Judul: Aku Seorang Gay
Pengarang: Betty W Kusuma
Penerbit: JP Books, Surabaya
Tebal: 280 halaman
Genre: Drama/romance
Cetakan: Ke-1 (Maret 2008)
Akhirnya ada juga novel teenlit dari Kota Pahlawan Surabaya. Biasanya kan kita bacanya dari Jakarta (Gramedia, Elex Media, Gagasmedia) atau Bandung (Mizan cs). Nah, sekali ini Surabaya nggak mau kalah nimbrung di pasar per-teenlit-an. Dan penerbitnya pun berasal dari Jawa Pos Group.
Aku Seorang Gay karangan Betty W Kusuma mungkin novel teenlit pertama yang ditelurkan JP Books. So, bisalah buku ini dibilang spesial, karena menjadi teenlit pelopor dari penerbitan tersebut. Harapannya tentu ke depan akan semakin banyak lagi karya-karya teenlit (terutama dari pengarang Jawa Timur-an) yang keluar lewat JP Books. Lucunya, Betty justru bukan warga Jatim, melainkan Jambu, Kabupaten Semarang.
Seperti lazimnya teenlit, ASG juga diwarnai fenomena “murid baru” dan “cowok judes-galak”. Sang murid baru adalah Pixie, yang datang dari Jakarta ke Salatiga, sedang sang cowok galak itu adalah Rexa, teman sebangku Pixie. Rexa diidolain semua teman ceweknya tapi justru dingin dan beku pada kaum Hawa yang merubunginya.
Awalnya Pixie ngeri juga pada Rexa, tapi lama-kelamaan ia bisa mengambil hati cowok itu dan bahkan menjadi salah satu sahabat dekatnya. Ketika benih cinta mulai bersemi, Pixie dikagetkan oleh kenyataan bahwa Rexa ternyata seorang gay. Yap, Rexa ternyata udah punya kekasih yang bernama, bukan Alice atau Rebecca, tapi Glen.
Cerita pun bergulir mengenai upaya Pixie yang tak kenal lelah mengungkap jati diri Rexa, terutama soal latar belakang masa lalu kelam yang telah membuat Rexa menjadi homoseksual. Benarkah doi gay sejati? Atau hanya sekadar pelarian sehingga masih mungkin dikembalikan ke jalan yang benar?
Kalau mau tahu kelanjutannya, ya baca aja sendiri bukunya sampai tamat! Yang jelas aku suka banget ending-nya, karena jika novel lain (termasuk buatanku) ngasih ending dengan titik, yang ini dengan elipsis. Itu bikin ending-nya “nggak memihak” dan bergulir sesuai dengan kehendak “takdir” yang alami.
Soal pengarangnya, aku udah lama kenal Betty. Dan kenalannya pun dengan cara yang amat nggak lazim. Aku nggak bakalan kenal doi kalau nggak disuruh Mas Budi Maryono (Om Daktur Kantin Banget & halaman entertainment Edisi Minggu SM) bikin resensi film Indonesia sejak Januari 2006 sampai Februari 2007 lalu.
Karena aku gampang terganggu dengan film-film kita yang kualitasnya pas-pasan, resensiku pun mayoritas berisi “thumbs down” dengan bahasa yang sarkastis dan sinis meski lucu (simak di http://wiwienmovies.blogspot.com/!). Semua kecaman itu rupanya annoying bagi sebagian orang, salah satunya ya si Betty ini.
Nggak tahan membaca kesinisanku, ia mengirim Surat Pembaca yang dimuat SM sekitar bulan Agustus 2006. Surat mana kemudian aku balas beberapa hari kemudian di rubrik yang sama berisi penjelasan dan latar belakang semua resensiku. Nggak dinyana, beberapa pekan kemudian Betty ngirim surat ke aku lewat kantor SM untuk ngajak diskusi lebih lanjut.
Ternyata, surat berbalas surat akhirnya kami malah jadi sahabat pena beneran. Bukan lewat e-mail, tapi lewat suratpos biasa. Jadi ini surat-suratan mbalik lagi ke zamannya Sitti Nurbaja sama Abendanon (eh, pasangannya keliru ya…?) dulu, yang masih pake nempel prangko, nglipet amplop, dan masukin ke Bus Surat atau Kantor Pos, lalu nunggu motor Pak Pos datang menyerahkan suratnya.
Berawal dari itu, aku jadi tahu hobi dan skill kami sama, yaitu sama-sama bikin cerita (cerpen, novel). Beth, begitu dia biasa diakrabi, udah ngirim banyak naskah ke penerbit mana-mana tapi selalu ditolak. Dan akhirnya Aku Seorang Gay adalah karya debutnya yang sekian lama dia nanti-nanti.
So, sebagai best friend, udah jadi kewajibanku untuk ikut mempromosikan novel ini. Barangsiapa yang nggak mau beli, harus berhadapan denganku! Kalau ada yang mau kenalan sama pengarangnya, ya ayo ikut aku ke Jambu nanti kuajak ke rumahnya sekalian mampir makan duren di Wartel Boing yang ada di cerita Say No to Love!
