Praying together (doa bersama-Red)
Action...!!
Tahun 2008 bener-bener jadi tahun penuh acara sinetron-sinetronan buatku. Tentu saja bukan dalam rangka nonton, tapi mBikin. Setelah bulan Juni lalu menyelesaikan FTV Hujan di Hati Stephie, kini ganti serial Pak Bei. Dan ada peningkatan karena yang ini buat tayangan TV nasional, bukan lagi TV lokal Semarang.
Proses penggodokan Pak Bei menjadi sinetron sebenernya dimulai bareng dengan saat aku mulai mengerjakan skenario Hujan di Hati Stephie. Tapi karena pengin bikin kejutan, almarhum Bapak dulu mewanti-wanti agar pengembangan Pak Bei dirahasiakan dulu at least sampai hari pertama syuting. Maka saat itu pun aku mengerjakan dua cerita sekaligus. Yang satu terang-terangan, sedang yang satunya secara underground alias sembunyi-sembunyi. Alhamdulillah keduanya berjalan dengan baik.
Khusus untuk Pak Bei, aku nggak sampai ke skenario. Cukup pengembangan dari komik strip ke format sinetron durasi 60 menitan perepisode, character bible, dan sinopsis beberapa episode awal. Skenarionya dikerjakan oleh Dion, penulis dari PH-nya, AmaarDyo Pictura, berdasar naskah awal dariku.
Setelah menyelesaikan proses pengembangan hingga ke kasting pemain, syuting perdana resmi berjalan hari Rabu 9 Juli 2008 lalu di kawasan Kalimalang, Bekasi. Sesuai pesan terakhir almarhum Bapak agar kami semua menghadiri syuting perdana, kami semua orang serumah datang berbondong-bondong dari Magelang ke Bekasi. Ada Ibu, Itok dan Evi plus Danang dan Nares, Gotri dan Inggit, Intan dan konconya si Yenny, aku, dan Okta. Rame pokoke!
Begitu sampai di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, acara selamatan berupa potong tumpeng digelar, dipimpin oleh Vreda Wuiisan, sang produser. Pembacaan doa dipimpin ustaz setempat yang mbaca doanya pake irama mirip qari profesional. Dari pemain hadir dua artis beda generasi, yaitu Zainal Abidin Domba yang main jadi Pak Tohar dan Mario yang kena jatah karakter Pandi. Kenal Mario to? Dia model iklan XL yang kawin sama monyet, pengin kawin sama Luna Maya, dan terakhir mencukur sebelah alis dan kumisnya gara-gara kalah taruhan bola!
The first tumpengProses penggodokan Pak Bei menjadi sinetron sebenernya dimulai bareng dengan saat aku mulai mengerjakan skenario Hujan di Hati Stephie. Tapi karena pengin bikin kejutan, almarhum Bapak dulu mewanti-wanti agar pengembangan Pak Bei dirahasiakan dulu at least sampai hari pertama syuting. Maka saat itu pun aku mengerjakan dua cerita sekaligus. Yang satu terang-terangan, sedang yang satunya secara underground alias sembunyi-sembunyi. Alhamdulillah keduanya berjalan dengan baik.
Khusus untuk Pak Bei, aku nggak sampai ke skenario. Cukup pengembangan dari komik strip ke format sinetron durasi 60 menitan perepisode, character bible, dan sinopsis beberapa episode awal. Skenarionya dikerjakan oleh Dion, penulis dari PH-nya, AmaarDyo Pictura, berdasar naskah awal dariku.
Setelah menyelesaikan proses pengembangan hingga ke kasting pemain, syuting perdana resmi berjalan hari Rabu 9 Juli 2008 lalu di kawasan Kalimalang, Bekasi. Sesuai pesan terakhir almarhum Bapak agar kami semua menghadiri syuting perdana, kami semua orang serumah datang berbondong-bondong dari Magelang ke Bekasi. Ada Ibu, Itok dan Evi plus Danang dan Nares, Gotri dan Inggit, Intan dan konconya si Yenny, aku, dan Okta. Rame pokoke!
