Studio: Sports Interactive
Penerbit: SEGA
Platform: PC
Genre: Simulation/sports
Requirements: P-III/256MB RAM/618 MB HD space
My Grade: B+
Aku membeli Football Manager 2007 dengan perasaan was-was. Cemas kalo setelah sampai rumah ternyata komputerku nggak kuat menjalankannya. Maklum, versi Championship Manager Season 2003/04 tiga tahun lalu pun udah terasa berat dan alot, apalagi versi terbarunya yang dirilis tahun ini.
Untungnya kekhawatiran itu nggak terbukti. Meski punya banyak feature baru, skin baru, dan engine Match 2D yang jauh lebih realistis sampai bolanya keliatan kayak bola sungguhan, FM 2007 lumayan bisa berjalan baik meski agak seret. Yang jelas seri game ini, seperti seri-seri pendahulunya, masih tetap bisa membikinku lupa daratan.
Seperti namanya, FM 2007 ngasih kesempatan para pemainnya untuk berpura-pura menjadi manajer sebuah klub sepakbola. Kita mengatur strategi tim, mengurus jual-beli transfer pemain, mengatur gaji dan bonus semua pemain plus staf, dan berurusan dengan pers. Jika tim menangan dan bahkan juara liga, kita akan mendapat pujian dan rating tinggi. Tapi jika tim kita kalahan dan bahkan terdegradasi, jangan heran kalo kita lantas dipecat oleh Dewan Direksi.
Tentu saja, manajer di sini adalah pengertian manajer menurut atmosfer sepakbola Eropa, khususnya Liga Inggris. Di sana, orang-orang kayak Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho, atau Arsene Wenger memegang posisi bos klub sebagai manajer. Mereka bertanggung jawab atas masalah teknis sepakbola (taktik, transfer, pemilihan pemain, etc.) dan juga sekaligus yang nonteknis (keuangan, gaji/bonus, fasilitas, etc.).
Untuk membantu mengurusi soal teknis bola, manajer punya pelatih kepala (head coach), sedang untuk membantu ngurusi yang nonteknis, seorang manajer mempekerjakan asisten manajer. Nah, kalo di Indonesia, jabatan manajer berarti hanya ngurusi hal-hal nonteknis tok, sedang teknisnya dipegang oleh pelatih kepala.
PSIS misalnya, dimanajeri oleh Yoyok Sukawi, sementara Bonggo Pribadi hanya memegang urusan teknis tok. Bila Alex Ferguson berhak memilih pemain untuk dibeli dan sekaligus mengeluarkan uang untuk proses pembeliannya, maka Bonggo hanya berhak menentukan target pembelian, sementara keuangannya diurus oleh Yoyok. Kalau Yoyok nggak setuju mengeluarkan duit, rencana Bonggo untuk beli pemain baru pun harus dibatalin.
Itulah beda arti manajer dalam FM 2007 dengan manajer dalam dunia nyata yang ada di Indonesia. Di sini, satu klub nggak mungkin hanya memiliki satu bos, melainkan dua sekaligus, yaitu pelatih dan manajer.
Back 2 the game, FM 2007 juga masih merupakan game yang text-based (isinya tulisan tok!) dengan hanya secuil aksi ketika tim kita pergi bertanding. Itupun hanya dipaparkan dalam bentuk animasi 2-D yang amat lucu dengan para pemain digambarkan dalam bentuk bulatan-bulatan bernomor.
Gamers yang terbiasa main game-game console (kayak PS atau Xbox) atau terlebih lagi yang nggak mudeng sepakbola pasti heran pada game ini. Cuma diisi tulisan tapi kenapa banyak gilbol (termasuk aku) yang kecanduan? Kritikus game di Amerika pun sampai sekarang tetep nggak paham. Mereka ngasih review positif, tapi karena nggak hobi soccer, mereka pun bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah game text-based sampai bisa sepopuler dan semelegenda itu?
Seperti layaknya seri lanjutan, FM 2007 juga dilengkapi banyak feature baru. Salah satunya yang paling keren adalah interaksi antarmanajer. Kita bisa memuji atau justru mengejek manajer tim lawan, yang membuat atmosfer kompetisi liga makin menghangat.
