Sejak kali pertama gosip
berhembus mengenai gathering pengarang GPU alias Gramedia Pustaka Utama tanggal
6 April, aku sudah bertekad akan datang. Ngumpul paling akhir kan pas
peluncuran kumcer Bukan Cupid tahun lalu, jadi ini saatnya untuk ketemu
teman-teman lagi. Dan ternyata, gathering ini menjadi pengalaman yang tak biasa
di segala bidang.
Keganjilan pertama sudah muncul
sejak berangkat Kamis sore (4/4). Hujan deras mengguyur, sedang aku nggak punya
payung. Maka aku terpaksa berangkat jalan kaki dari kos Gondang Timur sambil
memakai jas hujan yang biasa kupakai kalau pas naik motor.
Udah gitu jas
hujannya bukan yang jenis keren, tapi yang biasa dipake tukang becak atau kusir
andong: terbuat dari plastik tipis warna ijo muda dan bolong di beberapa
segmen!
Hal tak biasa berikutnya terjadi
di stasiun Kejaksan, Cirebon. Aku berangkat ke Jakarta pakai kereta Argo Muria
bareng Intan Esty. Lucunya, kami duduk terpisah. Dia di 3A, bersebelahan dengan
seorang mahasiswi bernama Mora, sedang aku di 1A. Sebelahku seorang mbak-mbak
yang bicaranya berlogat Jawa Timuran.
Berangkat dari Semarang Tawang
pukul 16.00 WIB, kereta masuk Cirebon pukul 19.20. Saat itu aku pas lapar, dan
sedang berpikir akan membuka bekal ayam goreng Olive yang kubeli sebelum
berangkat ke stasiun. Mayan hemat kan, ayam goreng dua (plus nasi) cuman Rp 12
ribu, daripada beli nasgor restorasi kereta yang sepiring Rp 22 ribu. Dua kotak
ayam kutaruh di bagasi bagian atas bareng bekal snack.
Eee… pas aku berdiri mau ambil
ayam, ujug-ujug seluruh lampu gerbong mati. Para penumpang kaget. Dan makin
kaget ketika dari arah depan gerbong (gerbongku adalah gerbong 1, tepat di
belakang loko dibatasi gerbong pembangkit listrik) terdengar bunyi letupan
beberapa kali mirip kembang api meledak.
Takut bahaya kebakaran, kami
semua langsung lari terbirit-birit keluar gerbong. Aku hanya sempat menyambar
backpack berisi laptop dan buku FIFO empat biji. Tiba di luar gerbong, benar
saja! Memang ada bagian gerbong yang terbakar karena korsleting. Tepatnya di bagian
sambungan antara gerbongku dengan gerbong generator. Para kru stasiun cukup
belingsatan memadamkan api dengan penyemprot dan juga air.
Perjalanan pun tertunda hampir
satu setengah jam untuk mengungsikan gerbong yang terbakar dan menggantinya
dengan gerbong baru. Tepat pada saat gerbongku disemprot air hingga basah
kuyup, baru aku teringat lagi pada ayam-ayamku tadi. Oalaah… ayam, ayam… Sudah
mati, digoreng, terbakar, disiram air pula!
Kereta akhirnya baru berangkat
pukul 21. Penumpang gerbong 1 pindah ke gerbong paling belakang, yang
didatangkan secara darurat entah dari kereta jenis apa. Gerbong AC juga sih,
tapi tumpakane gak enak. Berisik banget, kursinya goyang-goyang, dan kalau loko
mengerem, pasti gerbong agak sedikit terlonjak yang bikin kami semua sensi.
Terlebih pasti muncul bau mirip sesuatu terbakar. Untung seorang kru dengan
cepat menenangkan bahwa itu adalah bau kampas rem.
Untung tak ada sesuatupun yang
terjadi. Kereta dengan selamat mencapai Gambir. Tapi karena terhambat lama,
datangnya pun telat banget. Dijadwalkan tiba pukul 22 lebih, keretaku baru
nyampai tujuan tepat tengah malam. Perut lapar, dan masih sedih mengapa
terlambat mengeluarkan para ayam!
Hari Sabtu-nya, aku berangkat ke
Palmerah untuk datang ke acara gathering. Aku janjian datang bareng sama Elvira
Natali. Elvira ini calon novelis teenlit dari Bandar Lampung. Naskahnya sudah
layout dan akan segera edar dalam waktu dekat. Awalnya dia pengin ikut
gathering sebagai pembaca, tapi kehabisan tempat.
Ia lalu dikasih saran Mbak Anjar
Anastasia untuk mendaftar sebagai penulis. Meski bukunya belum terbit, tapi
ternyata ia boleh ikut hadir di deretan pengarang. Maka kami pun janjian muncul
bareng. Dia beliin novel DeaLova buatku, karena Dyan Nuranindya akan datang dan
kami mau minta tanda tangannya di buku.
Vira berangkat pagi-pagi dari
Lampung, sedang aku agak siang dari Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Ternyata ia
datang lebih dulu, tepat pas acara mulai pukul 9. Aku baru nyampe kira-kira
pukul 10.30. Telat banget. Kursi-kursi sudah penuh ketika aku masuk ruangan.
Setelah nyari-nyari, Vira ketemu. Duduk di dekat Kak Anjar. Aku bergabung sama
dia dan menerima DeaLova plus oleh-oleh snek khas Lampung. Hehe… thanks ya.