Begitu sampai di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, acara selamatan berupa potong tumpeng digelar, dipimpin oleh Vreda Wuiisan, sang produser. Pembacaan doa dipimpin ustaz setempat yang mbaca doanya pake irama mirip qari profesional. Dari pemain hadir dua artis beda generasi, yaitu Zainal Abidin Domba yang main jadi Pak Tohar dan Mario yang kena jatah karakter Pandi. Kenal Mario to? Dia model iklan XL yang kawin sama monyet, pengin kawin sama Luna Maya, dan terakhir mencukur sebelah alis dan kumisnya gara-gara kalah taruhan bola!
Potongan tumpeng pertama diserahkan Vreda ke Ibu, yang nangis terharu karena seharusnya Bapak hadir di sana untuk menyaksikan karya besarnya diabadikan dalam bentuk sinetron. Yang kedua ke aku… entah sebagai apa! Dan yang ketiga pada sang sutradara yang postur tubuhnya mirip sutradara Hujan di Hati Stephie dan bikin aku sama Okta cekikikan melihat kemiripan keduanya!
Usai potong tumpeng dan makan (makan betulan, karena aku emang udah lapar!), syuting digelar dengan adegan perdana berupa scene di pos ronda saat Pak Tohar, Pandi, dan warga setempat main catur dan kemudian bertemu Nanang (Ongky), anak Pak Bei, yang baru saja main bola.
Buat Okta dan aku, ini kali kedua kami nonton syuting sinetron, setelah tempo hari sibuk banting tulang ikut syuting Hujan di Hati Stephie (dan gagal total bikin behind the scene-nya, hihi…!). Karena yang ini dikerjakan PH Ibukota untuk TV nasional, perlengkapannya tentu jauh lebih komplet. Lampunya padhang nJingglang, reflektornya gede setengah mati, kameranya pakai jimmy jip (bener nggak nih istilahnya?), TV monitornya keren pakai angka-angka indikator, sutradara dikontrol ketat oleh pencatat skrip, dan clapper board nggak terlupa digunakan!
Tapi satu hal yang sama ternyata cara pengambilan gambarnya yang cuman pake sebiji kamera. Pertama kali mengambil keseluruhan gambar, lalu abis itu para pemain berakting lagi untuk diambil gambar cover-nya satu-satu sejauh diperlukan. Dan tentu retake adegan berkali-kali tak terhindarkan. Jelas membosankan karena menurut penuturan sang produser, hari itu mereka harus menyelesaikan tak kurang dari 19 adegan yang pastinya akan berlangsung sampai jauh malam.
Sesudah adegan di pos ronda diselesaikan, berikutnya lokasi pindah ke dalam salah satu rumah untuk adegan indoor. Karena sudah terlalu siang, kami pun minta diri untuk pulang ke rumah Gotri di Pondok Cabe, Tangerang, sembari mampir dulu untuk belanja dan jalan-jalan ke Poins Square Lebak Bulus.
Usai potong tumpeng dan makan (makan betulan, karena aku emang udah lapar!), syuting digelar dengan adegan perdana berupa scene di pos ronda saat Pak Tohar, Pandi, dan warga setempat main catur dan kemudian bertemu Nanang (Ongky), anak Pak Bei, yang baru saja main bola.
Buat Okta dan aku, ini kali kedua kami nonton syuting sinetron, setelah tempo hari sibuk banting tulang ikut syuting Hujan di Hati Stephie (dan gagal total bikin behind the scene-nya, hihi…!). Karena yang ini dikerjakan PH Ibukota untuk TV nasional, perlengkapannya tentu jauh lebih komplet. Lampunya padhang nJingglang, reflektornya gede setengah mati, kameranya pakai jimmy jip (bener nggak nih istilahnya?), TV monitornya keren pakai angka-angka indikator, sutradara dikontrol ketat oleh pencatat skrip, dan clapper board nggak terlupa digunakan!
