Segera aja abis itu aku nyebar pengumuman ke keluarga, kerabat, dan teman-teman. Mirip ketika pas Juni kemaren FTV Hujan di Hati Stephie akan main di Cakra Semarang TV. Bedanya, yang ini jadwalnya sungguh amat mendadak, nggak kayak HdHS yang bisa kasih kabar sejak jauh-jauh hari sebelumnya.
Bhurger Bhunder sendiri adalah “efek samping” dari kerjasama bisnis Bapak dengan DBB/Vertigo. Karena Vreda, sang produser, tahu aku pernah bikin novel-novel teenlit, dia minta dibikinkan cerita-cerita komedi romantis remaja untuk dibikin FTV buat RCTI. Bila cerita-cerita itu mendapat lampu hijau dari RCTI, AmaarDyo akan memproduksinya.
Karena cuman sinopsis, dan bukan satu novel atau skenario penuh, aku bisa bikin mayan banyak. Dan dari beberapa yang kuajukan, sebagian di antaranya disetujui RCTI dan langsung diproduksi. Yang paling awal adalah Bhurger Bhunder itu tadi, yang setelah cerita sinopsisnya oke, skenarionya segera dikerjakan oleh Dion, kru penulis dari DBB/Vertigo.
Ceritanya sendiri adalah tentang Aldo yang naksir Vira. Karena Vira nggak tega nolak Aldo, dia bikin persyaratan yang hampir mustahil dipenuhi Aldo. Dia minta dihadiahi tas Louis Vuitton oleh Aldo. Yang seru, uang yang buat beli tas nggak boleh uang sembarangan, melainkan uang dari hasil Aldo dari berjualan burger (sounds completely made up, huh?).
Terdorong cintanya pada Vira, Aldo nekat menerima persyaratan aneh itu. Dan mulailah ia berjualan burger, dibantu oleh Nisa, sahabatnya yang berbadan ndut dan sebenernya udah lama naksir padanya tapi nggak berani bilang.
Waktu di-SMS Sinta aku jelas kaget, karena nggak nyangka prosesnya dari ngetik sinopsis sampai tayang beneran ternyata sedemikian cepat. Kupikir baru akan tayang akhir Agustus atau nunggu daftar inden berhubung yang antre bikin FTV buat Sinema Romantis RCTI panjang bukan alang kepalang. Padahal juga aku belum sempat lihat proses kastingnya, syutingnya, dan kenalan dengan para pemain sebagaimana tempo hari ngumpul dengan Sela, Eak, Putra, Bayu, Deli, dkk pas bikin HdHS.
Dan masalah pertama yang menghadang sungguh amat nggak lucu, yaitu gara-gara jam tayangnya yang pukul 3 sore. Mau nonton di mana? Di TV-nya siapa? Bareng siapa? Karena ini sinetronku yang pertama di TV nasional, momen nontonnya harus spesial dalam suasana yang tenang, nyaman, dan khidmat.
Lantas kuputuskan nontonnya di sekolahan aja, di kompleks SMK 11 Semarang. Baik kantor UP maupun Redaksi Gradasi nggak punya TV. Makanya harus nyari TV sembarang entah di kantin, kantor guru, atau ruang TU. Pas nyari TV itulah mendadak aku lihat Okta yang baru keluar dari lab multimedia. Dia nunjukin TV yang di lobi depan kantor utama SMK 11. Maka kami pun segera ke sana, dan tetep nonton di sana meski TV-nya kuecil seperti punyaku di rumah.
Sepanjang nonton, Okta dan aku sibuk mengomentari FTV-nya, karena sebelumnya kami udah sama-sama baca sinopsis dan skenarionya. Dan aku jadi heran karena tetep saja nyinyir ngritik sana ngritik sini meski yang main adalah barang karanganku sendiri, hehe…!
Sayang karena nontonnya telat, aku nggak sempat baca apa namaku tercantum di credit title depan apa enggak. Nggak sempat pula baca nama-nama pemainnya kecuali Marcel Darwin (gambar) yang main sebagai Aldo. Padahal aku pengin banget tahu siapa nama pemain cewek yang main jadi Nisa, karena dia amat cantik dan amat klop dengan sosok profil yang ada di kepalaku.
Tentu saja karena ini ceritaku dan diproduksi oleh AmaarDyo yang jadi partner bisnisku, nggak pada tempatnya kalau aku komen keluar. Kalian-kalian yang nonton lah yang berhak ngasih thumbs up atau thumbs down baik pada sisi kualitas sinemateknya maupun pada bahan mentah cerita dasarnya. Masalahnya, pada nonton enggak mengingat pemberitahuannya yang emang mendadak banget dan tanpa didahului promo trailer sama sekali?
Tapi apapun itu, sebagaimana HdHS juga, Bhurger Bhunder adalah a single step untuk mengawali langkah a thousand miles buatku. Mungkin secara kualitas biasa-biasa aja dan nggak beda jauh dari kebanyakan sinetron lain, tapi Kolonel Sanders pun nggak langsung kaya raya dengan sukses menjual ayam goreng KFC hanya dalam sehari semalam.
Buatku hidup selalu soal proses, bukan hasil ending. Dari proses kita bisa belajar dan nggak pernah berhenti menimba ilmu, seperti hidup yang dulu dicontohkan almarhum Bapak (“to a great man, knowledge knows no boundaries”). Dan setelah Bhurger Bhunder masih akan ada beberapa ceritaku lain yang juga di-FTV-kan oleh AmaarDyo. Jadi kalau yang ini kemaren nggak sempat nonton, besok atau besoknya masih akan ada lagi. Tunggu ntar pengumuman lanjutannya.
Selain itu, aku sedang belajar untuk naik kelas dari hanya sekadar pembuat cerita dasar menjadi penulis skenario. Kalau hanya sekadar skenario sih bisa. Yang sulit kan membuatnya sesuai standar penilaian baik AmaarDyo maupun RCTI.
Sesudah nonton sampai selesai sekitar pukul 5 sore, Okta dan aku pergi merayakannya dengan makan (atau minum?) bubur kacang ijo di dekat SMA Mardi Siswa, Banyumanik. What a day…!
selamat mas :D
BalasHapusjare ngajak, mana?
BalasHapusdidut: tengkiu
BalasHapusbulanluka: ya ayo! tgl 1 aku ke jkt.. tapi bareng bolo kurowo serumah!