Acara pertama adalah talk show
bareng Lexie Xu, Asty Aemilia, Agustinus Wibowo, Okky Madasari, dan Andina
Dwifatma. Host-nya Boim Lebon yang superkocak (layak jadi host Ruang Cinta nih,
hihi…!). Setelah itu makan siang. Para peserta makan di ruangan lantai VII,
sedang Bolpen Fiksi GPU di lantai V, tepat di depan kantor GPU.
Lalu aku reunian dengan geng
Bukan Cupid. Ada Pricillia AW, Lea Agustina Citra, Monica Petra, Christina
Juzwar, Valleria Verawati, dan juga Janita Jaya. Aku juga ketemu lagi sama
Andina, yang novelnya, Semusim dan Semusim Lagi, baru saja memenangi sayembara novel
DKJ 2012. Keren!
Dia ini teman lama. Sekian tahun
lalu, kalau tak salah 2004, pas masih jadi mahasiswa di Undip, dia sering nulis
di Suara Merdeka. Suatu hari kami bertemu pas sama-sama ambil honor di Mbak
Utami, lalu kutawari dia untuk ikut menulis di Tabloid Tren. Tulisannya pun
langganan muncul di Tren. Hingga ketika aku jadi editor di Majalah Gradasi
(g-Mag) empat tahun kemudian, Andina (kala itu masih sering pake nama pena
Andien DF) masih juga rajin ikutan menulis.
Beberapa author beken lain yang
kutemui adalah Donna Rosamayna, Mia Arsjad, Luna Torasynghu, Andryan Suhardi,
Primadonna Angela, Isman H Suryaman, Regina Feby, Angie Wiyaniputri, Felice
Cahyadi (ternyata sebelumnya pernah ketemu pas aku bareng rombongan LeSPI
mengunjungi Trans TV bulan Januari lalu!), Dyan “Dichiel”, dan juga Lexie Xu.
Dengan Lexie, aku janjian barter
novel. Dia mau ngasih novel Obsesi-nya yang ngetop itu. Kami ketemu di ruangan
book-signing. Di situ, para pengarang menandatangani buku masing-masing yang
merupakan pesanan khusus dari para peserta. Bukuku sendiri ada 8 biji yang
kuteken, sedang dia entah berapa puluh nJinah.
Pas ketemu, ada Pricil juga di
situ. Begonya, aku muter-muter kepala nyari Lexie, dan hampir nanya ke Pricil,
“Eh, lihat Lexie Xu nggak? Yang mana sih orangnya?”. Untung aku segera melihat
bahwa orang ketiga yang ada di situ saat itu ternyata sedang sibuk
menandatangani setumpuk novel Lexie Xu. Jadi pasti dialah ini orangnya, hihi…!
Di penghujung acara, ada Vidi
Aldiano yang jadi bintang tamu. Ia meluncurkan singel dan album baru yang jadi
satu materi produk dengan sayembara novel Amore (yang aku mau ikut tapi gak
jadi). Tentu kemunculannya membuat para peserta sejenak lupa pada novel. Mereka
ikut bernyanyi bareng Vidi.
Habis itu ada beberapa peserta yang
minta tanda tangan dan foto bareng. Kami berfoto di luar ruangan, tak jauh dari
backdrop yang memang khusus untuk berfoto. Pas lagi asyik-asyiknya berfoto,
mendadak aku didorong-dorong oleh massa dalam jumlah besar. Ternyata itu Vidi
Aldiano, yang dikerubut buanyak sekali penggemar saat dalam perjalanan menuju
lift untuk meninggalkan acara. Terpaksa deh posisi berfotonya bergeser. Nasib!
Oya, aku sempat ketemu juga
dengan Yuli Yono alias Ijul, admin Pembaca Fiksi Metropop. Ia sampai mengusung
koleksi novel metropopnya dan mendirikan satu stan tersendiri, lengkap dengan
X-banner. Ijul minta tanda tanganku di novel FIFO, The Sweetest Kickoff, dan
Say No to Love. Satu lagi untuk FIFO adalah pesanan dari Aini di Manado.
Pas dia SMS, nanya aku udah
ketemu Ijul apa belum, aku jawab belum. Bahkan kubilang acara sudah selesai dan
aku sudah mau pergi (padahal aku masih nongkrong bareng Ijul, dan juga Vira!).
Pas Ai nanya lagi, aku jawab “Coba aja tanya Ijul, dia sudah ketemu aku apa
belum!”
Yang jelas acara berlangsung
sukses dan menyenangkan. Tak sia-sia datang lintas provinsi untuk bisa bertemu
para rekan sejawat. Dan ternyata aku serta Vira masih kalah jauh, karena ada
yang datang dari Kepulauan Riau khusus hanya untuk ketemu idolanya, yaitu
Lexie. Sayang aku tak sempat ketemu idolaku, yaitu Hilman. Aku masih ingat, pas
zaman SMA dulu, serial Lupus di Majalah HAI adalah bacaan wajib yang menentukan
ngetren enggaknya anak muda masa itu (kalo zaman sekarang, K-pop).
Kalau bisa, acara kayak gini
rutin diadain, misal setahun sekali pas ultah GPU. Yang lebih oke lagi kalau
bisa juga digeber di Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya, Denpasar, Medan, dan
di manapun terdapat anggota Bolpen Fiksi GPU. Kan bagus bisa menularkan virus
menulis pada para anak muda di seluruh Indonesia.
Why? Sebab menjadi penulis adalah
suatu hal yang sangat keren. Believe it or yes!
0 komentar:
Posting Komentar