Tapi satu hal yang sama ternyata cara pengambilan gambarnya yang cuman pake sebiji kamera. Pertama kali mengambil keseluruhan gambar, lalu abis itu para pemain berakting lagi untuk diambil gambar cover-nya satu-satu sejauh diperlukan. Dan tentu retake adegan berkali-kali tak terhindarkan. Jelas membosankan karena menurut penuturan sang produser, hari itu mereka harus menyelesaikan tak kurang dari 19 adegan yang pastinya akan berlangsung sampai jauh malam.
Sesudah adegan di pos ronda diselesaikan, berikutnya lokasi pindah ke dalam salah satu rumah untuk adegan indoor. Karena sudah terlalu siang, kami pun minta diri untuk pulang ke rumah Gotri di Pondok Cabe, Tangerang, sembari mampir dulu untuk belanja dan jalan-jalan ke Poins Square Lebak Bulus.
Action...!!
Syutingnya sendiri akan terus berlangsung sampai pertengahan Agustus dengan target pas permulaan bulan Ramadan sudah bisa tayang untuk konsumsi tontonan pra-Lebaran dan Lebaran. Stasiun TV-nya masih rahasia. Ntar baru diungkap beberapa hari menjelang premiere sebagai surprise khususnya buat warga Semarang dan Jateng yang pernah akrab dengan komik strip Pak Bei di Edisi Minggu Suara Merdeka sejak tahun 1986 dan lantas menghilang secara misterius dan kontroversial begitu almarhum Bapak pensiun dari SM awal tahun 2004 (apa yang terjadi sungguh amat kontroversial, tapi mending nggak kuungkap di sini, mengko ndak dikiro memaki-maki SM lagi, hehe…! BTW, yang pengin tahu bisa langsung japri aku!).
Khusus untuk pemeran Pak Bei, pilihan kasting satu-satunya jatuh ke Susilo Nugroho, aktor Teater Gandrik, Jogja, yang dulu pernah ngetop berkat perannya sebagai Den Baguse Ngarso di acara Mbangun Desa TVRI Yogyakarta awal tahun 1990-an lalu. Sekadar info, Susilo sejak dulu selalu jadi aktor favorit Bapak untuk memerankan Pak Bei. Dan hasil kasting tim AmaarDyo pun berbanding lurus dengan pilihan Bapak.
Udah jadi korban papparazzi!Khusus untuk pemeran Pak Bei, pilihan kasting satu-satunya jatuh ke Susilo Nugroho, aktor Teater Gandrik, Jogja, yang dulu pernah ngetop berkat perannya sebagai Den Baguse Ngarso di acara Mbangun Desa TVRI Yogyakarta awal tahun 1990-an lalu. Sekadar info, Susilo sejak dulu selalu jadi aktor favorit Bapak untuk memerankan Pak Bei. Dan hasil kasting tim AmaarDyo pun berbanding lurus dengan pilihan Bapak.
Sayang karena konflik jadwal (Pak Susilo adalah guru SMK di Bantul), akhirnya Den Baguse menarik diri beberapa hari sebelum syuting perdana dimulai. Untung sebagai gantinya telah terpilih seorang komedian beken yang malah udah sangat tahu soal komik Pak Bei sejak dulu-dulu. Ia langsung mau begitu ditawari peran utama sebagai Pak Bei, tapi baru bisa ikut syuting awal Agustus.
Siapakah komedian beken itu? Apakah Marwoto? Apakah Eko Patrio? Apakah Butet Kertarajasa? Ataukah justru Ruben Onsu? Namanya baru akan kuungkap kalau dia nanti sudah ikut syuting dan aku mengawasi (ciee… ngawasi!) secara langsung jalannya pengambilan gambar awal Agustus. Jadi jangan lupa untuk ngintip terus di sini guna menginceng update-update-nya!
