Kejar Siong adalah singkatan dari Kelompok Belajar Siang Bolong. Ini merupakan study club-ku pas zaman SMA, persis 20 tahun yang lalu, antara 1987 hingga 1990 saat aku masih nongkrong di SMA 5 Semarang.
Kejar Siong beranggotakan lima personel, yaitu FX Hendra Prasetya alias Hendro, Supriyono alias Pion alias Dion alias Aldion (gile, yang ini namanya kayak bandit di Buser!), Hartanto alias Tanto, Banar Priyantoro alias Banar alias Bantruk, dan aku sendiri.
Tadinya kami hanya geng anak-anak sekolahan biasa, yang lantas beralih fungsi jadi kelompok belajar. Tapi lain dengan kejar-kejar lain yang beroperasi malam hari pas jam belajar dan bikin PR, kami bergerak siang hari habis bubaran sekolah pukul 1 siang. Itu sebabnya kami pake nama Kejar Siong.
Waktu itu, pas masih sekelas di kelas satu (I.2), kalau sekarang kelas X, kami nggak langsung pulang tapi nongkrong dulu di kelas untuk belajar. Belajar sungguhan. Serius, meski Tanto sama aku lebih sering cengengesan daripada mengikuti materi yang didiskusikan.
Mapel yang dijadikan topik bahasan hanya beberapa yang paling penting tok, yaitu matematika, fisika, biologi, kimia, dan bahasa Inggris. Karena masing-masing personel menguasai materi yang berbeda-beda, tiap dari kami pun punya jatah mapel sendiri-sendiri.
Hendro mengajarkan matematika dan fisika, Pion biologi, Banar kimia, dan Tanto plus aku kebagian bahasa Inggris. Meski diadakan setengah main-main, pengaruh Kejar Siong terasa juga. Dari tadinya nggak mudeng trio matematika-fisika-kimia, aku kemudian pelan-pelan bisa dapet nilai lumayan.
Tapi namanya juga anak-anak SMA, Kejar Siong hanya berjalan beberapa bulan. Masuk semester genap, fungsi Kejar Siong berubah dari kelompok belajar jadi “partai politik”, dengan ambisi tunggal menjadikan Hendro ketua kelas yang berhak mengatur posisi duduk kami sedekat mungkin dengan para cewek yang saat itu jadi inceran orang sekelas dan bahkan satu sekolahan!
Kejar Siong sendiri berevolusi dari kelompok yang diberi nama Tiga Menguak Tabir. Kalo Tiga Menguak Takdir kan trio sastrawan zaman dulu yang salah satu anggotanya adalah Chairil Anwar. Nah, TMT beranggotakan Pion, Tanto, dan aku yang sama-sama bisa nggambar kartun dan pernah barengan majang gambar-gambar kami di mading.
TMT berevolusi jadi The Loel Team ketika Hendro masuk. The Loel adalah plesetan dari kata dari bahasa Jawa “Ndelul” yang kurang lebih artinya adalah sinting, goblok, gila, atau konyol. The Loel Team merupakan kembaran dari The A-Team, yang saat itu serialnya lagi diputer dan tengah ngetop-ngetopnya, dan masing-masing personel punya casting sendiri-sendiri.
Hendro menjadi Hannibal Smith (George Peppard) dengan julukan Hendrobal. Pion, yang saat itu sok pleiboi, menjadi Face (Dirk Bennedict). Tanto menjadi BA Baracus (Mr T) karena namanya kan Mr T(anto). Sedang aku yang ke mana-mana pasti pake topi dikasting jadi Murdock (Dwight Schultz).
Setelah The Loel Team, barulah kemudian Banar bergabung dan kami berubah jadi Kejar Siong. Menginjak kelas II dan III, ada dua anggota baru lagi yang masuk, yaitu Hadi Santoso dan Handono, tapi setelah itu nggak ada perubahan label lagi. Tetep Kejar Siong with two additional players.
Meski sudah berlalu persis 17 tahun sesudah lulus SMA, TMT, The Loel Team, Kejar Siong, dan Kejar Siong Plus masih terus ngumpul sampai sekarang. Saat ini tiap personal udah sibuk dengan kerjaan masing-masing—Hendro jadi dosen elektro di Unika Soegijapranata Semarang, Banar jadi dosen ekonomi di STIE Slamet Riyadi Semarang, Pion menjadi konsultan pajak dan akuntansi, Tanto bergerak di EO, dan aku masih tetap menjadi blind salary receiver—tapi masih tetep bisa menyempatkan waktu untuk ketemuan, kumpul-kumpul, dan mengingat masa lalu soal Intan, Winarni, Simon, Yossi, Anik “Oshin”, Kusmiati, Dewi Rejeki, Utami, serta soal “cowok kok ngejar-ngejar cewek!?”.
Tanto dan aku selalu nonton kalo ada film baru yang dirilis, soalnya kami sama-sama hobi nonton dan mengulas film. Lalu dalam beberapa minggu sekali, Pion, Banar, Tanto, dan aku pergi ke karaoke Nav atau Family Fun untuk mengasah teknik vokal. Dan kalau ada event yang agak penting, Hendro dan Hadi bisa diajak keluar sekalian. Satu personel yang sejak 1990 sampai sekarang nggak ketahuan rimbanya adalah Handono, entah ke mana gerangan orang satu itu.
Orang lain biasanya akan kagum dan nggak percaya waktu tahu bahwa kami segeng masih bisa terus ngumpul the exact same person and manner sebagaimana pas masih sekolah dulu. Soalnya geng-geng zaman sekolah lain umumnya udah akan dissolve nggak sampai lima tahun sesudah hari kelulusan.
Bisa karena para personelnya berdiam di kota-kota berlainan sehingga susah untuk saling kontak, bisa karena menemukan teman-teman baru di lingkungan kerja yang dianggap lebih canggih dan bermutu, bisa karena termakan kesibukan kerja sehingga nggak sempat lagi untuk memelihara tali hubungan, atau bisa juga karena muncul perbedaan-perbedaan sehingga ikatan geng masa lalu jadi tak berarti lagi.
Kalo buatku sih, ngumpul dengan teman itu nomor satu. Dengan teman kita bisa ngomongin apa saja, mulai ngrasani, ngobrolin kondisi terkini, omong saru, ngrasani lagi, sampe curhat. So, kalo nggak ada waktu pun, pasti harus diada-adain sendiri biar selalu ada momen untuk terus kumpul dan saling update kabar-kabar terbaru.
Maka selama Bumi masih terus muter, masih akan selalu ada terus Kejar Siong, Kantin Banget Roadshow, Loenpia.Net, cewek-cewek eks magang di Tren, sesama anggota Dewan Keamanan PBB, menteri-menteri Kabinet Gotong Royong, sastrawan Pujangga Baru, kelompok pembaca 17tahun.com…
Kejar Siong beranggotakan lima personel, yaitu FX Hendra Prasetya alias Hendro, Supriyono alias Pion alias Dion alias Aldion (gile, yang ini namanya kayak bandit di Buser!), Hartanto alias Tanto, Banar Priyantoro alias Banar alias Bantruk, dan aku sendiri.
Tadinya kami hanya geng anak-anak sekolahan biasa, yang lantas beralih fungsi jadi kelompok belajar. Tapi lain dengan kejar-kejar lain yang beroperasi malam hari pas jam belajar dan bikin PR, kami bergerak siang hari habis bubaran sekolah pukul 1 siang. Itu sebabnya kami pake nama Kejar Siong.
Waktu itu, pas masih sekelas di kelas satu (I.2), kalau sekarang kelas X, kami nggak langsung pulang tapi nongkrong dulu di kelas untuk belajar. Belajar sungguhan. Serius, meski Tanto sama aku lebih sering cengengesan daripada mengikuti materi yang didiskusikan.
Mapel yang dijadikan topik bahasan hanya beberapa yang paling penting tok, yaitu matematika, fisika, biologi, kimia, dan bahasa Inggris. Karena masing-masing personel menguasai materi yang berbeda-beda, tiap dari kami pun punya jatah mapel sendiri-sendiri.
Hendro mengajarkan matematika dan fisika, Pion biologi, Banar kimia, dan Tanto plus aku kebagian bahasa Inggris. Meski diadakan setengah main-main, pengaruh Kejar Siong terasa juga. Dari tadinya nggak mudeng trio matematika-fisika-kimia, aku kemudian pelan-pelan bisa dapet nilai lumayan.
Tapi namanya juga anak-anak SMA, Kejar Siong hanya berjalan beberapa bulan. Masuk semester genap, fungsi Kejar Siong berubah dari kelompok belajar jadi “partai politik”, dengan ambisi tunggal menjadikan Hendro ketua kelas yang berhak mengatur posisi duduk kami sedekat mungkin dengan para cewek yang saat itu jadi inceran orang sekelas dan bahkan satu sekolahan!
