Inilah bukuku dengan proses
tercepat—tak sampai dua bulan sejak ide dicetuskan hingga benar-benar dicetak
dan beredar. Pertengahan Desember gagasan itu muncul. Sepuluh hari terakhir
Desember 2011 dan sepuluh hari pertama Januari 2012 proses penulisan berjalan.
Lalu 11 Februari peluncuran dan edar resmi tanggal 14 Februari.
Tapi di sini aku tak sendiri,
melainkan bersama 13 nama beken lain di dunia per-teenlit-an Gramedia Pustaka
Utama alias GPU. Mereka adalah Antonius Andrie, Christina Juzwar, Esi Lahur,
Erlin Cahyadi, Irena Tjiunata, Janita Jaya, Lea Agustina Citra, Monica Petra,
Nora Umres, Pricillia A.W, Sophie Maya, Teresa Bertha, dan Valleria Verawati.
Buku ini berawal dari grup
Teenlit Author di Facebook yang dibentuk oleh Pricil, grup yang mewadahi para
penulis novel teenlit GPU (hingga saat ini telah beranggotakan 52 pengarang).
Kebetulan aku juga baru bergabung, setelah teenlit GPU pertamaku, The
Unfunniest Comedy, terbit Agustus tahun lalu.
Dari ngobrol saling kenal di FB,
akhirnya tercetus gagasan untuk membuat sebuah proyek kolaborasi berupa
kumpulan cerpen. “Lowongan” pun dibuka, dan terkumpul 14 nama itu yang
menyatakan diri tertarik bergabung. Ide awalnya adalah untuk membuat kumcer
dengan tema beragam yang bukan merupakan spesialisasi tiap pengarang.
Misal Nora dan aku, yang biasanya
bikin cerita komedi romantis, bikin cerita fantasi ala Flavia de Angela-nya Lea
atau cerpen berbau kekoreaan. Gagasan itu belakangan diganti dengan ide lain
yang lebih gurih, yaitu cerita cinta untuk terbitan hari Valentine 14 Februari.
Setelah disepakati, ide ini disampaikan ke editor fiksi-teenlit GPU, Mbak
Novera.
Olehnya, ide ini mendapat lampu
hijau. Hanya saja, jika untuk terbit 14 Februari, tiga minggu sebelumnya naskah
sudah harus naik cetak, yaitu sekitar tanggal 24 Januari. Dan untuk naik cetak
pada tanggal itu, naskah sudah harus jadi full 100% rapi pada tanggal 10
Januari.
Maka kami 14 orang pun bergerak
cepat. Aku memproklamirkan diri sendiri sebagai editor tamu tempat pengumpulan
naskah. Deadline naskah kutetapkan tanggal 31 Desember, jadi kami hanya punya
waktu menulis cerpen sekitar 10 hari. Ditambah 10 hari lagi untuk merapikan dan
memoles semuanya serta ngumpulin biodata dan foto-foto, kupikir waktunya cukup
leluasa.
Mulai tanggal 20-an Desember, 13
naskah berdatangan satu demi satu. Cerpenku sendiri, My Future Valentine,
kutulis sambil liburan akhir tahun di rumah Gotri di Pondok Cabe, Pamulang,
Tangerang Selatan. Nulisnya cuman beberapa jam. Habis itu kutinggalkan, lalu
baru kuedit dua hari kemudian.
Setelah 14 naskah cerpen
terkumpul (yang paling akhir Nora!), proses selanjutnya relatif mudah, karena
hanya tinggal mengumpulkan biodata dan foto terkini. Aku sempat bingung karena
ndak punya foto. Sempat terpikir pake foto gambar kartun aneh itu, untung nggak
jadi. Fotoku akhirnya disumbang Nora, yang dijepret oleh Mutiara Relung Sukma
pas aku datang ke acara launching buku kumcer Nyanyian Penggali Kubur-nya Kang
Putu pada bulan September di TBRS Semarang.
Tanggal 12 Januari, molor dua
hari dari tenggat semula, naskah kukirim ke Mbak Vera. Tugasku sebagai editor
tamu pun selesai. Dan sesudah itu semua berjalan mulus. Desain kaver dibuat
oleh eMTe, lalu rencana launching dimatangkan, judul buku dipilih dari cerpen
punya Vera (Bukan Cupid), and the rest is history.
Meski bertema Valentine dengan
sampul warna pink, tema ke-14 cerpen sangat beragam dan universal, sehingga
bisa dibaca oleh sodara-sodara yang menolak Valentine (dan menggantinya dengan
Hari Menutup Aurat). Ada cerita fantasi dari Lea dan Pricil, kisah anak
berkebutuhan khusus dari Iren, cerita tentang pesulap by Tata, keluarga yang
seru dan harmonis ala keluarganya Sophie, tentang rasa syukur oleh Nora, dan
ramalan masa depan di cerpenku.
So, untuk sebuah kado mungil
tentang cinta, inilah buku yang cocok dikoleksi. Biasanya kita hanya dapat
menikmati karya-karya dari penulis tunggal. Di sini, 14 orang berkumpul,
sehingga cita rasanya pun bermacam-macam.
Dan beruntung buat yang Sabtu
(11/2) kemaren sempat hadir di acara peluncurannya di Gramedia Matraman. Tak
hanya bisa ketemu 14 penulis, juga bisa bersirobok dengan Boim Lebon yang jadi
emsi. Dia sendiri besok tanggal 19 Februari akan meluncurkan novel SOTOY-nya di
tempat yang sama. Kubilang di Twitter, biar adil, kami ber-14 harusnya jadi
emsi di acara itu!
Yang jelas Bukan Cupid memberi
penegasan bahwa bila kita semua telah satu visi dan satu tekad, yang namanya
kebersamaan bisa membuat hal yang tak mungkin jadi mungkin. Bahkan tenggat yang
sangat mepet pun bisa terlewati dengan baik tanpa kendala apapun. Dan melihat
buku ini akhirnya bisa nampang di rak toko buku pun menjadi suatu kepuasan
tersendiri yang sangat menyenangkan.
Bukan Cupid mulai beredar di
toko-toko buku Gramedia seluruh Indonesia mulai Selasa 14 Februari 2012.
Belilah dan rayakan cinta! J
boleh donk, bagi novelnya yg ini....
BalasHapusBoleh. Tapi aku lagi kentekan, hehe...
BalasHapus