In Memoriam: Astro

Kadang-kadang, suatu musibah atau ketidakberuntungan justru bisa berubah menjadi cerita komedi situasi yang jauh lebih lucu daripada film-film keluaran Judd Apatow. Inilah yang kualami sekarang ini dengan TV satelit berlangganan asal Malaysia, Astro.

Ceritanya, sudah sejak tanggal 10 Oktober lalu saluran Astro di rumahku diputus karena, yah… cerita klasik, nunggak rekening! Udah dua bulan sejak Agustus aku belum bayar karena terkena imbas penurunan indeks harga saham Dow Jones di Wall Street, New York (omong wae rak nde dhuwit…!).

Sejak tanggal itu, di channel Astro-ku hanya ada layar ijo dan tulisan sarkastis “Sorry. Service currently not available”! Jelas ini musibah, karena aku nggak bisa melanjutkan serial favoritku, Ugly Betty, dan juga Desperate Housewives season empat yang baru jalan sampai empat episode.

Tapi kemudian bencana ini berubah jadi lelucon konyol seperti lagu Ironic-nya Alanis Morissette ketika pagi hari Senin 20 Otober kemarin aku baca di berita running text-nya TV One bahwa Astro berhenti siaran. Dan waktu aku cek berita lebih detailnya di OkeZone.Com, Astro out sejak hari Senin pukul 00.05 WIB karena izin pemakaian mereknya oleh PT Direct Vision nggak diperpanjang.

Sebelumnya, Juli lalu, aku dengar berita Astro gonjang-ganjing karena kisruh soal pembelian hak siar eksklusif Liga Primer Inggris di Indonesia dari ESPN/STAR Sports. Gara-gara gegeran itu, Direct Vision kabarnya hengkang dari merek Astro dan mendirikan TV berlangganan baru bernama Aora yang akan siaran perdana mulai Januari 2009.

Pas aku log on ke situs Direct Vision, pengumuman yang tertera sungguh menghiris kalbu (bahasa Malaysia!). Perusahaan itu mengucapkan terima kasih atas perhatian masyarakat Indonesia berlangganan Astro selama 2 tahun sejak Maret 2006, dan mereka bangga bisa melayani publik dengan baik—yang terlihat jelas merupakan suatu ucapan selamat berpisah untuk selama-lamanya.

Aku terpaksa tertawa ngakak karena sebelum aku melunasi tagihan yang dua bulan itu, mereka malah udah tutup duluan. Di pengumuman resmi, mereka meminta maaf kepada pelanggan. Tapi khusus aku, jelas akulah yang harus minta maaf. Aku berdoa semoga tunggakan tagihanku nggak lantas membuat para direktur Direct Vision nggak bisa beli beras, minyak goreng curah, atau bayar iuran rapat RT!

Tapi yang lebih lucu lagi adalah saat aku nonton beritanya di Reportase Sore Trans TV yang menayangkan pesawat-pesawat TV para pelanggan Astro berisi layar ijo bertuliskan pengumuman penutupan itu. Gara-gara siaran diputus, bahkan untuk nonton pengumuman penutupan itu pun aku nggak bisa! Sungguh mengenaskan…

Dengan penutupan permanen ini—dan katanya parabola plus dekoder harus dikembalikan—jelas aku harus nyari operator TV berlangganan lainnya lagi biar kembali bisa nonton TV secara “normal”. Kalau Indovision jeli, harusnya besok pagi mereka ngirim petugasnya ke rumahku untuk menawari pemasangan dengan diskon 90% untuk masa enam bulan ke depan!

Kini, hanya pilu yang tersisa, karena nggak bisa nonton hasil Pemilu AS tanggal 4 November nanti di CNN dan nggak bisa ikut premiere Heroes season tiga di STAR World. Dan yang pasti ikut hancur hatinya juga adalah Ika Kulkas, teman baikku dari Loenpia.Net.

Dulu sekali, dia pernah ke rumahku di Pudakpayung pada suatu hari Minggu yang panas untuk ambil buku. Dan dia heboh banget bisa nonton MTV Asia dan Channel V dari TV kabel, karena emang hobinya, sama denganku, adalah nonton videoklip musik. Sejak pertengahan tahun, Ika pengin main ke tempatku lagi untuk dipuas-puasin nonton MTV dari pagi sampai sore tapi nggak sempet-sempet karena jadwalnya padet. Eh, belum sempat dia ke sini lagi, Astro-nya udah keburu ditutup.

Ya udah, terpaksa nunggu sampai aku bisa mendapatkan pelabuhan baru lagi (haiyah!) di TV berlangganan lain…

Dan ojok omong-omong nang Direct Vision! Mengko ndak aku ditagih sing rong sasi kuwi mau…! *MLAYU*