scribo ergo sum

Minggu, 07 April 2013

Nyari-nyari Lexie

21:24 Posted by wiwien wintarto No comments

Sejak kali pertama gosip berhembus mengenai gathering pengarang GPU alias Gramedia Pustaka Utama tanggal 6 April, aku sudah bertekad akan datang. Ngumpul paling akhir kan pas peluncuran kumcer Bukan Cupid tahun lalu, jadi ini saatnya untuk ketemu teman-teman lagi. Dan ternyata, gathering ini menjadi pengalaman yang tak biasa di segala bidang.
Keganjilan pertama sudah muncul sejak berangkat Kamis sore (4/4). Hujan deras mengguyur, sedang aku nggak punya payung. Maka aku terpaksa berangkat jalan kaki dari kos Gondang Timur sambil memakai jas hujan yang biasa kupakai kalau pas naik motor.
Udah gitu jas hujannya bukan yang jenis keren, tapi yang biasa dipake tukang becak atau kusir andong: terbuat dari plastik tipis warna ijo muda dan bolong di beberapa segmen!
Hal tak biasa berikutnya terjadi di stasiun Kejaksan, Cirebon. Aku berangkat ke Jakarta pakai kereta Argo Muria bareng Intan Esty. Lucunya, kami duduk terpisah. Dia di 3A, bersebelahan dengan seorang mahasiswi bernama Mora, sedang aku di 1A. Sebelahku seorang mbak-mbak yang bicaranya berlogat Jawa Timuran.
Berangkat dari Semarang Tawang pukul 16.00 WIB, kereta masuk Cirebon pukul 19.20. Saat itu aku pas lapar, dan sedang berpikir akan membuka bekal ayam goreng Olive yang kubeli sebelum berangkat ke stasiun. Mayan hemat kan, ayam goreng dua (plus nasi) cuman Rp 12 ribu, daripada beli nasgor restorasi kereta yang sepiring Rp 22 ribu. Dua kotak ayam kutaruh di bagasi bagian atas bareng bekal snack.
Eee… pas aku berdiri mau ambil ayam, ujug-ujug seluruh lampu gerbong mati. Para penumpang kaget. Dan makin kaget ketika dari arah depan gerbong (gerbongku adalah gerbong 1, tepat di belakang loko dibatasi gerbong pembangkit listrik) terdengar bunyi letupan beberapa kali mirip kembang api meledak.
Takut bahaya kebakaran, kami semua langsung lari terbirit-birit keluar gerbong. Aku hanya sempat menyambar backpack berisi laptop dan buku FIFO empat biji. Tiba di luar gerbong, benar saja! Memang ada bagian gerbong yang terbakar karena korsleting. Tepatnya di bagian sambungan antara gerbongku dengan gerbong generator. Para kru stasiun cukup belingsatan memadamkan api dengan penyemprot dan juga air.
Perjalanan pun tertunda hampir satu setengah jam untuk mengungsikan gerbong yang terbakar dan menggantinya dengan gerbong baru. Tepat pada saat gerbongku disemprot air hingga basah kuyup, baru aku teringat lagi pada ayam-ayamku tadi. Oalaah… ayam, ayam… Sudah mati, digoreng, terbakar, disiram air pula!
Kereta akhirnya baru berangkat pukul 21. Penumpang gerbong 1 pindah ke gerbong paling belakang, yang didatangkan secara darurat entah dari kereta jenis apa. Gerbong AC juga sih, tapi tumpakane gak enak. Berisik banget, kursinya goyang-goyang, dan kalau loko mengerem, pasti gerbong agak sedikit terlonjak yang bikin kami semua sensi. Terlebih pasti muncul bau mirip sesuatu terbakar. Untung seorang kru dengan cepat menenangkan bahwa itu adalah bau kampas rem.
Untung tak ada sesuatupun yang terjadi. Kereta dengan selamat mencapai Gambir. Tapi karena terhambat lama, datangnya pun telat banget. Dijadwalkan tiba pukul 22 lebih, keretaku baru nyampai tujuan tepat tengah malam. Perut lapar, dan masih sedih mengapa terlambat mengeluarkan para ayam!
Hari Sabtu-nya, aku berangkat ke Palmerah untuk datang ke acara gathering. Aku janjian datang bareng sama Elvira Natali. Elvira ini calon novelis teenlit dari Bandar Lampung. Naskahnya sudah layout dan akan segera edar dalam waktu dekat. Awalnya dia pengin ikut gathering sebagai pembaca, tapi kehabisan tempat.
Ia lalu dikasih saran Mbak Anjar Anastasia untuk mendaftar sebagai penulis. Meski bukunya belum terbit, tapi ternyata ia boleh ikut hadir di deretan pengarang. Maka kami pun janjian muncul bareng. Dia beliin novel DeaLova buatku, karena Dyan Nuranindya akan datang dan kami mau minta tanda tangannya di buku.
Vira berangkat pagi-pagi dari Lampung, sedang aku agak siang dari Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Ternyata ia datang lebih dulu, tepat pas acara mulai pukul 9. Aku baru nyampe kira-kira pukul 10.30. Telat banget. Kursi-kursi sudah penuh ketika aku masuk ruangan. Setelah nyari-nyari, Vira ketemu. Duduk di dekat Kak Anjar. Aku bergabung sama dia dan menerima DeaLova plus oleh-oleh snek khas Lampung. Hehe… thanks ya.
