scribo ergo sum

Minggu, 23 Juli 2006

Banyolan Miliaran Rupiah

13:29 Posted by wiwien wintarto No comments

(* out of *****)

Anda pernah menyaksikan Airplane, Naked Gun, dan Scary Movie yang semua disekuelkan karena sangat laris? Jika ya, berarti Anda pernah menyimak sebuah judul film yang sepanjang durasinya melulu berisi banyolan main-main. Namun meski hanya berisi banyolan, judul-judul tersebut sebenarnya sangat serius sebagai sebuah karya sinema.
Semua memiliki kerangka struktur yang jelas dan terancang dengan rapi. Karakterisasinya, plot ceritanya, skenarionya, dan deretan banyolan yang ada di dalamnya dibangun dengan sangat sistematis dan serius, sehingga efek kelucuan pun dapat digulirkan secara maksimal kepada penonton.

Gotcha!, film terbaru garapan sutradara Pingkan Utari (Me vs High Heels), mencoba meniru format tersebut. Berangkat dengan resep warisan Aneka Ria Srimulat, di mana nuansa horor dimasak dengan aroma komedi, Gotcha! dimaksudkan sebagai sebuah tontonan misteri yang, selain mengundang jerit ngeri, juga mendatangkan tawa lepas. karena muatan banyolan yang ada di dalamnya.
Nah, masalahnya, sebagaimana Scary Movie yang merupakan sesama film horor-komedi, berhasilkan Gotcha! menjalankan misinya menjadi sebuah karya sinema yang menyeramkan dan sekaligus menggelitik?
Hadir sebagai tokoh utama adalah pelajar SMA Bonafid yang bernama Rangga (Arie K Untung). Dia digambarkan sebagai remaja tengil yang gemar mengintip kegiatan gurunya di toilet dan membuat kerajinan tangan berupa bola kenyal dari upil hidungnya! Rangga dikisahkan naksir sahabatnya sendiri, Kayla (Kirana Larasati).
Kebiasaan iseng Rangga membawanya ke gudang misterius di belakang kompleks sekolah yang sudah lima tahun terbengkalai dan dikabarkan berhantu. Suatu malam ia nekat menyelinap ke sana diikuti Kayla beserta tiga anggota geng mereka, yaitu Radit (Fikri Ramdhan), Bogi (Herichan), dan Anno (Maya Septhia).
Di gudang tersebut mereka akhirnya benar-benar bertemu dengan makhluk halus. Tak hanya satu, namun empat sekaligus. Mereka adalah hantu tukang kebun bernama Indro (Hendrik Beta), hantu pengurus kantin bernama Oneng (Mpok Ati), hantu satpam bernama Kusnadi (Indra Brasco), dan hantu cantik bernama Luna (Stephanie).
Keberanian Rangga dkk memasuki tempat wingit itu menyebabkan para hantu penghuninya terlepas bebas. Tanpa kenal waktu, baik malam maupun siang, mereka mulai meneror kehidupan Rangga, Radit, Bogi, Kayla, dan Anno sampai-sampai Radit merasa perlu membagikan fotokopi buku Cara Jitu Mengusir Hantu kepada keempat temannya.
Belakangan terbongkar fakta bahwa keempat hantu tersebut adalah para korban pembunuhan massal yang dilakukan oleh pacar Luna. Awalnya mereka dikubur di dalam gudang, dan meski jenazah-jenazah mereka telah ditemukan serta telah dimakamkan secara layak, arwah mereka masih tetap gentayangan di tempat mereka terbunuh.
Kembali kepada persoalan film yang meski berisi banyolan tapi digarap secara serius, Gotcha! sayang sekali "gagal dengan gemilang" untuk menjadi film yang demikian. Penyebabnya, tak ada satupun unsur keseriusan di dalamnya, sehingga keseluruhan film pun terasa seperti sebuah banyolan tanpa guna bernilai miliaran rupiah!
