scribo ergo sum

Jumat, 29 Februari 2008

Life with Gradasi

15:11 Posted by wiwien wintarto 3 comments
Hari Rabu 20 Februari 2008 kemaren, Majalah Gradasi memperingati ultahnya yang ke-8 dengan acara tumpengan sederhana. Tumpengan digelar di Ruang Joglo kompleks SMK Negeri 11 Semarang, mulai pukul 12.00 teng dan berakhir kira-kira dua jam kemudian dengan acara makan bersama.
Karena nggak ada petugas khusus pembawa acara, aku pun terpaksa turun tangan sendiri jadi MC. Seperti kebiasaan yang sudah-sudah, acaranya ya cuman diisi dengan sambutan-sambutan, berdoa, potong tumpeng, lalu makan. Sama persis dengan tiap event ultah Tabloid Tren dulu. Bedanya, bila dulu pejabat tertinggi yang pidato adalah managing director, sekarang kepala sekolah!

Yang lucu, ultah asli Gradasi sebenarnya bukan tanggal 20-nya, melainkan sembilan hari sebelumnya, yaitu tanggal 11. 11 Februari sama persis dengan ultah Suara Merdeka, “klub”-ku sebelum ini. Sempat molor sembilan hari karena kami nggak tahu mau bikin acara perayaan apa, sebelum Mas Handry TM (General Manager Gradasi) dan Pak Anton Bowo (Direktur UP Gradasi; penerbit Majalah Gradasi) sepakat dengan acara tumpengan dan doa bersama.
Aku sendiri memperingati ultah itu dengan promosi jabatan. Tanpa seremonial, prosedural, dan SK macam-macam, kini aku duduk di kursi wakil pemimpin redaksi, posisi yang sama dengan yang terakhir kupegang pas di Tren. Kini aku mengambil kendali penuh atas segala isi majalah dan kebijakan redaksional. Jadi kalo ada teman-teman yang mau ikut nyumbang naskah ke Gradasi, bisa langsung kontak atau langsung aja blusukan main ke SMK 11 di Banyumanik deket Pemancingan Risana.
Yang jelas aku sekarang udah bisa settle down dan menikmati hari-hariku di Gradasi. Aku sudah bener-bener merasa sebagai orangnya Gradasi, bukan lagi sebagai eks orang SM yang bantu-bantu menjadi konsultan Gradasi. Satu faktor utama yang membikin aku betah di sana adalah—seperti kata Anita!—barisan reporter bawahanku yang semuanya terdiri atas cewek.
Keunikan Gradasi dibanding media remaja lain pada umumnya adalah pasukan reporternya tersusun atas anak sekolah, bukan wartawan betulan yang direkrut dengan rendengan dokumen ijazah serta wawancara plus psikotes oleh HRD. Tantangan terbesarku adalah memfungsikan para reporter dengan kualitas SDM anak sekolahan itu namun dengan kualitas kiprah kerja dan tulisan yang bisa disetandingkan dengan Hai, Kawanku, KerBek, Gaul, Cosmo Girls, atau Olga!.
Dan bagi mereka sendiri ini jelas suatu pengalaman yang langka dan sangat berharga nggak bisa dinilai dengan apapun. Niat mereka adalah ikut ekskul jurnalistik di SMK 11, namun kerja-kerja jurnalistik mereka adalah pekerjaan serius beneran yang juga diimbangi dengan imbalan honorarium sungguhan pula. Sejauh ini saja, pengalaman kerja mereka sudah jauh melampaui kakak-kakak mereka para mahasiswa komunikasi-jurnalistik di Undip, UI, UGM, atau STIK Semarang, karena anak-anak itu sudah kerap tertempa keras pahitnya dunia kewartawanan yang pada lazimnya baru terjadi pada seseorang yang berumur 25-an ke atas.
Dan yang lebih hebat lagi, mereka itu cewek. Nggak ada satupun makhluk cowoknya. Dulu pernah ada beberapa gelintir nama cowok yang ikut serta, tapi satu demi satu berguguran. Beberapa muka baru dari kelas I pun 100% juga perempuan (dan manis-manis lagi, hehe…!). Dan saat udah turun liputan, cerita mereka pun udah seru-seru, kayak kesasar, dimarahi orang, disambut ramah begitu tahu mereka wartawan, jalan kaki berkilo-kilo karena nggak ada angkutan umum, atau tegang menghadapi keributan penonton pas konser Sheila On 7.
Jadi seperti inilah hari-hariku sekarang, persis seperti suasana yang tersaji dalam gambar di atas… kumpul ra kumpul sing penting mangan, ning biasane mesti kumpul!

3 komentar:

  1. Aku meriiiiiiiiii......!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. Makan2.. Hehehe.

    BalasHapus
  3. dew: ya ayo makan2! menunya tetep rujak cungur sapi?

    bm: nek meri ya kantinbanget diajak ke smk 11.semoga akan ada lagi yg memrotes ww, hehe...

    BalasHapus