Yang jelas, komik Pak Bei sebenernya sudah akan disinetronkan sejak tahun 1997 lalu (waktu itu oleh TPI). Tapi entah kenapa selalu gagal terus. Dan kini setelah prosesnya berjalan mayan jauh sampai kasting pemain komplet dan bisa syuting sungguhan, malah Bapak dipanggil Gusti Allah dan nggak bisa ikut menyaksikan premiere-nya nanti bareng-bareng dengan kita semua.
Tapi, yah… namanya takdir Tuhan siapa yang bisa menebak? Kondisi yang sekarang justru membuat aku dan ketiga adikku harus kompak mengiringi Ibu untuk menyelesaikan pekerjaan besar terakhir yang ditinggalkan Bapak biar arwahnya di alam sana tenteram dan bahagia. So, kami nggak akan berhenti hingga MISSION ACCOMPLISHED tak peduli macam apapun halangannya. Semangat!!
Oya, khusus buatku, selain sinetron Pak Bei, ada proyek lain yang kukerjakan bareng PH yang sama, dan bisa jadi tayang jauh lebih cepat daripada Pak Bei nantinya. Tapi untuk yang ini detailnya akan kuceritakan pada lain kesempatan karena kisahnya juga panjang.
Yang aku nggak habis pikir, seperti ada hubungan yang misterius antara aku dan sinetron. Sejak beberapa tahun terakhir, melihat kondisi persinetronan yang makin amburadul, aku sebenernya udah menyatakan diri pensiun dan nggak mau lagi ngurusi sinetron. Tapi twist of fate akhirnya memanggilku kembali ke sana. Pertama lewat Hujan di Hati Stephie, dan lantas yang sekarang ini di mana aku langsung bisa masuk ke lini kreatifnya (hmm… jadi inget Lini Kreatif-nya Om Daktur!). Udah takdir ‘kali ya!
Balik ke Pak Bei, nggak ada ungkapan lain yang bisa kuutarakan selain “Tunggu tanggal mainnya!”. Dan khusus buat Bapak, don’t worry, Pap! Kami tidak akan mengecewakanmu!
Siapakah komedian beken itu? Apakah Marwoto? Apakah Eko Patrio? Apakah Butet Kertarajasa? Ataukah justru Ruben Onsu? Namanya baru akan kuungkap kalau dia nanti sudah ikut syuting dan aku mengawasi (ciee… ngawasi!) secara langsung jalannya pengambilan gambar awal Agustus. Jadi jangan lupa untuk ngintip terus di sini guna menginceng update-update-nya!
Yang jelas, komik Pak Bei sebenernya sudah akan disinetronkan sejak tahun 1997 lalu (waktu itu oleh TPI). Tapi entah kenapa selalu gagal terus. Dan kini setelah prosesnya berjalan mayan jauh sampai kasting pemain komplet dan bisa syuting sungguhan, malah Bapak dipanggil Gusti Allah dan nggak bisa ikut menyaksikan premiere-nya nanti bareng-bareng dengan kita semua.
Tapi, yah… namanya takdir Tuhan siapa yang bisa menebak? Kondisi yang sekarang justru membuat aku dan ketiga adikku harus kompak mengiringi Ibu untuk menyelesaikan pekerjaan besar terakhir yang ditinggalkan Bapak biar arwahnya di alam sana tenteram dan bahagia. So, kami nggak akan berhenti hingga MISSION ACCOMPLISHED tak peduli macam apapun halangannya. Semangat!!
Oya, khusus buatku, selain sinetron Pak Bei, ada proyek lain yang kukerjakan bareng PH yang sama, dan bisa jadi tayang jauh lebih cepat daripada Pak Bei nantinya. Tapi untuk yang ini detailnya akan kuceritakan pada lain kesempatan karena kisahnya juga panjang.
