Sekadar info aja, sekitar tahun 1992 lalu, saat masih jadi mahasiswa STIK (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi) Semarang, aku pernah membentuk trio grup lawak Gojek Semarangan bareng teman-teman kampusku, Puguh Prasetyo dan Timbul Kuswandono. Taktik lawakan yang kami pakai saat itu mirip banget dengan yang dipakai Tukul, yaitu strategi melucu berdasarkan acara saling meledek (nggasaki kalo bahasa Semarangannya).
Strategi Tukul dengan Empat Mata-nya pun nggasaki-based comedy juga. Ia nggasaki penonton, nggasaki Pepi, Ngatini (yang dibilang kakinya nJeber saat baru datang ke Jakarta!), nggasaki sponsor, dan bahkan nggasaki bintang tamu yang paling cuantik seperti Putri Indonesia sekalipun.
Bagi orang Semarang, budaya nggasaki sudah menjadi sesuatu yang lumrah untuk memancing tawa dan menghidupkan suasana agar nggak boring. Nggasaki bahkan bisa dijadikan indikator kedekatan hubungan antarpersonal. Kalau kita sudah bisa nggasaki seseorang (dan pasti orang itu nggak akan marah), berarti hubungan kita udah amat dekat dengan orang tersebut.
(Buat yang lagi pedekate, coba perdekat hubunganmu dengan camer sampai kamu bisa bebas nggasaki camer. Kamu mereka nggak marah dan hanya balas nggasaki, kamu lulus ujian!)
Empat Mata pun ngetop karena masyarakat luar Semarang dan khususnya luar Jawa kaget, senang, dan hilarious melihat acara gasak-gasakan itu tadi tampil live di layar TV. Belum pernah ada sebelumnya sebuah acara tempat semua elemen bisa bebas meledek dan tertawa-tawa cekakakan. Host meledek musisi, musisi meledek host, host ganti meledek penonton, penonton meledek host, begitu seterusnya.
Namun menggunakan gaya yang sama terus-menerus selama ratusan episode pasti cepat atau lambat akan memunculkan kejenuhan. Selain itu, mungkin suatu saat akan ada yang tersinggung dan sukar mentolerir gasakan, terutama dari pribadi nan keras kayak Donna Harun.
So, alternatif taktik lain perlu dicoba oleh tim kreatif Empat Mata. Misal dengan mencoba metode observative comedy-nya Jerry Seinfeld, seperti mengomentari kebiasaan orang-orang yang pengin terus ngobrol tapi kehabisan bahan pembicaraan sehingga akhirnya, ujung-ujungnya, larinya pasti ngobrolin cuaca. Atau mengomentari kebiasaan orang yang “wajib” pura-pura bahagia dan antusias saat menengok bayi!
Bisa juga dengan memunculkan character comedy, seperti mengundang bintang tamu para pejabat dan pakar politik tapi cuman disuruh ngobrolin kegunaan tisu toilet dan perkembangannya. Atau bisa pula menghadirkan kejutan format, seperti Tukul tak mengundang bintang tamu tokoh kenamaan, melainkan cuman memanggil ke pentas siapapun yang dia inginkan dari kalangan audiens. Atau bisa dengan membalik suasana. Tukul didudukkan di kursi untuk bintang tamu, dan para bintang tamu yang berdatangan satu demi satu gantian yang bergiliran menanyai Tukul lewat pertanyaan dari laptop.
Di Hollywood, kejutan-kejutan, pergantian strategi, dan perombakan format menjadi aneh-aneh seperti itu selalu dilakukan dalam kurun waktu tertentu agar penonton nggak bosan. Di sini yang seperti itu belum mentradisi. Sebagai contoh, kita sudah jenuh menyaksikan gaya candaan Indra Bekti dan Indy Barends di acara Ceriwis karena yang cuman gitu itu tok terus-terusan, padahal dulu gaya guyonan merekalah yang membuat Ceriwis ngetop dan disukai.
Empat Mata pun akan mengalami nasib yang sama kalau kelak pemirsa sudah bosan dengan gaya gasak-gasakan ala Tukul.
(Mugo-mugo Tukul atau Tia membaca blog-ku biar aku diundang ke Empat Mata dan bisa nyium Vega… amin!)
halah pengen nyium aja kok nunggu diundang :P
BalasHapusJadi kangen temen lama, cah Ndurungan, pengen ngajak gasak2an..
BalasHapusBTW idenya siiip. ;)
Apa aja mang bs mboseni kalo gak 'ganti suasana' sesekali.
(Jd mikir.. bumbu rujak diganti saus tomat masih enak gak yaa?)
Nyuwun pirsa, tau gak "katro" tuh artine opo?
Aku bener2 gak ngerti.. dasar katro! :D
to adi: lha nek nggak diundang bisane cuman nyium kaos kaki...
BalasHapusto dewie: katro mungkin artine kampungan/ndeso. aku juga nggak tau persis tapi enak diucapke.
kapan mbalik smg neh...?
Kalo bener diundang, titip ciumin Pepi ya Wien!
BalasHapusBanyak yang ngiri dengan tukul..banyak artis juga yang mencibir tukul...
BalasHapusSebenarnya yang bikin saya salut..bukan dari cara Tukul gasak menggasaki orang..tetapi Tukul menampilkan sesuatu yang orang tidak pernah tampilkan yaitu dia (Tukul) memparodikan dirinya sendiri :) .. Kebodohannya dalam berbahasa Inggris misalnya...dia tampilkan apa adanya. Orang lain biasanya suka memparodikan orang lain, bukan diri mereka sendiri :)
bagaimanapun acung jempol buat tukul, dia juga layak kok menerbitkan autobiografi :) bukan begitu?
Good words.
BalasHapus