
Seperti yang direncanakan semula, hari Senin tanggal 10 November 2008 lalu, para crew & cast sinetron Pak Bei berkunjung ke Magelang untuk nyekar ke makam Bapak sebagai kreator komik Pak Bei. Rombongan terdiri atas 7 personel yang dipimpin Vreda Wuiisan, sang produser.
Kebetulan kru AmaarDyo Pictura sedang syuting sinetron FTV di Jogja sejak hari Minggu, jadi mereka sekalian main ke Borobudur, Magelang, yang hanya berjarak 1 jam perjalanan bermobil dari Kota Gudeg. Mereka memakai dua mobil SUV. Pemeran utama sinetron itu, pelawak Joko Dewo yang main jadi Pak Bei, ikut serta pula. Dan memang doilah yang puny ide untuk nyekar ke makam Bapak sebagai bentuk permohonan izin dan doa restu untuk perannya tersebut.
Rombongan sendiri sampai di Borobudur sekitar pukul 10. Karena belum tahu arah jalan, dan karena aku nggak sempat bikinin mereka denah lokasi rumah kami di Dukuh Gedongan, Desa Wanurejo, terpaksa mereka kuminta berhenti nunggu di dekat pintu masuk Taman Wisata Candi Borobudur, lalu kujemput mereka naik motor bareng Danang.
Kedatangan mereka tentu disambut hangat keluarga, yang ngumpul komplet kecuali Dahono alias Gotri. Dan sambil ngobrol, Mas Joko Dewo asyik melihat-lihat potret almarhum Bapak plus memorabilia komik Pak Bei edisi perdana yang dimuat bulan Desember 1986 lalu serta lembaran perangko dan sampul hari pertama waktu Pak Bei (bareng empat tokoh kartun lain) diperangkokan oleh PT Pos Indonesia tahun 2000 silam.
Tentu nggak afdol kalau acara kumpul-kumpul nggak disertai makan besar. Khusus untuk menyambut “Pak Bei”, Ibu sudah menyediakan sajian khas desa berupa buntil dan mangut lele nan lezat. Makanan lain yang juga turut nongol adalah nasi bumbung gurih.
Sekadar info, nasi bumbung adalah menu utama warung Itok yang berlokasi di depan Hotel Saraswati, Borobudur. Warung buka sejak pukul 18.00 hingga midnait dan amat cocok dipakai untuk hang out melewatkan malam-malam sejuk di kaki Bukit Menoreh. Kapan-kapan aku akan nulis soal warung ini dalam kesempatan lain.
Aku sendiri juga ikut main sikat makanan yang ada karena emang belum sempat makan sejak dari rumah. Karena malemnya ngisi acara talk show di Pesta Semarang Sejuta Buku di Gedung Wanita, Semarang, aku baru bisa pulang ke Gedongan hari Senin pagi-pagi pukul 6.
Setelah pada kenyang semua, kami cabut menuju makam Bapak di TPU Giriloyo, Kota Magelang, yang berjarak sekitar 20-an kilo dari rumah. Selain hendak nyekar ke makam Bapak, Mas Joko juga pengin berziarah ke makam Suzanna, yang emang terletak di TPU yang sama.
Acara nyekar berlangsung dalam suasana panas terik yang memekakkan telinga. Udah gitu, doanya komplet plet pakai pembacaan Surat Yasin dan tahlil yang dipimpin langsung oleh Mas Joko (ternyata doi ada bakat jadi ustad!). Maka kami jadi agak repot mengurus Danang dan Nares yang kebetulan pas nggak pakai topi.

Untungnya, seperti emang khusus mendapat perlindungan dari-Nya, begitu pembacaan Yasin dimulai, mendung tebal tahu-tahu berarak datang persis di atas kepala. Cuaca panas terik dalam sekejap berganti jadi teduh mendung yang tak terlihat muram melainkan sejuk adem.
