scribo ergo sum

Kamis, 07 Juli 2005

Beautiful Bollywood

14:52 Posted by wiwien wintarto No comments


Judul: Monsoon Wedding
Pemain: Naseeruddin Shah, Lillete Dubey, Vasundhara Das, Parvin Dabas, Tilotama Shome
Sutradara: Mira Nair
Genre: Comedy/romance
Durasi: 113 menit
My Grade: B+

Golongan orang (sok) kota (kayak aku!) sering menganggap film India alias Bollywood sebagai tontonan kelas dua. Bahkan nggak berkelas sama sekali. Bollywood tu tontonannya PRT, TKW, atau golongan pembokat dan orang-orang udik yang sama sekali nggak keren. Orang keren ya tontonannya Hollywood, bukan Bollywood.


Makanya waktu pinjem Monsoon Wedding dari Video Ezy (bukan iklan!), aku ya agak tengsin dikit gitu. Meski MW bikinan Hollywood, tapi nuansanya Bollywood asli. Pemainnya semua bintang India. Lokasinya di India. Bahasanya pun India pula, meski lebih banyak diselinggi Inggris.

MW berkisah tentang suasana kehebohan menjelang pernikahan Aditi Verma (Vasundhara Das) dan Hemant Rai (Parvin Dabas). Aditi sudah punya cowok, tapi ia terpaksa manut dijodohkan ama Hemant yang tinggal di Amerika. BTW, mereka baru ketemu pertama kali ya menjelang hari pernikahan itu.

Persis kayak kita di Indonesia, rumah sang mempelai putri segera saja hiruk pikuk seminggu sebelum hari-H. Semua sanak saudara datang dan membuat rumah jadi heboh. Dari sinilah Mira Nair mulai memainkan filmnya. MW, intinya, bercerita soal sosok orang-orang di dalam keluarga besar Verma.

Ada Ayesha yang cakep dan naksir Rahul. Ada Dubey yang jatuh cinta pada si manis Alice, ada pula Ria yang punya masa lalu menyedihkan. Pokoknya semua orang punya cerita masing-masing. Dan MW mengemas semuanya dengan lembut, indah, dan mengesankan. Unsur komedinya terasa bukan dari kejadian, tapi lewat how those characters behave on their own life.

Dengan akting yang natural dan nggak dibuat-buat, semua karakter dalam MW jadi lovable. Kita peduli pada mereka semua. Dan yang paling oke adalah, Mira Nair mampu membuat sebuah film Bollywood yang punya cita rasa beda.

Bollywood yang ini sangat classy dan nggak berkesan kampungan. Cewek-ceweknya nggak lebih cakep daripada Kareena Kapoor, Aishwarya Rai, atau bintang-bintang Bollywood mainstream. Tapi dengan pengadeganan yang pas, angle kamera yang oke, dan akting yang brilian, Vasundhara Das, Shefali Shetty (pemeran Ria), dan terutama (most amazingly) Tilotama Shome (pemeran Alice si pembokat), jadi terlihat nggak cuman cantik tapi juga mempesona luar biasa.

Satu kelemahan Bollywood yang pualing aku buenci 0,5 mati adalah tarian dan nyanyian (massal) para karakternya yang sama sekali di luar konteks cerita. Unsur ini bener-bener terlalu dipaksakan sehingga nggak jelas elemen itu terjadi beneran (di jalan megal-megol gitu) apa hanya khayalan di benak para karakternya aja.

MW juga penuh tarian dan nyanyian massal, tapi semua ditempatkan di dalam konteks cerita. Satu pas para wanita ngumpul di taman dan nyanyi bareng, dua pas Ayesha latihan nari untuk acara pesta pernikahan, dan terakhir adalah pas pestanya itu sendiri saat semua orang menari dan menyanyi bareng-bareng.

Dengan unsur itu diletakkan dalam konteks, penonton jadi bisa menerimanya dan memahami bahwa dalam kesehariannya, orang India memang senang menari dan menyanyi. Dalam MW, semua tarian dan nyanyian massal itu terlihat indah dan menghibur karena tampil utuh sebagai bagian dari cerita keseluruhannya.

Nggak heran Ebert pun menyebut MW “…the kind of film where you meet characters you have never been within 10,000 miles of, and feel like you know them at once”!

Buatku, MW adalah Bollywood kedua yang sangat berkesan dan menakjubkan setelah Bend It Like Beckham-nya Gurider Cadha. Kita pun jadi sadar, hal yang sama bisa bercita rasa sangat berbeda kalo kita bisa menggarapnya dengan cara yang beda pula.

I hope someday there will be kayak MW tapi dengan latar belakang Indonesia. Dan kita bisa merasakan kayak apa film nasional yang dipotret dengan cita rasa Hollywood… mirip-mirip The Year of Living Dangerously gitu!

0 komentar:

Posting Komentar