Yang aku nggak habis pikir, seperti ada hubungan yang misterius antara aku dan sinetron. Sejak beberapa tahun terakhir, melihat kondisi persinetronan yang makin amburadul, aku sebenernya udah menyatakan diri pensiun dan nggak mau lagi ngurusi sinetron. Tapi twist of fate akhirnya memanggilku kembali ke sana. Pertama lewat Hujan di Hati Stephie, dan lantas yang sekarang ini di mana aku langsung bisa masuk ke lini kreatifnya (hmm… jadi inget Lini Kreatif-nya Om Daktur!). Udah takdir ‘kali ya!
Balik ke Pak Bei, nggak ada ungkapan lain yang bisa kuutarakan selain “Tunggu tanggal mainnya!”. Dan khusus buat Bapak, don’t worry, Pap! Kami tidak akan mengecewakanmu!
(Foto-foto courtesy of DHF)
weh tau tau udah masuk tipi nasional....gutlak mas!!!
BalasHapuswew heebaaaddddddd.... good luck jugak mas...
BalasHapusMas,
BalasHapusBapak sampun tilar to? Kapan?
Aku baru tahu setelah baca postingan ini... maaf ya...
Semoga sinetron Pak Bei bisa sebagus strip buatan Bapak. :)
to didut & h4rs: tengkiu. doaken wae...
BalasHapusasri: pas pagi hr tgl 25 juni.ya persis seru2nya ngerjain sinetron ini. doanya aja biar beliau juga sukses di alam sana, hehe...
Lha nyang Betawi kok ra ajak-ajak lho. Ayo ngajak aku!
BalasHapusweits mantep tenan,
BalasHapushidup Pak Bei. jangan lupa undang loenpia buat premierenya ya mas...
wah, keren mas di angkat jadi pelm sitkom ya?? wah bakal nyaingi SSTI, tapi aq dukung pak bei, lebih kocak pasti,, :D
BalasHapusmas ajak2 ya pas premiernya, skalian loenpia pada kopdar ntn premier nya. aq jg pengen ikut maksudnya, hehee :D
mas usul, pak bei nya kayaknya pas nya pak Marwoto (Pelawak) dah mirip bgt tuh ma yg di SM, dari ekspresi wajahnya juga mendukung,, pas buaanget *2 jempol*
to siluet: ya ayo! minggu ke2 agustus ke sana lagi. si "bocor alus" juga ikut...
BalasHapusto mizan & batmansarungan: pas premiere pasti loenpia diundang ben seru. dan harus lebih lucu dari SSTI. marwoto? hmm... tunggu aja pengumuman pemerannya sebentar lagi...
Wah wah,akhirnya jadi sinetron juga mas..
BalasHapusSelamat dech..
Kalo bisa ntar di buat film aja mas, biar lebih keren..
*sekedar usul*
Gud lak wae lah....
sing dadi pak beinya bakalan sepolos stripnya g ya??? jd inget waktu pertama kali baca komik stripnya. komik pertama yg aku bc jaman sd.
BalasHapusnombok komen
BalasHapuseh mas gradasi kie majalah untuk level pembaca yg mana? ntar aku kirim tp g masuk kan sayang. he he he. japri syarat2te yo.
Selamat ya Mas Win, Almarhum Bapak pasti sangat bangga dan puas di sana ya...
BalasHapusWah, jadi penasaran, siapa ya pemeran Pak Bei-nya...soalnya kalau Den Baguse kayaknya kebayang banget, hehehehe...passs gitu.
Hai mas,
BalasHapusMakasih ya udah mampir ke "rumah" saya, thanks for the comment as well. So good to know you :)
kutunggu tayangmu....
BalasHapusgak sabar nunggu siapa sih pemeran pak BEI !!!???
gaayaaaaaaa.....
BalasHapusaku yo meh pindah DKI. Ayo obrak-abrik DKI dengan keluguan kitah!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus