scribo ergo sum

Selasa, 18 September 2007

Say No to Love!!

10:03 Posted by wiwien wintarto 20 comments

Judul: Say No to Love
Pengarang: Wiwien Wintarto
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: Ke-1 (September 2007)
Tebal: 309 halaman
Genre: Comedy/romance
Harga: Rp 35.000
Bagaimana bila sebuah novel (atau film) hadir tanpa menyuguhkan konflik apapun? Nggak ada good guys, nggak ada bad guys, nggak ada pertentangan, nggak ada kebaikan vs kejahatan, pokoknya semua baik-baik saja! Pemikiran itu selalu terlintas di benakku tiap kali nonton sinetron yang selalu berbuih-buih plus bombastis itu. Dan kini, aku benar-benar menuangkannya dalam sebuah cerita—a novel without conflict. Judulnya Say No to Love.
Novel ini berkisah soal pasangan bos dan sekretaris bernama Wisnu dan Dewi. Wisnu adalah Presiden Direktur Helman Communications, sebuah perusahaan telekomunikasi dan hiburan multinasional. Ia juga merupakan putra sulung Rijanto Helman, CEO Helman Corporation, induk perusahaan Helman Comm. Hidup Wisnu berubah saat ia menerima Dewi yang rookie dan masih hijau sebagai sekretarisnya.

Iseng, ia memelonco Dewi pada hari pertama gadis itu masuk kerja. Tak disangka, Dewi marah dan mengamuk sejadinya gara-gara peloncoan itu. Wisnu yang merasa bersalah pun lantas minta maaf dengan cara yang sangat spektakuler. Dan awalan yang agak aneh itu lantas membawa hubungan mereka ke titik yang juga tak terduga-duga.
Lebih dari sekadar bos dan sekretaris, keduanya segera saja menjadi akrab dan dekat mirip sepasang sobat pada masa sekolah atau kuliah. Tak hanya itu, pembawaan Dewi yang ceria dan berbagai keahlian serta minatnya membawanya diterima dengan cepat oleh keluarga Helman.
Maka, berbagai rumor, gosip, selentingan, dugaan, dan tuduhan soal kedekatan mereka pun merebak. Hampir semua orang sepakat bahwa mereka harus jadian, karena keakraban mereka membuktikan bahwa keduanya memang sama-sama pas satu sama lain.
Lucunya, Wisnu dan Dewi sendiri justru cuek bebek dan menganggap semuanya angin lalu. Mereka sama-sama nggak menemukan chemistry dan special feeling yang membuat keduanya harus bergerak lebih dalam daripada sekadar pertemanan biasa.
Namun ketika kisah cinta masing-masing akhirnya kandas—dan sama-sama kena batunya oleh cinta—, mereka pun dihadapkan pada satu kenyataan yang amat sukar ditelaah. Jika memang sudah sama-sama cocok dan perfect for each other, masih perlukah cinta menjadi bumbu dan alasan untuk bersatu?
Seperti yang terpampang di sinopsis, nggak ada konflik apapun yang ada di Say No to Love. Nggak ada protagonis, antagonis, perbenturan kepentingan, pertaruhan harga diri, perebutan sesuatu, pertengkaran, cekcok, atau apalagi violence dan balas dendam. Tiap tokoh adalah keseharian semua dari kita yang hidup biasa-biasa aja dan dengan taraf problematika serta konflik yang juga biasa-biasa aja.
Kalaupun ada, konfliknya tentu berada pada tataran substansi, bukan permukaan. Seperti konflik dalam diri Reva yang harus memilih antara menurutkan kata hatinya untuk mengejar Dewi atau mempertahankan kesetiaannya pada kekasih lamanya. Atau konflik dalam diri Wisnu dan Dewi yang kebingungan mencari alasan untuk sama-sama saling menerima tanpa harus melalui pintu gerbang asmara. Atau konflik dalam diri Daus yang termakan paranoianya sendiri hanya karena tak siap menghadapi perubahan.
Pada dasarnya, Say No to Love adalah kampanye gerakan moral bagi kita semua untuk jangan mau lagi diperbudak cinta. Kita mencari cinta sejati, rela berkorban, rela mati, dan kadang bahkan rela merusak atau membunuh diri sendiri hanya karena cinta. Apa yang kita dapat? Bahkan seandainyapun kita berhasil menggapainya dan bersatu dengan dambaan hati kita seumur hidup lewat jalur pernikahan, perasaan cinta yang mendayu-dayu itu akan menguap lenyap dalam hitungan tak sampai 3 bulan sejak ijab kabul.
Selanjutnya, kita akan dihadapkan pada realita hidup yang hanya bisa dipecahkan dengan uang, keterampilan, kecerdasan, kecermatan dalam memanfaatkan peluang, kecocokan kita dengan pasangan, dan sama sekali bukan dengan perasaan yang mendayu-dayu itu.
Jadi apakah cinta nggak penting? Tentu saja penting, dan perlu. Bayangkan dunia tanpa ada film romance, komedi romantis, lagu-lagu greatest love song, novel metropop, dan debaran hormon saat kita bertemu someone special—pasti lucu dan kering.
Pesan moralnya hanyalah, tempatkan cinta secara proporsional. Gunakan dia untuk memajukan hidup kita masing-masing. Ketika ia sudah mulai memaksakan kehendak, merongrong, serta menggerogoti energi hidup ini, kita juga harus bisa dan mau tegas untuk bilang “say no to love!” dan melanjutkan hidup ini tanpa dia atau mencari cinta-cinta yang lain. Dunia toh nggak selebar daun kelor.
Say No to Love adalah novel keduaku sepanjang tahun 2007 sesudah Dunia Dini yang terbit Juni lalu, tapi ini novel pertamaku yang diterbitin GPU dan nggak ber-setting dunia remaja.
Seperti kelima novelku sebelumnya, Say No to Love juga masih berada dalam semesta yang sama. Tetap berlokasi di Kota Semarang, ada Lazuardi Estate, Harian Semarang, serta Tabloid Remaja Abege. Anita pacar Reva adalah Anita editor fiksi yang membantu penyelidikan Dini dan Maya dalam Dunia Dini, sedang Rizal Anggodo yang merupakan sepupu Dewi adalah Rizal sahabat Rio yang dalam Dunia Dini naksir Maya tapi sekaligus jatuh cinta pada Dini.
Dan seperti biasa, selalu ada yang baru dalam tiap novelku. Say No to Love adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah pernovelan dunia tempat pengarang meledek dirinya sendiri dalam cerita. Temukan ejekan itu dalam ending-nya. Yang mudeng pasti langsung ngakak. Yang enggak pun bisa nyari artinya di Wikipedia.
Kalau mau tahu ya beli… jangan pinjem, apalagi minta…

20 komentar:

  1. Mantap! OK's banget mbak.

    Rasa-rasanya untuk satu hal kita punya pmikiran yang sama. Masa' iya hidup itu akan selalu bergairah dengan konflik? Bukankah jikalau tanpa konflik dunia bakal damai tentram kerto raharjo? Saya dari dulu juga kepengin banget baca (bahkan menulis, tapi udah kedahuluan mbak Wien, hehehe) novel yang nggak ada tokoh antagonisnya, atau minimal antagonis itu lahir karena keadaan, bukannya dari awal tokoh diciptakan jadi jahat, judes, musuh, dan teman-temannya. Dan, saya sangat menikmati novel mbak ini.

    4 hari saya pakai untuk selesaiin baca, disela-sela jadual kuliah yang lumayan padet karena jelang libur lebaran.

    Okey, selamat ya mbak, salam kenal dari saya. Dan ditunggu novel remaja-beranjak-dewasa-menuju-tua-nya yang berikut. Saya adalah penikmat buku-buku segar yang nggak butuh melipat kening membacanya.

    Oh, iya, met puasa dan iedul fitri 1428 H. Mohon maaf lahir dan bathin.

    BalasHapus
  2. salam kenal juga mas yuliono. dan selamat, anda satu lagi korban penipuan namaku, hehe...
    aku bukan mbak, tapi bude... hallah! aku ini cowok. nama wiwien janganlah sampai menyelewengkan pemahaman orang mengenai jenis kelaminku, tapi wajar soalnya mengarahnya ke perempuan.
    thanks anyway udah baca dan beli. ditunggu aja novel2 berikutnya...

    BalasHapus
  3. Iya, saya baru ngeh dan langsung istighfar setelah baca profil (karena terlalu bersemangat memberi komentar pada novel bagusnya mas, saya sampai nggak baca profilnya dulu). Bener, gara-gara nama Wiwien (plus ada 'ie'-nya) saya menebak mas ini cewek. soalnya saya dulu pernah punya kecengan waktu SMP, namanya wiwin....:)

    Kalo begitu saya minta maaf, karena salah sebut. Tapi, ngomong-ngomong saya juga sering pengalaman dikira cewek, karena dipanggil dengan penggalan nama depan saya, Yuli.

    Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Dan, beneran loh, saya tunggu novel selanjutnya.

    BalasHapus
  4. heheheheh,,,,kuwalikan mbek aku wien,nek aku sok disangka co,sampeyan disangka ce..heheheh..eniwei, bukune ono bajakane rak yo? arep tak donlot maksude.. hihihihihih

    BalasHapus
  5. to koolsonic: mudah2an ono (lho... malah berharap dibajak!)

    BalasHapus
  6. Selamat atas penerbitan novelnya ya Mbak'e... eh, maap, maap... huihihi.

    Ulangi ah: selamat atas lahirnya Say No to Love ya, DHIMAAAS!
    Semoga sukses, laris-manis, terus nyusul lagi novel-novel berikutnya.
    Siiip!

    Makasih lho sudah bersedia ditodong gratisannya, huehehe.

    BalasHapus
  7. maturnuwun mbak dew. selama dikau masih sering terlihat di pudakpayung sebrang ndalan, gratisan novel2 berikut pasti selalu ada... nek ra ditolak neh, hehe...!

    BalasHapus
  8. nek mbak yg disebrang jalan dike'i gratisane. Klo sama aku cuman janji2 palsu, huh!

    BalasHapus
  9. aku dapat gratis, tapi kok ilang ya Wien. Kasih lagi dong!

    BalasHapus
  10. piye to? buku gratisan kok ilang. sana njaluko ke mbak ike...!

    BalasHapus
  11. Lagi lagi banyak yg ketipu yah, tapi awal ku liat nama "wiwien wintarto", dlm benak-ku tak terlintas sedikitpun kalo nama wiwien tuh cewek. Yang terbayang adalah sosok lelaki yg cuek tapi perhatian hehehe.
    Berawal dari say no to love, membuatku jadi kembali ke masa remaja, bukan berarti sekarang diriku udah tidak remaja lagi. bukan begitu..tapi sedang menginjak dewasa tepatnya:) seneng banget baca novel mas wien yg mengalir dan ga bikin pusing. ya iyaLah kalo bikin pusing mana mau kubaca. Jadi ga sampe berhari2 baca nih novel karena kalo blm tau endingnya rasanya bikin penasaran aja. Itulah hebatnya mas wien, bisa membuat pembacanya betah berlama2 sampe tuntas tas!
    Selamat ya.. dan selamat bertugas.

    BalasHapus
  12. trims ya susie. trims juga udah baca. memang aku ini cuek dan kurang perhatian... lho?

    BalasHapus
  13. Hai,nama saya Reykey.Salam kenal.Saya siswa Sman 2 smag.Disini saya hanya mau cari kenalan saja.
    O ya, ini alamat blog saya:
    http://badakdna.blogspot.com
    Ini almt e-mail saya:
    rizqi_dna@yahoo.co.id
    Salam kenal

    BalasHapus
  14. yan: salam kenal balik!

    BalasHapus
  15. Anonim00.55

    mau tau endingnya dulu dong mas, happy ending ga ?

    BalasHapus
  16. Whahaha.... Novel yang jos gandos. Biar tanpa konflik yang bombastis kayak di sinetron2 kita tapi benar-benar lep, meski agak sedikit kecewa krn bersatunya Wisnu dan Dewi tanpa komintmen cinta. Tp bkn berarti hidup tanpa cinta akan indah, tho, Bos?

    BalasHapus
  17. Whahaha.... Novel yang jos gandos. Biar tanpa konflik yang bombastis kayak di sinetron2 kita tapi benar-benar lep, meski agak sedikit kecewa krn bersatunya Wisnu dan Dewi tanpa komintmen cinta. Tp bkn berarti hidup tanpa cinta akan indah, tho, Bos?

    BalasHapus
  18. mbak, masih ada copy dari buku ini ga?, aku cari di semua toko buku sudah ga ada soalnya.... ;(

    BalasHapus
  19. maaf mas.. hehehe... :D

    BalasHapus
  20. Anonim09.42

    Mas wiwien maaf Mau bertanya,masih Ada copyan buku say no to love gak?punyaku hilang,cari di toko buku Sdh tdk Ada,kalo bagi para readers Ada yg punya tog segera contact saya ke putri_pramudya22@yahoo.com thankyou :)

    BalasHapus