Lebih seringnya
kemasan itu penting. Tapi terkadang, kemasan sengaja dibuat jelek untuk
menyesuaikan dengan imej dan pencitraan yang dikehendaki. Contohnya adalah
serial TV yang satu ini. Curb Your Enthusiasm diproduksi dan dibintangi
produser dan sutradara Larry David, orang di balik kesuksesan serial komedi
fenomenal tahun 1990-an, Seinfeld.
Di sini, Larry
berperan sebagai (versi fiktif) dirinya sendiri, yaitu Larry David, seorang
produser TV kenamaan di Hollywood. Ia ditemani istrinya, Cheryl (Cheryl Hines),
dan manajernya, Jeff (Jeff Garlin). Beberapa bintang tenar Hollywood muncul dan
berperan sebagai (versi fiktif) diri masing-masing, seperti komedian Richard
Lewis, aktor Ted Danson, dan aktris Kathy Griffin.
Cara pengambilan
gambar CYE sengaja dibuat sementah mungkin, dan (sepertinya) menggunakan
kamera murah meriah semacam handycam atau miniDV sehingga hasilnya mirip
pengambilan gambar video amatir home made. Angle kamera semaunya
(yang penting para pemain kelihatan jelas), kualitas gambar dan suara seadanya,
dan kadang kamera goyang-goyang bergeser tak jelas.
Namun itu semua
jelas adalah by design, bukan karena isokuiki (keterbatasan
kemampuan), menyesuaikan dengan suasana cerita yang sangat keseharian. Cocok
dengan tema tiap episode yang tak pernah berupa cerita besar nan inspiratif,
plot rumit penuh kejutan, atau yang sarat dengan pesan moral sosial.
Cerita episode
pertama musim pertama (berjudul Pants Tent), misalnya, berkisah
soal pants tent di celana Larry. Kalau belum tahu, pants tent
adalah istilah untuk menyebut kondisi celana pas bagian selangkangan depan yang
tak sengaja membentuk gundukan mirip tenda saat kita duduk. Sebelum pergi
nonton, Larry mengobrolkan itu dengan Cheryl. Ia bilang, orang lain bisa salah
sangka mengira ia lagi ereksi, padahal cuman pants tent.
Cheryl pun
memencet-mencet bagian itu dan bilang, “Oh, iya. Kayak keras, padahal nggak ada
apa-apa.”
Habis itu Larry
pergi nonton film. Ia disuruh Cheryl nonton bareng dengan Nancy (Robin Ruzan),
kawannya, yang tengah butuh teman untuk nonton. Pas hendak menuju kursi Nancy
di bioskop, Larry sempat bertengkar dengan seorang cewek. Lalu Nancy
mengelus-elus lengan Larry sambil bilang, “Sabar, sabar...!”
Tak dinyana,
saat mengelus-elus, Nancy tak sengaja melihat ke bawah, ke arah celana Larry
yang tengah membukit karena pants tent. Mereka sama-sama terdiam
dengan wajah tak enak, lalu melanjutkan nonton film.
Begitu pulang,
Larry menceritakan itu ke Cheryl. Ia mengira Nancy pasti berpikir dirinya
ereksi. Konyolnya, hal itu diceritakan Cheryl ke Nancy esok harinya. Cekcok pun
terjadi dengan alasan-alasan yang sangat absurd.
Larry berkeras
ia tidak ereksi, sambil menunjukkan dan memencet-mencet pants tent di
celananya. Yang dilihat Nancy hanya pants tent, tidak lebih.
Cheryl sewot karena pas cerita malam sebelumnya, Larry tak menyebut bagian saat
lengannya dielus-elus Nancy. Larry cuman bilang enteng, “Aku lupa.”
Sedang Nancy
ngotot mengatakan bahwa andai Larry ereksi pun, ia tidak mempersoalkan. Ia
sangat bisa memahami. Tapi Larry tetap keukeuh bilang bahwa ia tidak ereksi.
Akhirnya mereka bertiga adu mulut mempertengkarkan hal yang tidak urgen, yaitu
ereksi dan tidak ereksi!
Aku kali pertama
nonton ini tahun 2006 lalu pas langganan TV satelit Astro (almarhum). Waktu itu
CYE ditayangkan di HBO, dan aku langsung ketawa sampai nJengat
pas nonton episode pertama itu. Nuansanya mirip Seinfeld banget, tapi
dengan format produksi yang beda (yang itu berupa komedi situasi standar 30
menitan yang diberi hiasan laugh track atau suara tawa penonton).
Sayang waktu itu
tak ada lanjutan season keduanya, hingga Astro kolaps akhir tahun 2008
gara-gara keserakahannya sendiri dalam mengangkangi hak siar eksklusif Liga
Primer Inggris. Sekarang baru aku ketemu CYE lagi pas langganan
Indovision, masih tetap di HBO. Yang main sekarang adalah tayangan musim
kedelapan (total sudah ada 11 musim, dan akan berlanjut).
Melalui CYE,
seorang Larry David menunjukkan banyak suri ketauladanan yang harus ditiru para
pelaku pertelevisian dan persinetronan nasional kita. Satu, ia ingin
memperpanjang kesuksesan Seinfeld tapi tak sekadar mengambil cara aman
dengan copy-paste. Ia cukup mengambil esensi ceritanya, yang berupa “the
show about nothing” itu, lalu mengeluarkan format yang,
tak hanya baru, tapi juga inovatif dan revolusioner, yaitu tentang kehidupan “nggambus”-nya
sendiri.
Dua, ia
menyuguhkan paket komplet, dengan berbagai format teknis sengaja dibuat
seadanya agar sesuai dengan situasi tema ceritanya yang penuh aura
kesederhanaan dan keserbaapaadaan hidup sehari-hari. Itu meliputi juga efek
suara dan musik latar (yang sangat minimalis), make up, tata
rambut, tata busana, dan pengadeganan. Semua bahkan mendekati level nihilistik.
Dan yang ketiga,
ia menunjukkan bahwa penulisan adalah segala-galanya. Kita nggak terganggu
dengan kualitas gambar yang murahan dan seadanya karena terpukau oleh lontaran
humor, komedi situasi, dan satir sosial yang ada. Semua berkat penulisan
skenario yang jago, plus kemampuan Larry dan para pemain berakting natural
dengan teknik improv (sebagian besar dialog merupakan hasil improvisasi, tidak
persis plek yang ditulis).
Bagi para sineas
film independen yang tengah akan ikut Short Movie Competition gelaran
Watukelir, CYE adalah contoh studi yang bagus. Sebuah karya sinema yang
berbobot tak selalu identik dengan aneka macam pencapaian teknis kelas mahir
seperti di film-film profesional—yang untuk mendiskusikan istilah-istilah
ilmiahnya saja perlu meeting dua hari dua malam sendiri!
Model produksi
mirip CYE bisa dikerjakan dengan peralatan yang paling simpel. Pakai
kamera HP Lenovo A361-ku pun bisa. Nggak perlu nyari-nyari kamera canggih ala
sinetron yang perlu keluar bujet untuk sewa harian. Terlebih bila yang akan
kita buat bukanlah film cerita drama dengan struktur bercerita dan konflik yang
rumit sepanjang 15 atau 20 menit, melainkan film tanpa dialog yang cukup
berdurasi tiga atau lima menit.
Sekali lagi,
seperti yang dicontohkan CYE dan Seinfeld atau karya berkualitas
lain, adalah kesiapan dan keunggulan penulisan. Unsur teknis lain hanya sekadar
menginthili...
0 komentar:
Posting Komentar