Kejar Siong sendiri berevolusi dari kelompok yang diberi nama Tiga Menguak Tabir. Kalo Tiga Menguak Takdir kan trio sastrawan zaman dulu yang salah satu anggotanya adalah Chairil Anwar. Nah, TMT beranggotakan Pion, Tanto, dan aku yang sama-sama bisa nggambar kartun dan pernah barengan majang gambar-gambar kami di mading.
TMT berevolusi jadi The Loel Team ketika Hendro masuk. The Loel adalah plesetan dari kata dari bahasa Jawa “Ndelul” yang kurang lebih artinya adalah sinting, goblok, gila, atau konyol. The Loel Team merupakan kembaran dari The A-Team, yang saat itu serialnya lagi diputer dan tengah ngetop-ngetopnya, dan masing-masing personel punya casting sendiri-sendiri.
Hendro menjadi Hannibal Smith (George Peppard) dengan julukan Hendrobal. Pion, yang saat itu sok pleiboi, menjadi Face (Dirk Bennedict). Tanto menjadi BA Baracus (Mr T) karena namanya kan Mr T(anto). Sedang aku yang ke mana-mana pasti pake topi dikasting jadi Murdock (Dwight Schultz).
Setelah The Loel Team, barulah kemudian Banar bergabung dan kami berubah jadi Kejar Siong. Menginjak kelas II dan III, ada dua anggota baru lagi yang masuk, yaitu Hadi Santoso dan Handono, tapi setelah itu nggak ada perubahan label lagi. Tetep Kejar Siong with two additional players.
Meski sudah berlalu persis 17 tahun sesudah lulus SMA, TMT, The Loel Team, Kejar Siong, dan Kejar Siong Plus masih terus ngumpul sampai sekarang. Saat ini tiap personal udah sibuk dengan kerjaan masing-masing—Hendro jadi dosen elektro di Unika Soegijapranata Semarang, Banar jadi dosen ekonomi di STIE Slamet Riyadi Semarang, Pion menjadi konsultan pajak dan akuntansi, Tanto bergerak di EO, dan aku masih tetap menjadi blind salary receiver—tapi masih tetep bisa menyempatkan waktu untuk ketemuan, kumpul-kumpul, dan mengingat masa lalu soal Intan, Winarni, Simon, Yossi, Anik “Oshin”, Kusmiati, Dewi Rejeki, Utami, serta soal “cowok kok ngejar-ngejar cewek!?”.
Tanto dan aku selalu nonton kalo ada film baru yang dirilis, soalnya kami sama-sama hobi nonton dan mengulas film. Lalu dalam beberapa minggu sekali, Pion, Banar, Tanto, dan aku pergi ke karaoke Nav atau Family Fun untuk mengasah teknik vokal. Dan kalau ada event yang agak penting, Hendro dan Hadi bisa diajak keluar sekalian. Satu personel yang sejak 1990 sampai sekarang nggak ketahuan rimbanya adalah Handono, entah ke mana gerangan orang satu itu.
Orang lain biasanya akan kagum dan nggak percaya waktu tahu bahwa kami segeng masih bisa terus ngumpul the exact same person and manner sebagaimana pas masih sekolah dulu. Soalnya geng-geng zaman sekolah lain umumnya udah akan dissolve nggak sampai lima tahun sesudah hari kelulusan.
Bisa karena para personelnya berdiam di kota-kota berlainan sehingga susah untuk saling kontak, bisa karena menemukan teman-teman baru di lingkungan kerja yang dianggap lebih canggih dan bermutu, bisa karena termakan kesibukan kerja sehingga nggak sempat lagi untuk memelihara tali hubungan, atau bisa juga karena muncul perbedaan-perbedaan sehingga ikatan geng masa lalu jadi tak berarti lagi.
Kalo buatku sih, ngumpul dengan teman itu nomor satu. Dengan teman kita bisa ngomongin apa saja, mulai ngrasani, ngobrolin kondisi terkini, omong saru, ngrasani lagi, sampe curhat. So, kalo nggak ada waktu pun, pasti harus diada-adain sendiri biar selalu ada momen untuk terus kumpul dan saling update kabar-kabar terbaru.
Maka selama Bumi masih terus muter, masih akan selalu ada terus Kejar Siong, Kantin Banget Roadshow, Loenpia.Net, cewek-cewek eks magang di Tren, sesama anggota Dewan Keamanan PBB, menteri-menteri Kabinet Gotong Royong, sastrawan Pujangga Baru, kelompok pembaca 17tahun.com…
0 komentar:
Posting Komentar