scribo ergo sum

Rabu, 07 Juni 2006

Bersih dan Sehat

12:30 Posted by wiwien wintarto No comments

Korea Selatan tengah bangkit lagi. Setelah kira-kira empat tahun lalu Negeri Ginseng ini bersinar lewat serial drama Endless Love dan kemudian Friends, kini mereka muncul lagi lewat Dae Jang-geum atau yang di level Asia biasa disebut dengan judul berbahasa Inggris, Jewel in the Palace.
Di Indonesia, serial sinetron bertema era klasik Korea ini bisa disimak lewat layar Indosiar. Sedang di negara aslinya, 54 episode Jewel in the Palace telah tuntas ditayangkan dua tahun lalu di layar MBC. Segera sesudah memukau Korea, penampilan menawan kisah ini membius pula pemirsa di negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara, dan bahkan “berani” melanglang buana hingga Amerika Serikat.

Dae Jang-geum bertutur tentang kehidupan nyata Seo Jang-geum (Lee Young-ae), tokoh sejarah Korea yang menjadi tabib wanita pertama bangsa tersebut. Jang-geum hidup pada masa Dinasti Joseong ketika ajaran Kong Hu Cu hanya memberi tempat yang amat terbatas bagi perempuan untuk berdiri sama tinggi dengan kaum pria.
Jang-geum tumbuh dalam strata masyarakat terbawah Korea. Ayahnya, Seo Cheon-su (Park Chan-hwan), adalah seorang mantan pegawai istana yang terusir ke jalanan dan kemudian hidup sebagai tukang daging. Sedang ibunya, Park Myeong-hee (Kim Hye-seon), dulunya juga pegawai kerajaan. Ia terlempar dari istana gara-gara konspirasi busuk yang dilancarkan Lady Choi (Gyeon Mi-ri).
Setelah kedua orang tuanya meninggal saat ia masih bocah, Jang-geum diterima bekerja di istana sebagai petugas dapur. Di sana, ia diterima dengan baik dan dididik oleh Lady Han (Yang Mi-kyeong). Namun sebagaimana ibunya, Jang-geum akhirnya juga terusir setelah ia ditendang oleh Lady Choi.
Dari pegawai istana, posisinya melorot menjadi pelayan kantor pemerintah lokal di Pulau Jeju-do. Namun masa pengasingannya itu justru membawa berkah yang luar biasa. Diam-diam ia belajar ilmu pengobatan, sehingga lama-kelamaan reputasinya meroket sebagai dokter wanita yang amat hebat di Jeju-do.
Ketika keahliannya terdengar hingga istana, Jang-geum pun seringkali dipanggil untuk mengobati Raja Jungjong (Ho Lim). Tak hanya itu, ia akhirnya kembali masuk istana dan menempati posisi yang amat tinggi sebagai tabib resmi kerajaan. Sejak saat itu, Seo Jang-geum memiliki nama harum sebagai wanita pertama yang menjadi ahli pengobatan bangsa Korea.
Tentu kurang afdol bila satu judul drama seri tak dibumbui dengan kisah cinta segitiga yang melankolis. Karena kepintaran dan ketegarannya, Jang-geum mendapatkan simpati khusus Raja. Sayang hatinya sudah tertambat pada Min Jung-ho (Ji Jin-hee) yang telah setia mendampinginya dalam saat-saat yang berat dan sulit.
Saat tayang di Korea, Jewel in the Palace menggapai angka rating 47%, dengan titik tertinggi mencapai 57,8%. Ini merupakan rekor tertinggi rating drama televisi dalam sejarah dunia layar gelas negeri itu.
Setelah mengakhiri masa tayangnya pada bulan Maret 2004, paras ayu Lee Young-ae membius pemirsa Taiwan mulai bulan April 2004. Negeri yang pernah menggoyang Asia lewat serial Meteor Garden (2001) ini gantian diguncang oleh kisah hidup Jang-geum.
Hasilnya, turis Taiwan datang berbondong-bondong mengunjungi berbagai lokasi syuting Jewel in the Palace yang sebagian besar juga merupakan situs sejarah, seperti Pulau Jeju-do, Istana Suwon Hwaseong Haenggung, dan juga Istana Changdeokgung.
Bulan Januari hingga Mei 2005 lalu, giliran Hong Kong yang kena demam Jang-geum. Lewat layar TVB, Jewel in the Palace memecahkan rekor sebagai tayangan televisi yang paling banyak ditonton. Menurut pengamatan berbagai analis media, separuh dari 6,5 juta warga Hong Kong menyimak dengan tekun ke-54 episode kisah ini.
Lalu faktor apa yang membuat serial sinetron besutan sutradara Lee Byong-hoon dengan skenario dikerjakan Kim Yeong-hyeon ini begitu fantastis dan fenomenal? Para pemirsa Asia menunjuk dua unsur utama sebagai pemicu kelarisannya.
Pertama, rise and fame (kisah kebangkitan dan ketenaran) kaum wanita dalam bingkai cerita sejarah terbilang amat jarang ditampilkan. Sebagian besar serial drama Asia hanya berkutat pada kisah cinta dua insan namun tanpa mengambil titik tolak “girl power” sebagai premis utamanya.
Dan kedua, sutradara Lee benar-benar hendak menampilkan keindahan alam Korea Selatan semaksimal mungkin lewat karyanya ini. Tiap kali ia mempunyai kesempatan untuk menghadirkan pemandangan gunung atau kemegahan istana-istana kuno, Lee tak pernah membuang percuma peluang-peluang ini.
Satu kelebihan lagi, Jewel in the Palace juga sangat “bersih dan sehat”. Sama sekali tak ada seks, tak ada gambar-gambar vulgar, dan semua berakhir sebagaimana mestinya dengan si jahat terpental dan si baik mendapatkan anugerah tiada tara sebagai hasil kebaikan serta penderitaan mereka.
Maka kita di Indonesia pun patut iri. Di sebuah negeri yang bertabur dengan begitu banyak pahlawan wanita bernama harum sepanjang masa, hingga kini kita belum memiliki satupun “Jewel” yang tak hanya sanggup menaklukkan Indonesia, namun juga Malaysia, Singapura, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea…

(Dimuat di rubrik hiburan Suara Merdeka Edisi Minggu)


0 komentar:

Posting Komentar