scribo ergo sum

Senin, 07 Juli 2014

Sinetron Seadanya

12:09 Posted by wiwien wintarto No comments

Lebih seringnya kemasan itu penting. Tapi terkadang, kemasan sengaja dibuat jelek untuk menyesuaikan dengan imej dan pencitraan yang dikehendaki. Contohnya adalah serial TV yang satu ini. Curb Your Enthusiasm diproduksi dan dibintangi produser dan sutradara Larry David, orang di balik kesuksesan serial komedi fenomenal tahun 1990-an, Seinfeld.
Di sini, Larry berperan sebagai (versi fiktif) dirinya sendiri, yaitu Larry David, seorang produser TV kenamaan di Hollywood. Ia ditemani istrinya, Cheryl (Cheryl Hines), dan manajernya, Jeff (Jeff Garlin). Beberapa bintang tenar Hollywood muncul dan berperan sebagai (versi fiktif) diri masing-masing, seperti komedian Richard Lewis, aktor Ted Danson, dan aktris Kathy Griffin.

Cara pengambilan gambar CYE sengaja dibuat sementah mungkin, dan (sepertinya) menggunakan kamera murah meriah semacam handycam atau miniDV sehingga hasilnya mirip pengambilan gambar video amatir home made. Angle kamera semaunya (yang penting para pemain kelihatan jelas), kualitas gambar dan suara seadanya, dan kadang kamera goyang-goyang bergeser tak jelas.
Namun itu semua jelas adalah by design, bukan karena isokuiki (keterbatasan kemampuan), menyesuaikan dengan suasana cerita yang sangat keseharian. Cocok dengan tema tiap episode yang tak pernah berupa cerita besar nan inspiratif, plot rumit penuh kejutan, atau yang sarat dengan pesan moral sosial.
Cerita episode pertama musim pertama (berjudul Pants Tent), misalnya, berkisah soal pants tent di celana Larry. Kalau belum tahu, pants tent adalah istilah untuk menyebut kondisi celana pas bagian selangkangan depan yang tak sengaja membentuk gundukan mirip tenda saat kita duduk. Sebelum pergi nonton, Larry mengobrolkan itu dengan Cheryl. Ia bilang, orang lain bisa salah sangka mengira ia lagi ereksi, padahal cuman pants tent.
Cheryl pun memencet-mencet bagian itu dan bilang, “Oh, iya. Kayak keras, padahal nggak ada apa-apa.”
Habis itu Larry pergi nonton film. Ia disuruh Cheryl nonton bareng dengan Nancy (Robin Ruzan), kawannya, yang tengah butuh teman untuk nonton. Pas hendak menuju kursi Nancy di bioskop, Larry sempat bertengkar dengan seorang cewek. Lalu Nancy mengelus-elus lengan Larry sambil bilang, “Sabar, sabar...!”
Tak dinyana, saat mengelus-elus, Nancy tak sengaja melihat ke bawah, ke arah celana Larry yang tengah membukit karena pants tent. Mereka sama-sama terdiam dengan wajah tak enak, lalu melanjutkan nonton film.
Begitu pulang, Larry menceritakan itu ke Cheryl. Ia mengira Nancy pasti berpikir dirinya ereksi. Konyolnya, hal itu diceritakan Cheryl ke Nancy esok harinya. Cekcok pun terjadi dengan alasan-alasan yang sangat absurd.
Larry berkeras ia tidak ereksi, sambil menunjukkan dan memencet-mencet pants tent di celananya. Yang dilihat Nancy hanya pants tent, tidak lebih. Cheryl sewot karena pas cerita malam sebelumnya, Larry tak menyebut bagian saat lengannya dielus-elus Nancy. Larry cuman bilang enteng, “Aku lupa.”
Sedang Nancy ngotot mengatakan bahwa andai Larry ereksi pun, ia tidak mempersoalkan. Ia sangat bisa memahami. Tapi Larry tetap keukeuh bilang bahwa ia tidak ereksi. Akhirnya mereka bertiga adu mulut mempertengkarkan hal yang tidak urgen, yaitu ereksi dan tidak ereksi!
Aku kali pertama nonton ini tahun 2006 lalu pas langganan TV satelit Astro (almarhum). Waktu itu CYE ditayangkan di HBO, dan aku langsung ketawa sampai nJengat pas nonton episode pertama itu. Nuansanya mirip Seinfeld banget, tapi dengan format produksi yang beda (yang itu berupa komedi situasi standar 30 menitan yang diberi hiasan laugh track atau suara tawa penonton).
Sayang waktu itu tak ada lanjutan season keduanya, hingga Astro kolaps akhir tahun 2008 gara-gara keserakahannya sendiri dalam mengangkangi hak siar eksklusif Liga Primer Inggris. Sekarang baru aku ketemu CYE lagi pas langganan Indovision, masih tetap di HBO. Yang main sekarang adalah tayangan musim kedelapan (total sudah ada 11 musim, dan akan berlanjut).
Melalui CYE, seorang Larry David menunjukkan banyak suri ketauladanan yang harus ditiru para pelaku pertelevisian dan persinetronan nasional kita. Satu, ia ingin memperpanjang kesuksesan Seinfeld tapi tak sekadar mengambil cara aman dengan copy-paste. Ia cukup mengambil esensi ceritanya, yang berupa “the show about nothing” itu, lalu mengeluarkan format yang, tak hanya baru, tapi juga inovatif dan revolusioner, yaitu tentang kehidupan “nggambus”-nya sendiri.
Dua, ia menyuguhkan paket komplet, dengan berbagai format teknis sengaja dibuat seadanya agar sesuai dengan situasi tema ceritanya yang penuh aura kesederhanaan dan keserbaapaadaan hidup sehari-hari. Itu meliputi juga efek suara dan musik latar (yang sangat minimalis), make up, tata rambut, tata busana, dan pengadeganan. Semua bahkan mendekati level nihilistik.
Dan yang ketiga, ia menunjukkan bahwa penulisan adalah segala-galanya. Kita nggak terganggu dengan kualitas gambar yang murahan dan seadanya karena terpukau oleh lontaran humor, komedi situasi, dan satir sosial yang ada. Semua berkat penulisan skenario yang jago, plus kemampuan Larry dan para pemain berakting natural dengan teknik improv (sebagian besar dialog merupakan hasil improvisasi, tidak persis plek yang ditulis).
Bagi para sineas film independen yang tengah akan ikut Short Movie Competition gelaran Watukelir, CYE adalah contoh studi yang bagus. Sebuah karya sinema yang berbobot tak selalu identik dengan aneka macam pencapaian teknis kelas mahir seperti di film-film profesional—yang untuk mendiskusikan istilah-istilah ilmiahnya saja perlu meeting dua hari dua malam sendiri!
Model produksi mirip CYE bisa dikerjakan dengan peralatan yang paling simpel. Pakai kamera HP Lenovo A361-ku pun bisa. Nggak perlu nyari-nyari kamera canggih ala sinetron yang perlu keluar bujet untuk sewa harian. Terlebih bila yang akan kita buat bukanlah film cerita drama dengan struktur bercerita dan konflik yang rumit sepanjang 15 atau 20 menit, melainkan film tanpa dialog yang cukup berdurasi tiga atau lima menit.
Sekali lagi, seperti yang dicontohkan CYE dan Seinfeld atau karya berkualitas lain, adalah kesiapan dan keunggulan penulisan. Unsur teknis lain hanya sekadar menginthili...

0 komentar:

Posting Komentar