scribo ergo sum

Senin, 02 Februari 2009

Valentine di Republik Larangnesia

15:02 Posted by wiwien wintarto 8 comments

Tanggal 14 Februari, seperti biasa diperingati sebagai Hari Valentine alias Hari Kasih Sayang. Para pencinta bertukar kartu, hadiah, dan lantas pergi kencan spesial lengkap dengan candle light dinner kayak di pilem-pilem komedi romantis Hollywood. Ada juga yang merayakannya dengan orang-orang spesial lain di luar pacar. Misal dengan ortu, teman, sibling, atau kerabat dan rekan bisnis.
Seperti biasa pula, sudah sejak awal budaya ber-Valentine mulai ngepop pada era 1990-an awal dulu, sikap oposisi terhadap Valentine muncul secara rutin. Ini biasanya berasal dari kalangan Islam ortodoks, yang menganggap Valentine nggak ada nuansa Islaminya sedikitpun karena berasal dari tradisi agama lain.
Kemaren pun, ada salah satu kerabat di Multiply yang menulis artikel panjang lebar soal fatwa haram merayakan Valentine dipandang dari angle Islam. Dikatakan bahwa merayakan Valentine berarti merintis jalan menuju kesesatan karena tradisi yang menjadi asal muasalnya nggak dikenal oleh Islam.
Valentine juga dekat dengan hedonisme dan kemaksiatan. Ya biasalah, orang kalau mau Valentin-an pasti blanja-blanji di mal, makan di resto kelas atas, atau pesta gala dinner di hotel berbintang. Dan merayakan Valentine dengan pacar pasti diikuti pula dengan acara peluk-pelukan, cium-ciuman, nggombal-nggombalan, dan besok paginya sudah berbaring di tempat tidur bertutupkan selimut warna putih (Holiwut banget…!).
Oke, itu kalau dilihat dari aspek budayanya, sejak dari tradisi paganisme Romawi Kuno (Lupercalia; 14 Februari) hingga Nasrani (St Valentine sang martir). Nggak satupun yang konek dengan keislaman. Tapi bagaimana dengan permasalahan kasih sayangnya, yang merupakan nafas utama perayaan Valentine? Apakah kasih sayang juga masih nggak berhubungan dengan keislaman? (O, pantes wong2 kae malah do ngrakit bom nggo mateni wong atusan, celetuk Lik Dirun—meniru artikel kolom para kolumnis tenar di koran Minggu!).
Kita lihat, nggak ada kasih sayang lagi di negara ini. Orang mudah naik darah dan melukai sesama. Tiap hari ada tawur massal, pertikaian, pemain bola adu jotos, pihak kalah di pilkada protes kecurangan, dan acara reality show pun selalu berujung ke keributan hanya gara-gara soal sepele: rebutan pacar.
Kalau kita bisa meletakkan perayaan Valentine’s Day secara substantif, itu bisa jadi alat kampanye ampuh untuk mengingatkan semua eksponen bangsa tentang pentingnya makna kasih sayang di atas menang-kalah, benar-salah, dan halal-haram. Ambil ruhnya, yaitu semangat saling menyayangi. Soal baju dan aksesori, itu bisa dikarang-karang sendiri.
Kalau nggak mau dikaitkan dengan paganisme dan agama lain, ciptakan tradisi sendiri yang sesuai dengan nilai-nilai Islami. Kalau anti dengan 14 Februari karena berkonotasi ajaran sesat Lupercalia, ya pilih tanggal lainnya. Bebas. Tahun lalu aku menulis artikel di g-Mag tentang ragam perayaan Hari Kasih Sayang di berbagai negara, dan nggak semua bangsa seragam merayakannya di tanggal 14 Februari.
Ada yang Maret, Mei, Juni, bahkan Oktober, disesuaikan dengan akar tradisi masing-masing bangsa. Yang penting intinya masih sama, yaitu mengingatkan tiap individu tentang betapa mahapentingnya cinta. Nggak cuman cinta buat yayank, tapi juga buat semua orang di sekeliling kita.
Kalangan Islam ortodoks selalu berargumen bahwa merayakan kasih sayang toh nggak cuman 14 Februari, tapi tiap saat. Well, sama juga dengan bermaaf-maafan nggak cuman pas Lebaran tok, dan memelihara semangat berkorban nggak cuman pas Lebaran haji tok, dan ngisi kemerdekaan nggak cuman pas kerja bakti ngecet trotoar pada bulan Agustus tok.
