.

Silent Characters
Tokoh utama yang bertipe ini aku temukan saat menggarap Fade in Fade out (2013). Idenya dari film Lost in Translation-nya Sofia Coppola, tempat para tokohnya nyaris tak mengalami peristiwa “besar” apa pun.  Scarlett Johansson dan Bill Murray hanya saling kesepian, dan saling cocok satu sama lain, lalu sudah. Seluruh “insiden” besar terjadi hanya di benak mereka.
Seto seperti itu. Ia juga tak mengalami apa-apa, terlebih peristiwa dramatik yang tragik dan menyesakkan dada. Maka salah satu pembaca sempat berkomentar betapa aku terlalu sayang pada tokoh itu sehingga “diselamatkan” dari segala peristiwa buruk. Yang mengalami tragedi justru Nane, yang ayahnya kecelakaan dan nyaris tewas.
Seto menjadi tokoh sunyi karena, tak seperti passive characters yang melakukan sesuatu atau game-changer yang mengubah banyak hal, ia benar-benar hanya sekadar menjalani apa yang ia hadapi, yaitu masuk dunia sinetron. Peristiwa gede terjadi justru di benaknya—bagaimana ia yang tadinya rajin mengritisi sinetron, lalu berbalik menjadi kreator sinetron. Dan bagaimana ia membentur batu kehidupan yang bernama realita, tempat kasunyatan tak segampang idealisme.

Dark Characters
Ini adalah tokoh yang menyimpan rahasia besar dan menyembunyikannya (atau tersembunyi) di sepanjang cerita. Aku menghadirkan tokoh jenis ini pada diri Rainie di The Rain Within (2005) Pritha di Grasshopper (2010), dan Ciara di The Supper Club (2014). Rahasia Rain dan Pritha tersembunyi, sedang rahasia Ciara sengaja ia sendiri sembunyikan, mirip tokoh dr. James Sheppard di Pembunuhan atas Roger Ackroyd-nya Agatha Christie.
Ciri pokok karakter gelap adalah adanya rahasia yang tersimpan (baik ia tahu maupun tidak) dan menentukan arah jalannya cerita ketika terungkap. Tokoh macam ini umum dipakai di cerita-cerita kriminal, thriller konspirasi/spionase, atau cersil. Dan rahasia sang tokoh dipakai sebagai plot twist yang mengejutkan pada akhir cerita. Cerita melodrama klasik juga kadang memuat tokoh jenis ini: sang kekasih ternyata saudara kandung yang terpisah gara-gara banjir 20 tahun lalu, misalnya.
Saat dipakai sebagai narator (tokoh “si aku”), dia bisa pula berfungsi sebagai “penghambat informasi” untuk memberi punch yang mengagetkan dan tak terduga pada bagian plot twist. Sebagaimana tokoh Dokter Sheppard di Roger Ackroyd, Ciara di TSC bisa saja mengungkap sejak awal bahwa (SPOILER ALERT!!!) “aku ini kanibal lhooo…!”.
Instead, dia menahan informasi itu di sepanjang cerita. Semua rahasia baru terkuak setelah dibongkar oleh Toga sang polisi, dan bukan karena ia cerita sendiri baik lewat narasi maupun dialog.

False Protagonist
Saat satu tokoh diperkenalkan sebagai protagonis di awal cerita, namun belakangan terbukti bahwa dia “batal” jadi tokoh utama, inilah yang disebut false protagonis. Umumnya adalah dengan membuat sang protagonis lenyap di pertengahan cerita, sehingga protagonis kemudian “pindah” ke tokoh lain yang, biasanya, adalah sang tokoh antagonis.
Ini dipakai di film Psycho-nya Alfred Hitchcock yang rilis tahun 1960. Tokoh utama cerita itu awalnya adalah Marion Crane (Janet Leigh), tapi kemudian terbunuh di pertengahan cerita. Penonton dibikin kaget, dan bertanya-tanya, “Lha trus lakone sopooo?”. Kematiannya membuat karakter utama “migrasi” ke sang antagonis, yaitu Norman Bates (Anthony Perkins) sang pembunuh.
Teknik false protagonist juga bisa digunakan dengan membuat sang protagonis belakangan terbukti sebagai antagonis seperti James Sheppard di Roger Ackroyd, atau sang protagonis sekaligus juga adalah antagonis kayak Raymond Reddington di serial The Blacklist.
Ciara di TSC masuk kategori false protagonist pula. Dia tokoh utama, namun justru merupakan sang penjahat terbesar: masak dan makan daging eksotik, menyesatkan Danny sehingga Erfi lenyap, menghubungi Toni untuk “membereskan” Sena, dan akhirnya menyepakati konspirasi besar yang ditawarkan Toga guna mengelak dari jeratan hukum.

So, meski terus nulis kisah romans, tokoh utamanya tak melulu karakter aktif terus (kenalan, naksir, cinta, hancur, bangkit, jadian), namun bisa berkarakteristik lain. Misal tokoh yang pura-pura kere namun jebul CEO perusahaan multinasional, membantu melacak keberadaan first love ortu dan menguak kisah masa lalu yang luar biasa, atau justru kisah perselingkuhan namun dilihat dari angle orang yang melakukan perselingkuhan…

0 komentar:

Posting Komentar