Pengarang: Betty W Kusuma
Penerbit: JP Books, Surabaya
Tebal: 280 halaman
Genre: Drama/romance
Cetakan: Ke-1 (Maret 2008)
Akhirnya ada juga novel teenlit dari Kota Pahlawan Surabaya. Biasanya kan kita bacanya dari Jakarta (Gramedia, Elex Media, Gagasmedia) atau Bandung (Mizan cs). Nah, sekali ini Surabaya nggak mau kalah nimbrung di pasar per-teenlit-an. Dan penerbitnya pun berasal dari Jawa Pos Group.
Aku Seorang Gay karangan Betty W Kusuma mungkin novel teenlit pertama yang ditelurkan JP Books. So, bisalah buku ini dibilang spesial, karena menjadi teenlit pelopor dari penerbitan tersebut. Harapannya tentu ke depan akan semakin banyak lagi karya-karya teenlit (terutama dari pengarang Jawa Timur-an) yang keluar lewat JP Books. Lucunya, Betty justru bukan warga Jatim, melainkan Jambu, Kabupaten Semarang.
Seperti lazimnya teenlit, ASG juga diwarnai fenomena “murid baru” dan “cowok judes-galak”. Sang murid baru adalah Pixie, yang datang dari Jakarta ke Salatiga, sedang sang cowok galak itu adalah Rexa, teman sebangku Pixie. Rexa diidolain semua teman ceweknya tapi justru dingin dan beku pada kaum Hawa yang merubunginya.
Awalnya Pixie ngeri juga pada Rexa, tapi lama-kelamaan ia bisa mengambil hati cowok itu dan bahkan menjadi salah satu sahabat dekatnya. Ketika benih cinta mulai bersemi, Pixie dikagetkan oleh kenyataan bahwa Rexa ternyata seorang gay. Yap, Rexa ternyata udah punya kekasih yang bernama, bukan Alice atau Rebecca, tapi Glen.
Cerita pun bergulir mengenai upaya Pixie yang tak kenal lelah mengungkap jati diri Rexa, terutama soal latar belakang masa lalu kelam yang telah membuat Rexa menjadi homoseksual. Benarkah doi gay sejati? Atau hanya sekadar pelarian sehingga masih mungkin dikembalikan ke jalan yang benar?
Kalau mau tahu kelanjutannya, ya baca aja sendiri bukunya sampai tamat! Yang jelas aku suka banget ending-nya, karena jika novel lain (termasuk buatanku) ngasih ending dengan titik, yang ini dengan elipsis. Itu bikin ending-nya “nggak memihak” dan bergulir sesuai dengan kehendak “takdir” yang alami.
Soal pengarangnya, aku udah lama kenal Betty. Dan kenalannya pun dengan cara yang amat nggak lazim. Aku nggak bakalan kenal doi kalau nggak disuruh Mas Budi Maryono (Om Daktur Kantin Banget & halaman entertainment Edisi Minggu SM) bikin resensi film Indonesia sejak Januari 2006 sampai Februari 2007 lalu.
Karena aku gampang terganggu dengan film-film kita yang kualitasnya pas-pasan, resensiku pun mayoritas berisi “thumbs down” dengan bahasa yang sarkastis dan sinis meski lucu (simak di http://wiwienmovies.blogspot.com/!). Semua kecaman itu rupanya annoying bagi sebagian orang, salah satunya ya si Betty ini.
Nggak tahan membaca kesinisanku, ia mengirim Surat Pembaca yang dimuat SM sekitar bulan Agustus 2006. Surat mana kemudian aku balas beberapa hari kemudian di rubrik yang sama berisi penjelasan dan latar belakang semua resensiku. Nggak dinyana, beberapa pekan kemudian Betty ngirim surat ke aku lewat kantor SM untuk ngajak diskusi lebih lanjut.
Ternyata, surat berbalas surat akhirnya kami malah jadi sahabat pena beneran. Bukan lewat e-mail, tapi lewat suratpos biasa. Jadi ini surat-suratan mbalik lagi ke zamannya Sitti Nurbaja sama Abendanon (eh, pasangannya keliru ya…?) dulu, yang masih pake nempel prangko, nglipet amplop, dan masukin ke Bus Surat atau Kantor Pos, lalu nunggu motor Pak Pos datang menyerahkan suratnya.
Berawal dari itu, aku jadi tahu hobi dan skill kami sama, yaitu sama-sama bikin cerita (cerpen, novel). Beth, begitu dia biasa diakrabi, udah ngirim banyak naskah ke penerbit mana-mana tapi selalu ditolak. Dan akhirnya Aku Seorang Gay adalah karya debutnya yang sekian lama dia nanti-nanti.
So, sebagai best friend, udah jadi kewajibanku untuk ikut mempromosikan novel ini. Barangsiapa yang nggak mau beli, harus berhadapan denganku! Kalau ada yang mau kenalan sama pengarangnya, ya ayo ikut aku ke Jambu nanti kuajak ke rumahnya sekalian mampir makan duren di Wartel Boing yang ada di cerita Say No to Love!
0 komentar:
Posting Komentar