Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Tebal: 203 halaman
Genre: Drama
Harga: Rp 24.800
Menjadi wartawan bukan hanya sekadar berurusan dengan wawancara, narasumber, pemotretan, komputer, dan dikejar-kejar deadline. Ada kalanya seorang jurnalis terlibat dalam sebuah penyelidikan yang intensif dan menegangkan seperti halnya pekerjaan seorang detektif. Itulah yang dialami Dini dan Maya.
Sesudah diterima menjadi reporter baru Majalah Tinta, majalah sekolah SMA Negeri 25 Semarang, tugas pertama Dini adalah mewawancarai Pak Sasongko Rahardjo, mantan kepala sekolah mereka yang telah pensiun. Ia ditemani Maya dan kemudian bertemu Anita, editor Tabloid Remaja Abege, yang kebetulan juga tengah akan mewawancarai tokoh yang sama.
Namun acara interviu mereka gagal karena Pak Sas tiba-tiba hilang tanpa ketahuan rimbanya. Pak Sas meninggalkan rumahnya dalam keadaan pintu tak terkunci dan anak kuncinya masih terpasang di tempatnya. Situasi jadi makin mengherankan ketika ketiga cewek itu mendengar bahwa Pak Sas tengah terkena perkara korupsi semasa ia masih menjabat Kepsek SMA 25 dan kasusnya sudah akan disidangkan.
Bertiga, mereka mulai melacak keberadaan Pak Sasongko dan apa sebenarnya yang membuatnya mendadak lenyap. Penyelidikan investigative reporting mereka kemudian memunculkan banyak fakta yang mengejutkan, seperti misalnya keberadaan Pak Sas sebagai salah satu anggota Dewan Komisaris perusahaan makanan olahan multinasional, PT Buttercup Indonesia.
Siapa sebenarnya Pak Sasongko? Benarkah ia sebenarnya adalah seorang multijutawan yang sangat kaya raya? Lalu apa kaitannya dengan kematian Bu Alexa Perdana, anak dari pendiri PT Buttercup, Pak Samuel Perdana? Dan mengapa seolah-olah ia memendam kisah masa lalu yang sangat tragis dan luar biasa?
Pada saat yang sama, Maya tengah dilanda cinta pada Rizal, teman kuliah Rio, kakak Dini. Awalnya semua berjalan lancar karena Rizal pun menyukai Maya yang cantik dan unik. Sayang kemudian kisah cinta mereka menemui belokan jalan yang memusingkan ketika Rizal tahu-tahu jatuh cinta pada orang yang sama sekali tak terduga-duga.
Dunia Dini adalah novel kelimaku sesudah Kok Jadi Gini?, Waiting 4 Tomorrow, The Rain Within (ketiganya terbit tahun 2005), dan Rendezvous at 8 (2006). Semua berlabel Teen’s Heart dan terjadi dalam alam semesta yang sama meski tidak saling berurutan dilihat dari segi setting waktu.
Dalam Rendezvous at 8, Dini dan Maya adalah dua tokoh “cameo” yang muncul dalam training jurnalistik di SMA Lazuardi saat tiga editor Tabloid Abege—Wira, Bona, dan Roman—menjadi pembicara. Kini mereka jadi tokoh utama dan bercerita mengenai awal mula bergabungnya mereka menjadi reporter dan fotografer magang di Abege. Setting waktu buku ini (September 2005) terjadi tiga bulan lebih awal dari setting Rendezvous at 8 (Desember 2005-Januari 2006).
Dini dan Maya sebenarnya udah muncul di kepalaku sejak tahun 1992, sewaktu aku terkesan oleh cerita film seri Beverly Hills 90210. Dalam novelku tahun itu, keduanya adalah bagian dari kelompok geng beranggotakan delapan orang (empat cowok-empat cewek) mirip Brandon-Brenda cs. Mereka adalah Wawan, Itok, Bayu, Rudi, Trie, Ida, Dini, dan Maya. Kini cerita kumulai dengan Dini dan Maya dulu. Kelak, kalo Elex memperbolehkan cerita ini kubikin sekuel dan bahkan serial, keenam tokoh lainnya akan muncul satu demi satu.
Jika mau flashback lebih jauh lagi, Dini dan Rio adalah warisan era lama saat aku masih suka bikin cerita misteri dan petualangan anak-anak model Lima Sekawan. Sekitar tahun 1986-an, bersama Gatot, mereka adalah anggota sebuah klub penyelidik bernama Kelompok Tiga. Cerita-ceritanya terinspirasi dari Pasukan Mau Tahu-nya Enid Blyton!
Seperti biasa, selalu ada yang baru dalam novel-novelku. Kali ini aku bereksperimen dengan cerita penyelidikan dan pelacakan ala cerita-cerita detektif, meski yang kugambarkan di sini bukanlah misteri murni dalam arti penelusuran kasus kriminal, karena hanya sekadar pelacakan model investigative reporting.
Satu lagi eksperimen anehku adalah meniru jejak Charlie Kaufman yang suka bikin skenario film dengan mencampuradukkan tokoh fiktif dengan tokoh nyata (bahkan dirinya sendiri), kayak dalam film Being John Malkovich dan Adaptation. Dua tokoh nyata yang kumasukkan di sini adalah Nora Umres (pengarang novel Uki: Labirin Cinta, Ciuman Terhangat, Dekat di Mata Jauh di Hati, dan Hidup Love is Blind!, serta kumcer Hujan di Hati Stephie) dan Anita (pengarang novel Bravo! Jins Belel dan Au Revoir Jins Belel!).
Tentu saja karena masuk dalam “dunia paralel”, tentu saja harus ada penyesuaian sana-sini terhadap karakterisasi mereka. Nora yang asli tentu tak pernah menjadi Redaktur Pelaksana Tabloid Abege. Anita yang asli juga nggak pernah jadi editor fiksi Tabloid Abege serta nggak punya ibu yang bernama Aishah (ibunya bernama Bu Thobari).
Dan untuk kali pertama dalam sejarah pernovelan Indonesia, testimonial para teman & tokoh serta ucapan terima kasih dari pengarang menjadi bagian dari cerita, bukan hanya sekadar chapter-chapter bonus yang terpisah dari plot. Tujuannya untuk membuat pembaca bingung bedain mana yang fiktif dan mana yang bukan.
So, selamat membaca… dan selamat beli!
mantappppppppp.......
BalasHapusnovel tentang remaja yg pertama nih pak? ato sebelumnya udah pernah bikin yg beginian??
BalasHapusini yg kelima. sebelumnya ada Kok Jadi Gini?, Waiting 4 Tomorrow, The Rain Within (ketiganya terbit 2005), dan Rendezvous at 8 (2006). semuanya masih ada di Gramedia.
BalasHapusLho, katanya bikin novel horor juga? Kapan terbit?
BalasHapusnovel horor? novel horor apa? (amnesia!)
BalasHapusorang satu ini memang langka..sudah lama aku meninggalkanmu karena aku terbuai rutinitas sebagey ibu, istri dan pekerja.sedih ki...
BalasHapussalam dari bu thobari (nita boing)
anonymous: ah, rutinitas itu...
BalasHapussalam balik buat bu thobari dr orang2 mbudur...