Judul: Teen’s Heart: Waiting 4 Tomorrow
Pengarang: Wiwien Wintarto
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tebal: 160 halaman
Genre: Romance
Harga: Rp 17.800
Apa yang akan kamu lakukan kalo kamu begitu ingin sahabatmu berubah, tapi untuk itu kamu harus mengorbankan kisah asmaramu sendiri? Tanyakan itu pada Emma, yang selama ini seperti jadi baby
Di usianya yang ke-15, Bella masih sama kayak dulu pas berumur 7 atau 8 tahun. Lebih parah lagi, ia selalu menilai cowok dari seberapa bagus kendaraan yang mereka pakai. Maka ketika Emma bilang padanya bahwa cinta tu nggak kenal logika, dan ia bisa jatuh cinta pada seorang kernet angkot pun sekalipun kalo emang udah "takdir"-nya gitu, ia mencibir abis omongan itu.
Hidup Bella mulai “menyimpang” ketika hadir Bagas, kawan lama Emma sewaktu masih tinggal di Temanggung dulu. Tanpa minta izin terlebih dulu, Emma langsung menominasikan Bagas untuk jadi sopir Bella sementara Bella masih belum cukup umur untuk ambil SIM A.
Maka Bella pun marah melihat kelakuan Emma. Dan kemarahannya terlampiaskan ke Bagas. Ia bertekad akan membuat Bagas nggak betah dan hanya tahan seminggu bersamanya. Berbagai kejahilan udah direncanakannya demi mewujudkan rencana itu.
Sayang ia salah duga. Bagas nggak serapuh yang ia kira. Bukannya remuk redam, Bagas justru membalas semua kejahilan Bella dengan aneka macam kejahilan lain yang nggak kalah aneh. Ke-childish-an Bella pun untuk pertama kalinya mentok. Pertama kali dalam hidup akhirnya ada juga yang membuat semua sifat kekanak-kanakannya “nggak laku”.
Tanpa ia sadari, perkenalan singkatnya dengan Bagas merubahnya dari dalam. Ia belajar betapa indah jika dalam hidup ini kita bisa menghargai, respek, dan bersikap asyik ama orang lain-hal-hal yang selama ini pengin banget diajarkan Emma padanya. So, ketika seminggu kemudian Bagas pamit keluar karena mendapat pekerjaan lain di kampung halamannya, reaksi pertama Bella bukannya girang, tapi justru kesepian. Persis satu minggu kayak yang diinginkannya, tapi reaksinya justru lain sama sekali!
Nggak cuman itu, ia merasakan sisi terhalus kewanitaannya mulai tersentuh. Ia sampai nangis-nangis nggak jelas dan mencuri kaset kesayangan Emma saking begitu desperate-nya terkena sensasi baru itu.
Bagi Emma, Bella yang mulai berubah jadi mature girl adalah berita bagus. Tapi ia terkejut waktu mengetahui alasannya. Relakah ia melepas kenangan terindah masa kecilnya demi Bella? Dan urusan makin nggak jelas ketika Bagas meninggalkan mereka berdua untuk kerja di luar negeri.
Waiting 4 Tomorrow adalah sebuah cerita kecil tentang manusia-manusia yang sukses menengok ke sisi kepribadian lain dalam dirinya sendiri. Bella yang menemukan ke-mature-an dalam ke-childish-annya. Emma yang akhirnya menjumpai ke-childish-an dalam ke-mature-annya. Dan Bagas yang “terpaksa” berpindah dari karakter orang dusun ke karakter orang metropolis demi karier masa depan.
Dan seperti judulnya, lewat buku ini aku pengin bilang bahwa “hidup jadi menarik karena kita nggak akan pernah tau apa yang akan terjadi besok pagi”. Sama kayak Bella dan Emma yang gelisah nunggu kira-kira apa perkembangan terbaru kehidupan Bagas di KL, sedang Bagas sendiri juga penasaran nunggu esok hari datang karena ia ternyata menemukan banyak kejutan yang menyenangkan di sana.
So, kalo ingin tau kayak apa hidup bisa merubah diri kita, bacalah buku ini (beli dulu tentu, biar aku bisa kaya raya karena royaltinya, hehehoho…!). Abis itu kita akan jadi sangat menghargai hidup karena barang satu ini ternyata sangat menarik dan menjanjikan. Karena kita nggak akan pernah merasa perlu menyesali atau mempertanyakan apa yang saat ini masih terasa sangat kurang dalam hidup kita masing-masing.
Why? Because tomorrow is another day…
0 komentar:
Posting Komentar