scribo ergo sum

Senin, 14 Juli 2008

Nggak Pake Cheat

16:35 Posted by wiwien wintarto No comments

Judul: Nosferatu: The Wrath of Malachi
Platform: PC
Developer: Idol FX
Distributor: iGames Publishing
Genre: Adventure/FPS
Requirements: Windows/P-III 733 MHz/RAM 128 MB/Video Memory 16 MB/350 MB HD Space

Karena lagi kangen game adventure, aku beli Nosferatu: The Wrath of Malachi dari lapak software bajakan di lantai dasar Plasa Simpanglima. Melihat requirements-nya yang lumayan rendah, game ini bisa dipastikan nggak akan menemui masalah sesudah dipasang ke komputerku. Dan ternyata dugaanku nggak meleset. Bahkan permainannya pun berkategori no problemo.
Dalam Nosferatu, kita bermain sebagai James Patterson, seorang jago anggar yang bertandang ke Transylvannia, Rumania, untuk menghadiri pesta pernikahan kakaknya, Rebecca, dengan Count Malachi, di puri raksasa kediaman Sang Count. Ia datang belakangan setelah Rebecca dan semua kerabatnya berkumpul di sana.

Nggak tahunya, saat ia masuk puri itu, semua sudah terlambat. Sang Count ternyata makhluk iblis yang tengah berusaha membangkitkan Iblis Lord Malachi dengan cara mengambil nyawa Rebecca dan seluruh kerabat Keluarga Patterson sebagai tumbal. Misi Jason adalah menelusuri seluruh bagian puri Sang Count untuk menyelamatkan satu demi satu kerabatnya yang ditawan dan akhirnya berhadapan langsung dengan Count serta dengan Malachi.
Total ada tiga seksi puri yang harus kita telusuri untuk menyelamatkan para kerabat Patterson, yaitu East Wing, West Wing, dan Main Castle, masing-masing merupakan level satu, dua, dan tiga sebagai yang tersulit. Sebagaimana lazimnya game petualangan FPS (first person shooter), kita akan dibawa menyusuri lorong-lorong, membuka aneka macam pintu, panel, dan jebakan untuk masuk ke ruang-ruang baru yang mengundang rasa ingin tahu.
Sepanjang jalan kita akan kepergok berbagai macam musuh yang seru, mulai dari orang-orang gipsi, zombie, vampir, hingga monyet terbang. Dan untuk mengalahkan mereka, kita dibekali beberapa jenis senjata, sejak tinju tangan kosong, pedang, pistol kuno, revolver, musket (senapan kuno), hingga pasak kayu, senapan mesin, dan juga chalice (piala untuk wadah air suci saat misa gereja).
Selain musuh kecil-kecil, ada juga beberapa bos yang harus dihabisi. Mereka adalah Desmodaui, Succubus Moraie, Foul Beast Vampire, Succubus Draija, The Count, dan terakhir Lord Malachi. Sedang kerabat yang harus diselamatkan berjumlah 15 orang yang punya jam kematian sendiri-sendiri, sehingga kita harus buru-buru menyelamatkan mereka sebelum mati karena siksaan Count. Permainan sendiri dimulai sejak pukul 23.00 hingga 6.00 saat fajar menyingsing.
Sebagaimana kutulis di atas, gameplay Nosferatu amat no problem alias luar biasa mudah. Para gamers veteran akan dengan mudah menyelesaikan game satu ini, sedang yang baru-baru paling cuman harus membiasakan diri dengan cara main dan cara penggunaan senjata-senjatanya. Habis itu level demi level akan bisa dilewati tanpa banyak kesulitan.
Buatku sendiri, yang udah pernah finish beberapa game petualangan/FPS paling seru macam Metal Gear (versi paling awal, yang ini jelas pra-FPS), System Shock 2, atau Medal of Honor: Allied Assault, Nosferatu menjadi game yang paling gampang. Selain MoHAA, inilah game di mana aku nggak perlu pake cheat dari awal sampai ending—paling jauh cuman mbaca Walkthrough-nya yang ditulis oleh Alan Chan alias Joylock.
Secara desain keseluruhan, Nosferatu yang bikinan studio Swedia termasuk average. Peta dan denah kastilnya amat detail dan bagus, serta bebas untuk ditelusuri kapan saja meski misi-misinya udah selesai. Hanya saja nggak ada gambar denah untuk membantu kita menavigasi seluruh isi puri, yang mana jadi cukup realistis karena saat sang tokoh utama datang, puri itu bener-bener tempat yang asing sehingga satu-satunya cara untuk mengenali lekuk-liku seluruh bagiannya hanyalah dengan mengenalinya sedikit demi sedikit setelah satu-persatu ruangan ditelusuri.
Ilustrasi musik dan efek suaranya juga lumayan, cukup bisa bikin kuduk meremang dan deg-degan menunggu makhluk apa lagi yang bakal muncul dari balik punggung kita. Sayang bagiku suasana game-nya nggak begitu menyeramkan, yang jadi poin minus mengingat ini adalah game bernuansa horor yang seharusnya menakutkan. Atmosfer seramnya malah kalah jauh dari System Shock 2.
Meski begitu, Nosferatu lumayanlah bisa mengobati kerinduan pada game petualangan dan bikin aku sejenak libur dari game simulasi, real time strategy, serta manajemen bal-balan kesukaanku. Tapi karena terlalu gampang, harus segera nyari game baru lainnya lagi, nih…

0 komentar:

Posting Komentar