Acara pertama adalah talk show bareng Lexie Xu, Asty Aemilia, Agustinus Wibowo, Okky Madasari, dan Andina Dwifatma. Host-nya Boim Lebon yang superkocak (layak jadi host Ruang Cinta nih, hihi…!). Setelah itu makan siang. Para peserta makan di ruangan lantai VII, sedang Bolpen Fiksi GPU di lantai V, tepat di depan kantor GPU.
Lalu aku reunian dengan geng Bukan Cupid. Ada Pricillia AW, Lea Agustina Citra, Monica Petra, Christina Juzwar, Valleria Verawati, dan juga Janita Jaya. Aku juga ketemu lagi sama Andina, yang novelnya, Semusim dan Semusim Lagi, baru saja memenangi sayembara novel DKJ 2012. Keren!
Dia ini teman lama. Sekian tahun lalu, kalau tak salah 2004, pas masih jadi mahasiswa di Undip, dia sering nulis di Suara Merdeka. Suatu hari kami bertemu pas sama-sama ambil honor di Mbak Utami, lalu kutawari dia untuk ikut menulis di Tabloid Tren. Tulisannya pun langganan muncul di Tren. Hingga ketika aku jadi editor di Majalah Gradasi (g-Mag) empat tahun kemudian, Andina (kala itu masih sering pake nama pena Andien DF) masih juga rajin ikutan menulis.
Beberapa author beken lain yang kutemui adalah Donna Rosamayna, Mia Arsjad, Luna Torasynghu, Andryan Suhardi, Primadonna Angela, Isman H Suryaman, Regina Feby, Angie Wiyaniputri, Felice Cahyadi (ternyata sebelumnya pernah ketemu pas aku bareng rombongan LeSPI mengunjungi Trans TV bulan Januari lalu!), Dyan “Dichiel”, dan juga Lexie Xu.
Dengan Lexie, aku janjian barter novel. Dia mau ngasih novel Obsesi-nya yang ngetop itu. Kami ketemu di ruangan book-signing. Di situ, para pengarang menandatangani buku masing-masing yang merupakan pesanan khusus dari para peserta. Bukuku sendiri ada 8 biji yang kuteken, sedang dia entah berapa puluh nJinah.
Pas ketemu, ada Pricil juga di situ. Begonya, aku muter-muter kepala nyari Lexie, dan hampir nanya ke Pricil, “Eh, lihat Lexie Xu nggak? Yang mana sih orangnya?”. Untung aku segera melihat bahwa orang ketiga yang ada di situ saat itu ternyata sedang sibuk menandatangani setumpuk novel Lexie Xu. Jadi pasti dialah ini orangnya, hihi…!
Di penghujung acara, ada Vidi Aldiano yang jadi bintang tamu. Ia meluncurkan singel dan album baru yang jadi satu materi produk dengan sayembara novel Amore (yang aku mau ikut tapi gak jadi). Tentu kemunculannya membuat para peserta sejenak lupa pada novel. Mereka ikut bernyanyi bareng Vidi.
Habis itu ada beberapa peserta yang minta tanda tangan dan foto bareng. Kami berfoto di luar ruangan, tak jauh dari backdrop yang memang khusus untuk berfoto. Pas lagi asyik-asyiknya berfoto, mendadak aku didorong-dorong oleh massa dalam jumlah besar. Ternyata itu Vidi Aldiano, yang dikerubut buanyak sekali penggemar saat dalam perjalanan menuju lift untuk meninggalkan acara. Terpaksa deh posisi berfotonya bergeser. Nasib!
Oya, aku sempat ketemu juga dengan Yuli Yono alias Ijul, admin Pembaca Fiksi Metropop. Ia sampai mengusung koleksi novel metropopnya dan mendirikan satu stan tersendiri, lengkap dengan X-banner. Ijul minta tanda tanganku di novel FIFO, The Sweetest Kickoff, dan Say No to Love. Satu lagi untuk FIFO adalah pesanan dari Aini di Manado.
Pas dia SMS, nanya aku udah ketemu Ijul apa belum, aku jawab belum. Bahkan kubilang acara sudah selesai dan aku sudah mau pergi (padahal aku masih nongkrong bareng Ijul, dan juga Vira!). Pas Ai nanya lagi, aku jawab “Coba aja tanya Ijul, dia sudah ketemu aku apa belum!”
Yang jelas acara berlangsung sukses dan menyenangkan. Tak sia-sia datang lintas provinsi untuk bisa bertemu para rekan sejawat. Dan ternyata aku serta Vira masih kalah jauh, karena ada yang datang dari Kepulauan Riau khusus hanya untuk ketemu idolanya, yaitu Lexie. Sayang aku tak sempat ketemu idolaku, yaitu Hilman. Aku masih ingat, pas zaman SMA dulu, serial Lupus di Majalah HAI adalah bacaan wajib yang menentukan ngetren enggaknya anak muda masa itu (kalo zaman sekarang, K-pop).
Kalau bisa, acara kayak gini rutin diadain, misal setahun sekali pas ultah GPU. Yang lebih oke lagi kalau bisa juga digeber di Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya, Denpasar, Medan, dan di manapun terdapat anggota Bolpen Fiksi GPU. Kan bagus bisa menularkan virus menulis pada para anak muda di seluruh Indonesia.

Why? Sebab menjadi penulis adalah suatu hal yang sangat keren. Believe it or yes!

0 komentar:

Posting Komentar