scribo ergo sum

Sabtu, 24 Februari 2007

The Bejatter the Better

10:57 Posted by wiwien wintarto 1 comment
Judul: Kamu Sadar, Saya Punya Alasan untuk Selingkuh ‘Kan Sayang?
Pengarang: Tamara Geraldine
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal: 218 hal
Genre:Antologi/drama
Cetakan: Ke-3 (Februari 2006)
My Grade: C
Membaca sebuah buku karangan para seleb showbiz adalah sebuah kegiatan yang menghibur. Menghibur karena kita disadarkan bahwa ternyata ada organ lain pada diri mereka yang berkembang selain kesempurnaan (atau justru ketidaksempurnaan!) ujud fisik, kemampuan untuk bertingkah laku sensasional, serta kesanggupan dan “komitmen” untuk nikah lebih dari satu kali!
Masalahnya kemudian, apakah ini hanya sekadar kiat bisnis untuk mendongkrak image atau betul-betul murni upaya perlebaran profesi yang serius seperti halnya kalau Shanty yang VJ MTV tahu-tahu juga jadi penyanyi, Cathy yang VJ MTV mendadak jadi bintang film, atau Laudya Chyntia Bella yang pemain sinetron tiba-tiba saja tarik suara?

Pertanyaan serupa patut ditujukan buat Tamara Geraldine lewat antologi cerpennya yang berjudul (tarik napas dulu!) Kamu Sadar, Saya Punya Alasan untuk Selingkuh ‘Kan Sayang?. Kita pengin tahu, ini hanya sekadar One-Tastic Career (niru2 istilahnya Channel V!) atau emang tonggak awal TeeGee untuk memulai karier sebagai sastrawan.
Pasalnya, Kamu Sadar… menunjukkan bahwa TeeGee punya energi potensial yang cukup layak untuk dituang dalam karya-karya selanjutnya. Jadi akan sangat eman-eman kalau buku ini hanya sekadar mengikuti tren celeb-turn-to-writer dan kemudian TeeGee mbalik lagi jadi presenter sambil merasa tugasnya mengikuti tren telah terlaksanakan dengan sempurna!
Kamu Sadar… sendiri memuat 12 cerpen karangan TeeGee. Tentu saja, karena ini Tamara Geraldine geto loch…, cerpen-cerpen itu nggak perlu dimuat di media nasional terlebih dulu untuk layak diterbitkan menjadi sebuah antologi. Langsung diusung dari harddisk laptop, dibaca sesama seleb seperti Richard Oh atau Djenar Maesa Ayu, dan langsung pula bisa teken surat kontrak penerbitan.
Tamara tidak tahu bahwa entah di mana di daerah-daerah pelosok Indonesia (pokoke di luar Jabodetabek) tersembunyi puluhan ribu cerpenis dengan karya-karya yang jauh lebih dahsyat dan menggelegar. Tapi karena mereka bukan seleb showbiz yang udah duluan ngetop, untuk mereka penerbit memasang tanda verboden besar-besar dengan syarat semua cerpen mereka sudah harus terlebih dulu dimuat di media nasional sebelum bisa diterbitkan sebagai antologi.
Kembali ke buku, melihat tema-tema yang dihadirkan, nampak jelas Tamara ingin Kamu Sadar… dikelompokkan ke dalam genre yang sama dengan buku-buku sastra avant garde kontemporer masa kini karya para “sastrawan wangi”, dan bukannya genre chicklit, teenlit, atau metropop. Semua ciri buku-buku “sastawan wangi” ada di sini: orang rusak, manusia sakit, perselingkuhan, rumah tangga bobrok, seks pranikah, seks di luar nikah, lesbianisme, masturbasi, narkoba, alkohol, dan… my favorite part, menyakiti diri sendiri.
Sejak dari cerpen kesatu hingga kedua belas, yang hadir adalah dunia-dunia suram milik orang-orang muram yang gemblung karena duniawi. (Punggung) Caska dan Berto soal perselingkuhan yang berujung pembunuhan. Maaf, Kita Harus Kenalan dengan Cara Seperti ini tentang arwah orang yang mati gara-gara perselingkuhan dan seks di luar nikah. Nobody Knows… tentang dunia cinta seorang lesbian. Dan Toilet Shower, Good Idea! mengenai seorang perempuan yang dicerai karena terlalu suka bermasturbasi.
