scribo ergo sum

Rabu, 23 November 2005

Yang Keren Tanpa Gizi

10:40 Posted by wiwien wintarto No comments
Judul: Teen’s Heart: Jangan Ngomong Cinta, Deh!
Pengarang: Agnes Jessica
Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta
Tebal: 188 halaman
Cetakan: Ke-1 (2005)
Genre: Drama/romance/comedy
Harga: Rp 21.800

Verdict: D-

Ada satu pola besar yang terkandung dalam sebagian besar novel-novel teenlit buatan para pengarang muda masa kini, yaitu nuansa film-film Hollywood. Itu dimulai sejak dari pilihan nama tokoh, “pinjaman” budaya dan aneka macam kondisi psikologis, serta plot cerita.
Pola yang sama juga tak terhindarkan dalam novel mungil Teen’s Heart: Jangan Ngomong Cinta, Deh! (JNC) karangan Agnes Jessica. Novel kesekian dari merek Teen’s Heart milik Elex Media Komputindo ini bahkan murni berisi deretan cliches (hal-hal klise) dari sederetan judul film remaja dan film-film komedi romantis Amrik yang beredar di sini.

JNC berkisah tentang tiga sahabat cewek yang, tentu saja nggak bernama Rani, Dewi, atau Dian, melainkan Janice, Verina, dan Cecilia (nggak tau juga apakah mereka ekspat dari Amrik atau anak-anak kaum urban metropolitan yang dinamai menurut tradisi orang barat untuk mengangkat gengsi keluarga!).
Setelah putus dari Andrew, Jen pacaran ama Elbert. Namun hubungan mereka nggak berlangsung lama karena Elbert tewas dalam sebuah insiden tawuran pelajar. Jen pun nggak pacaran lagi karena ia nggak pernah bisa membebaskan kenangan cintanya pada Elbert.
Berikutnya, ia dibingungkan oleh kakak beradik seayah tapi lain ibu, Reza dan Marco. Reza mirip tokoh Davi dalam Fairish-nya Esty Kinasih dan Dira dari DeaLova-nya Dyan Nuranindya, yaitu “jahat-pada-cewek-tapi-akhirnya-bertekuk-lutut-pada-sang-tokoh-utama”, sedang Marco cenderung pendiam dan misterius. Jen naksir mereka berdua.
Masalah makin rumit ketika ia berkenalan di chat room internet dengan seorang cowok menyenangkan yang ber-nickname Lion. Deg-degan dan rasa penasaran merajalela ketika ia diajak Lion kopi darat, mirip adegan antara Tom Hanks dan Meg Ryan dalam You’ve Got Mail-nya Nora Ephron.
Ada juga subplot yang melibatkan Ve dan saudara kembarnya, Olivia. Karena jadwal kencannya dengan Mario, cowoknya, bentrok ama kencannya dengan Andre, selingkuhannya, Oliv meminta Ve untuk menggantikan tempatnya dalam kencan dengan Mario.
Karena diancam oleh Oliv yang licik, Ve pun terpaksa nurut. Lucunya, hasil kencan sandiwara itu ternyata luar biasa. Mario dan Ve justru jadi cocok karena mereka punya kesamaan minat dalam hal bikin cerita dan komik manga ala Jepang. Sedang skenario kejam Oliv akhirnya terbongkar ketika Andre nggak lain adalah sepupu Mario!
Yang pertama sekali, novel ini penuh dengan nafas Amerika Serikat. Nggak cuman karena para tokohnya mendesah “Phew..!” dan bukannya “Waduh..!”, namun juga karena ada begitu banyak kerabat mereka yang pindah jadi warga negara Amrik serta tiba-tiba jabatan struktural di OSIS (terutama Ketua) terlihat begitu keren karena OSIS di sini sama dengan Student President yang ada di film-film remaja Hollywood.
Jika bukan karena Agnes Jessica mencantumkan lokasi “Jakarta Selatan” di halaman 1 dan “Indonesia” di halaman 165, kita pasti akan menyangka JNC adalah novel impor terjemahan dari Amrik. Masih untung, nggak kayak Upi Avianto dalam Lovely Luna, gaya bahasa Agnes cukup standar lokal dan nggak terlalu beraksen Hollywood.
JNC juga berasa kayak mosaik yang berisi tempelan aneka macam unsur plot dari film-film Amrik. Kalo kita rajin nonton film-film itu, kita pasti udah familiar dengan plot “kembar-yang-bertukar-tempat-dan-menemukan-true-love” serta “sobat-chatting-di-internet-yang-ternyata-musuh-besar-di-dunia-nyata” macam di, itu tadi, You’ve Got Mail.
Namun yang paling mengganggu dari novel ini adalah kebiasaan para pengarang teenlit untuk boros materi yang ternyata juga dianut Agnes. Sama sekali nggak ada plot atau peran yang berarti tersaji buat sobat ketiga, Cecilia. Tokoh ini hanya sesekali numpang lewat dan berkomentar. Seandainya ia dihapus dan tokoh utama cerita ini hanya Jen dan Ve pun, bobot JNC tetep nggak akan berkurang.
Banyak pula materi bagus yang telantar tanpa guna. Kalo Agnes mau ngadain riset sedikit aja, ia bisa ngasih banyak pengetahuan berharga soal detail penggunaan plasenta sebagai obat awet muda. Ia juga nggak mau masuk lebih dalam untuk menguak suka duka sehari-hari para pengurus OSIS.
Padahal kalo elemen ini digarap serius, Agnes bisa membuat JNC-nya sama berbobot dengan plot soal R.A.S.A. (Riverdale Against Sex Abuse) dalam Kana di Negeri Kiwi-nya Rosemary Kesauly, paparan komunitas emo rock dalam Bravo! Jins Belel-nya Anita, dan lika-liku kehidupan wartawan pemula dalam Ciuman Terhangat-nya Nora Umres.
Akhirnya, sebagai bagian dari “junk food literature”, novel-novel genre teenlit seperti ini emang mirip acara santap di gerai fast food di mal-mal. Yang terpenting keren dan gengsinya. Gizi? No way, Baby...!

0 komentar:

Posting Komentar