Intinya adalah, untuk tiap semangat hidup positif, perlu dibikinkan satu hari khusus buat memperingati dan meng-F5 (refresh) semangatnya. Spirit mencintai ibu pada 22 Desember, spirit kebangkitan pada 20 Mei, spirit persatuan kesatuan pada 28 Oktober. Kalau 14 Februari dan Valentine ditolak tanpa dibikinkan gantinya, lha kapan kita akan memperingati semangat kasih sayang kita?
Selama ini bangsa kita emang sangat ahli dalam melarang-larang dan mengharamkan sesuatu, tapi amat miskin dalam ngasih solusi dan daya kreativitas. Ortu pun cuman bisa tereak “Jangan!” pada anaknya tanpa bisa memberikan solusi atau bahkan alasan dan latar belakang untuk semua “jangan” itu.
Kini, kita baru merasakan efek dari seringnya kita mendengar kata “jangan” dan “dilarang” itu tadi. Kreativitas dan inovasi kita mandeg. Dengan M’sia dan S’pore aja kalah jauh. Semua takut untuk polah. Daripada ntar kuping merah karena diteriaki “jangan” dan “dilarang” gara-gara hidup secara out-of-the-box, mending berusaha untuk jadi kaya raya aja. Carane kliru ya ben. Maka koruplah kita semua!
Larangan terhadap 14 Februari dan Valentine pun hanya berhenti sebatas fatwa haram tok. Nggak ada tindak lanjut. Nggak ada solusi. Pokoke ora. Wis. Maka, Indonesia sebagai bangsa pun sudah lama banget berhenti saling menyayangi. Yang ada hanya saling berkompetisi.
Orang bilang kita bersatu padu. Bukan menyatu secara kompak tapi bar bersatu terus padu (“padu” boso Jowo yang artinya bertengkar, bukan “padu” Bahasa Indonesia!). Contohnya presiden dan mantan presiden kita itu. Ngakunya bersatu sebagai orang Indonesia, tapi isine paduuuuu tok. Senengane kok ngekeki conto elek nggo anak buahe…!
Kalau aku sih, sebagai muslim yang kreatif, aku lebih suka langsung menukik ke akar persoalannya. Go to hell dengan semua pelabelan, aksesori, dan kemasan! Hari Kasih Sayang ya murni tentang spirit menyayangi, bukan yang lainnya. Pas hari itu, aku selalu mencoba berbuat baik (unselfish) pada orang lain, yang insya Allah akan menular dan terus berkelanjutan di 364 hari lainnya.
Seandainya emang 14 Februari dan Valentine dirasa nggak cucok, ya ayo cari tanggal dan istilah lainnya, jangan cuman bisanya nglarang-nglarang tok (emange ini Republik Larangnesia!?). Negoro kit mbiyen kok isine nglaraaaaaaaaaang tok tapi ra tau ngekeki motipasi nggo berbuat positip demi kemajuan bersama!
(Daripada terus-terusan ngekeki fatwa haram, ngopo rak sesekali nerbitke fatwa halal? Fatwa halal nulis cerpen, fatwa halal berwirausaha, fatwa halal melek isuk2 nonton Chempiyens Lig, fatwa halal “live the dreams and make it true”, fatwa halal kumpul konco2 golek duren, and so on…)
Yang penting kita jangan sampai nggak punya satu pun hari khusus untuk merevitalisasi semangat kasih sayang. Dan yang disebut kasih sayang itu kan nggak melulu cinta-cintaan pocar-pecer tok, tapi juga cinta untuk semuanya: untuk ortu, saudara, sahabat, tetangga, sesama manusia, untuk agama, untuk negara, untuk diri sendiri, untuk kehidupan. Be a wide-minded, not a narrow-minded people!
So, sebagai pencetus dan pendiri Jarik (Jaringan Islam Kreatif), aku mengusulkan istilah Hari Kasih Sayang sebagai pengganti Valentine’s Day, biar lebih bernuansa Indonesianis.
Dan sebagai pengganti 14 Februari, aku mengusulkan 4 Mei, sekalian merayakan ulang tahunku… (ning moh nek diguyang banyu utowo dipupuri ndog mentah!)
Sekali lagi, yang terpenting adalah, mari rayakan kasih sayang, karena kita beneran nggak bakalan bisa hidup tenteram tanpa itu.