Tak ada sedikitpun gambaran tokoh yang jujur, baik hati, bijak, dan apa adanya seperti Muhammad Yunus si pemenang Nobel Perdamaian 2006. Semua harus muram, sesat, bobrok, kacau, dan dipenuhi semangat “the bejatter the better” agar karya ini bombastis, menarik perhatian, dan diletakkan ke dalam kelompok “susastra tinggi” seperti karya-karya Ayu Utami atau Djenar.
Padahal di luar Jabodetabek (dan bahkan di dalam Jabodetabek sendiri) masih terdapat sekian juta umat manusia “golongan putih” yang patut dikupas oleh para “sastrawan wangi” dan “sastrawan celeb” itu tadi. Masih banyak pernikahan-pernikahan yang harmonis, orang-orang lucu yang ceria, pencinta yang berdedikasi, manusia sederhana yang hidup tak untuk menurutkan gelora duniawi, dan suami-isteri yang setelah 40 tahun usia pernikahan pun masih tetap merasakan gelombang emosi yang sama tiap kali mengatakan “I’m in love with you” satu sama lain.
Membaca Kamu Sadar… pun membuat kita mengasumsikan dua hal. A), jika karya-karya ini muncul dari frame kesan pengalaman sehari-hari, maka alangkah ngeri melihat dunia kehidupan kaum jet set yang digeluti Tamara tiap detik tiap hari. Benarkah seperti itu gambaran hidup keseharian para sosialita berduit tebal? Kita patut merasa kasihan pada Tamara. Dia harus dibawa berlibur ke desaku, Gedongan di Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng, tempat orang masih hidup demi satu sama lain dan bukan hanya demi menurutkan “instruksi” Mr Penis dan Ms Vagina!
Dan asumsi B), jika semua cerpen dalam Kamu Sadar… hanya murni imajinasi, maka benarlah dugaan bahwa Tamara sengaja mengumbar tema the bobroker the better hanya agar buku ini dianggap selevel dengan buku-buku susastra tinggi. Lebih parah lagi karena dari awal sampai akhir, tema ceritanya serupa semua, kecuali Sehari Suntuk Bersama Christiano Ronaldo tempat (tumben) sekali-kalinya nggak ada orang yang selingkuh dan main seks!
Dengan skill menulis yang berada di atas rata-rata (untuk ukuran seleb showbiz!), TeeGee harus mau bereksplorasi dengan ide ke wilayah cerita lain yang lebih luas kecuali dunia kehidupannya sendiri yang serba dipenuhi orang bermobil, orang ber-jacuzzi, orang ber-night club, dan orang yang punya rumah tingkat tiga.
Percaya sama saya, dunia ini luas dan nggak hanya disesaki orang kaya raya bejat tok. Masih banyak yang sumpek antre beras, yang ngitung recehan cuman buat beli minyak tanah, yang sukarela jadi takmir masjid atau pengurus gereja tanpa dibayar, dan yang menganggap suaminya hero macam Kapten Kirk dari Star Trek (bukan Kapten Spock, melainkan Mr Spock, temennya Kirk, dan bukan juga dari Star Wars!).
Jika bisa memanfaatkan imajinasinya melintas keluar dari teritori kehidupan sehari-harinya dan keluar dari spirit “the bejatter the better” tadi, TeeGee akan jadi pengarang/sastrawan sungguhan dan bukannya sekadar one-tastic writer. Masalahnya, doi emang punya niat untuk jadi penulis sungguhan apa enggak?

1 komentar:

  1. isi bukunya sepertinya menarik..layak baca nih!

    perlu tahu juga alesan si tokoh di buku itu sampe selingkuh :D

    BalasHapus