Banyolan sudah dimulai sejak dari alasan yang membawa Rangga cs memasuki gudang angker. Apa alasan mereka memasuki tempat itu? Sama sekali tak ada, kecuali sekadar keisengan khas anak muda. Keisengan jelas bukan trigger yang ampuh untuk memulai sebuah plot, seberapapun remehnya plot tersebut.
Beri alasan yang kuat mengapa Rangga harus masuk ke sana, baru kita bisa menganggap semua konsekuensi yang mereka terima masuk akal dan wajar terjadi. Jika hanya sekadar keisengan, semua akan tampak seperti main-main belaka, karena takkan pernah ada satupun manusia di dunia ini yang sengaja memakai baju hijau pupus di pantai selatan Pulau Jawa hanya karena iseng!
Banyolan kedua berada pada karakterisasinya. Sebagian besar tokoh dalam Gotcha! tak bermanfaat karena tak memiliki fungsi apapun dalam struktur plotnya. Selain keempat hantu, praktis hanya Rangga, Kayla, dan pacar Kayla (Hessel Steven) saja yang benar-benar fungsional.
Di luar itu, karakter-karakter lain hanya sibuk berlarian dikejar hantu siang dan malam tanpa maksud dan dasar yang jelas. Ada juga tokoh kepala sekolah dan Bu Guru Nunik (Dewi Astri) yang diletakkan hanya dalam kaitan dengan lelucon Rangga soal tato dan anak kambing namun juga tak mempunyai kedudukan pasti dalam keseluruhan alur cerita.
Dan bayangkan sebuah tempat yang memicu kegemparan karena ditemukan empat mayat korban pembunuhan terkubur di dalamnya. Adakah satu saja makhluk hidup berintelegensia di dunia ini yang lantas menutup tempat itu, melarang siapapun masuk ke dalamnya, dan membiarkannya mangkrak menjadi tempat berhantu?
Rasanya tak akan pernah ada. Jika peristiwa tersebut terjadi di dunia nyata, Depdiknas pasti akan langsung memerintahkan pengurus SMA Bonafid untuk membongkar atau mengalihfungsikan bangunan itu, yang mana akan dengan seketika membuat keseluruhan rangkaian cerita Gotcha! tak akan pernah eksis!
Namun lelucon terbesar film ini berada pada proses kasting kedua bintang utamanya. Dapat wingit dari mana sehingga Pingkan Utari “tega” mengkasting Arie dan Fikri (keduanya sama-sama mantan VJ MTV Indonesia) sebagai pelajar SMA? Apakah negara kita telah benar-benar kehabisan bibit aktor baru berbakat?
Ketiga cast member lain, yaitu Kirana, Maya, dan Herichan, masih memiliki tampang remaja. Tapi Arie dan Fikri sungguh-sungguh menghadirkan efek yang sama dengan yang disuguhkan Paundrakarana saat bermain sebagai Galih dalam Gita Cinta dari SMA versi sinetron: mirip mahasiswa pascasarjana yang tengah mengalami depresi mental berkepanjangan sehingga berkeliaran ke mana-mana memakai seragam SMA!
Pada tahun 1985, sutradara Jeff Kanew pernah menelurkan sebuah film remaja berjudul sama, yaitu Gotcha!. Dibintangi Anthony Edwards dan Linda Fiorentino, film laga-misteri itu bertutur tentang sebuah permainan bernama Gotcha!, di mana para mahasiswa saling memburu satu sama lain dan “membunuh” semua lawan dengan senapan berpeluru cat (permainan serupa kemudian dinamai paintball).
Kini, 21 tahun kemudian, seluruh cast dan crew film Gotcha! versi Indonesia pantas dimasukkan ke dalam permainan tersebut sebagai sasaran buruan, tapi dengan peluru sungguhan!

(Dimuat di Suara Merdeka, Minggu 23 Juli 2006)

0 komentar:

Posting Komentar