8 komentar:

  1. negri ini emang larangnesia,..
    utk yg masalah Valentine, tu pernah tak tanyakan ke banyak sumber.
    trus kita hunting banyak ustad dan mrk punya jawaban macem2 dan mengerucut pada satu kesimpulan yang sama tentang faktor pelaranagnnya, yaitu ada di sikap tassabuh ( peniruan), wala' wal bara' ( loyalitas dan antipati), dan penyelisihan agama lain.

    semuanya tak cek ternayat pake dalil, dan shahih smua,..

    tambahannya juga, Islam tetep ngajarkan kasih sayang, tapi ada nash yang mengatakan untuk menghindari dan menyelisihi budaya agama lain, menetapkan tgl 14 feb termasuk,..

    bukan tanggal segitu libur menyayangi, tp merayakannya...

    utk penyelisihan agama lain, diantaranya bbrpa hadits:

    larangan sholat memejamkan mata, krn itu org yahudi bribadahnya sambil merem,

    larangan majang gambar makhluk hidup, krn itu kebiasaan nasrani,
    (dll masih banyak bgt)

    itu hasil2 observasi kita dgn banyak ustad & majlah
    ternyata emang ada perintah dari Islam utk menyelisihi budaya org kafir...
    ya kurang lebih gitu lah,..
    wallahu a'laam

    BalasHapus
  2. Anonim10.55

    lusy: so, ayo cari istilah dan tanggal lainnya ben rak niru!

    BalasHapus
  3. ah gak usah, ngikuti apa2 yg diajarkan Nabi SAW dalam mengasihi sesama ja dah cukup,..
    itu pun belum tentu kita bisa,..

    lagian bikin ssuatu yg baru ( dlm ibadah ) ntar terjerumus kpd bid'ah.

    utk yg ini kita hati2 bgt,...

    para ustad, syaikh indonesia, arab,bahkan amreika banyak yg sepakat ttg ini..keculai ustad Islam liberal...

    tu hasil liputan tmn2ku,...dlm pencarian rujukan,...

    BalasHapus
  4. Boz jare cah2 Kb mo diimeli cerpen, aq lum dpt ne,..

    BalasHapus
  5. Anonim10.29

    lusy: ah, sampek segitunya. ini kan cuman masalah character building, bukannya ritual ibadah formal di mana kita harus strict pada ajaran yg udah ada dan nggak boleh niru2 ajaran lain. masalahnya, bangsa kita udah lupa caranya menyayangi, sampai kemaren ada ketua dprd meninggal karna kena kerusuhan anarkis. itu nggak boleh dibiarkan berlarut2. sekali lagi, ini cuman masalah karakter bangsa. it has nothing to do with ibadah whatsoever. jadi jangan takut untuk meng-create sesuatu. sama halnya kita berusaha membenahi mental pemain timnas PSSI agar nggak keder. kan sama sekali bukan persoalan peribadatan. cuman soal karakter. dan dlm metodenya kan boleh saja meniru metode pelatih2/pemain inggris, jerman, brazil yg semuanya adalah org2 kafir (kecuali kalo nirunya dari zinedine zidane, ibrahimovic, atau nicolas anelka yg muslim).
    cerpennya udah takkirim ke email manteman KB, tapi ada beberapa yg kena mailer-daemon (aku dapat email2nya dari wahyu)

    BalasHapus
  6. yah namanya juga liputan,..pernah ngrasain ndiri kan?,..

    dpt narasumbernya macem2.

    palagi ustad2 endonesa aneh2..

    cerpene tak ambel ma wahyu ja, drpda urusan ma mailer DORAEMON..

    (lutfi)

    BalasHapus
  7. Anonim16.17

    Ini entri yang menarik. Terima kasih sudah berbagi cerita. Kalau mau belajar lebih banyak lagi tentang Cinta, baca artikel Butir-Butir Cinta di blog saya. Salam kenal, sobat.

    Lex dePraxis
    Romantic Renaissance

    BalasHapus
  8. Anonim11.52

    lex: salam kenal juga!

    BalasHapus