Feature baru lain yang tak kalah oke adalah Team Talk, yang memungkinkan kita berpidato pada para pemain sebelum, saat turun minum, dan sesudah pertandingan. Kata-kata itu bisa berbentuk harapan (expectation), keyakinan, pujian, atau justru kecaman dan kemarahan. Team Talk, terutama yang diberikan saat half time, bener-bener sangat berpengaruh pada semangat juang para pemain yang bisa mengubah ketertinggalan pada babak pertama menjadi kemenangan total pada babak kedua atau justru sebaliknya.
FM adalah salah satu judul game paling fenomenal sepanjang sejarah, sama kayak Starcraft, Grand Theft Auto, The Sims, atau SimCity. Sejarahnya dimulai dengan judul Championship Manager sejak kira-kira tahun 1991 atau 1992. Kalau ada yang mau nyoba, judul paling awal itu sekarang bisa di-download secara gratis sebagai freeware. Waktu itu kalau nggak salah masih diproduksi Domark dan masih memakai nama-nama pemain khayalan.
Memasuki paruh akhir dekade 1990-an, seri CM diproduksi Eidos dan diterbitkan Sports Interactive. Pertama kali aku mainin CM adalah versi tahun 1999, di mana saat itu Gabriel Batistuta masih main di Fiorentina. Kemudian aku membeli CM 4 versi update Season 2003/04 lewat Gameloaded, jadi beli edisi original, bukan yang bajakan.
CM 03/04 sekaligus merupakan seri CM terakhir. Habis itu Eidos dan SI cerai untuk menerbitkan versi simulasi CM masing-masing. Dan yang kubeli sekarang ini adalah versi terbaru kerjasama SI dengan SEGA make nama Football Manager, udah bukan lagi Championship Manager. Kalau ada waktu luang, nanti juga akan kujajal CM satunya lagi versi Eidos.
Buatku, yang paling istimewa dari CM dan kini FM adalah kontradiksi antara kemasan dan efeknya. Seperti pertanyaan kritikus Amerika tadi, bagaimana mungkin game “primitif” yang isinya cuman tulisan itu bisa menimbulkan efek yang semenghebohkan itu pada para penggemar soccer di seluruh dunia?
Kalo kita bener-bener suka, tahu, ngerti, mudeng, dan mendalami dunia persepakbolaan—entah Eropa atau Liga Indonesia—game yang hanya tersusun atas teks itu emang betul-betul bisa membius dan membawa imajinasi kita melayang setinggi langit.
CM & FM ngasih kita pelajaran bahwa kemasan, kegemerlapan, dan wajah cantik kadang sama sekali nggak penting. Kita nggak perlu jadi kinclong, serba wah, dan berkulit putih (kayak di iklan pemutih Pond’s atau Oil of Olay!) untuk memperoleh perhatian dari lingkungan sekeliling (terutama lawan jenis!).
Just be yourself aja. Kelak mereka-mereka yang ngerasa cocok ama kita pasti akan mendekat dengan sendirinya tanpa kita perlu repot-repot poles dan permak sana-sini… (piye to iki? Resensi game kok malah dadi ngomongke krim pemutih…!)
aku lagi di season 2008/2009 nih, mas. Kemaren juara ketiga liga inggris.. pake West Ham.. kekeke
BalasHapustapi sayang si Carlos Tevez-nya kemaki.. pingin keluar terus.
eh btw.. aku pakenya bajakan..
BalasHapuswis lah komenku nggak usah di apruv wae. isin aku.
tevez memang gila! aku juga pake WHU, tp dia minggat dan hammers-ku kalahan terus dan sekaligus duite entek nggo nggaji pemain...
BalasHapusaku juga pake bajakan kok. beli di matahari lantai dasar Rp 20 ewunan. dulu pas pake CM season 03/04 sempat beli yg orijinel di gameloaded.co.uk.
nggak perlu isin karna tiap komen di blog-ku akan langsung tayang tanpa perlu apruv2an, hehe..