Tapi sedang khidmat-khidmatnya berdoa, Danang yang berada persis di depanku bikin ulah dengan mengomentari cat kuku Hesti Yudiarti, sang casting director, yang bermotif gambar stroberi.
“Kuwi kok kukune dicet stroberi ngapa, Pakde…?” tanya dia sambil menuding ke arah Hesti yang juga tengah khusuk berdoa. (“Itu kok kukunya dicat stroberi kenapa, Pakde?”)
Sudah pasti dia kusuruh diam agar nggak mengganggu acara doa bersama. Karena kucuekin, Danang nanya berbisik-bisik sekali lagi, yang efeknya juga sama, yaitu kudiamkan.
Eh, penasaran dan nggak puas, pada kali ketiga, dia nanya dengan suara keras banget sambil menunjuk terang-terangan ke arah Hesti,
“KUKUNE KUWI KOK DICET STROBERI NGAPA TA, PAKDE!?”
Tak ayal semua pun tertawa ngakak, termasuk Hesti yang meski nggak bisa boso Jowo tapi jelas langsung tahu apa yang dimaksudkan Danang. Sambil ketawa geli campur gondok, aku nJenggung kepalanya dan menukas,
“Lha, mbok ya ben! Urusane dhewe-dhewe arep dicet stroberi apa dhuwet…!” (“Lha, mbok ya biar! Urusan sendiri-sendiri mau dicat stroberi atau duwet!”)
Tapi sedang khidmat-khidmatnya berdoa, Danang yang berada persis di depanku bikin ulah dengan mengomentari cat kuku Hesti Yudiarti, sang casting director, yang bermotif gambar stroberi.
“Kuwi kok kukune dicet stroberi ngapa, Pakde…?” tanya dia sambil menuding ke arah Hesti yang juga tengah khusuk berdoa. (“Itu kok kukunya dicat stroberi kenapa, Pakde?”)
Sudah pasti dia kusuruh diam agar nggak mengganggu acara doa bersama. Karena kucuekin, Danang nanya berbisik-bisik sekali lagi, yang efeknya juga sama, yaitu kudiamkan.
Eh, penasaran dan nggak puas, pada kali ketiga, dia nanya dengan suara keras banget sambil menunjuk terang-terangan ke arah Hesti,
“KUKUNE KUWI KOK DICET STROBERI NGAPA TA, PAKDE!?”
Tak ayal semua pun tertawa ngakak, termasuk Hesti yang meski nggak bisa boso Jowo tapi jelas langsung tahu apa yang dimaksudkan Danang. Sambil ketawa geli campur gondok, aku nJenggung kepalanya dan menukas,
“Lha, mbok ya ben! Urusane dhewe-dhewe arep dicet stroberi apa dhuwet…!” (“Lha, mbok ya biar! Urusan sendiri-sendiri mau dicat stroberi atau duwet!”)

Sehabis acara nyekar selesai, Mas Joko ngajak yang lainnya (kecuali Vreda yang nggak mau) untuk ziarah ke makam Suzanna. Tadinya hampir nggak jadi karena nggak satupun dari kami warga setempat ini yang tahu letak persisnya di mana. Tapi setelah dikasih tahu salah seorang pengurus makam bahwa lokasinya nggak terlalu jauh, Mas Joko pun memutuskan untuk pergi ke sana.
Kenapa dia ngotot pengin nyekar Suzanna? Ternyata, beberapa hari sebelumnya, dia mimpi didatangi Suzanna yang minta diboncengin naik motor sampai ke lokasi syuting. Dulu keduanya emang pernah main bareng di film Guci Misteri. Lucunya, tiap bangun dan tidur lagi, mimpinya selalu berulang-ulang itu terus. Karena ngeri mengalami mimpi berulang hingga dua-tiga kali, ia lantas nggak tidur lagi sampai subuh!
Setelah acara di makam Suzanna kelar, rombongan Jakarta pun bertolak kembali ke Jogja untuk melanjutkan syuting mereka. Sebelum cabut, Vreda menginformasikan bahwa pertengahan bulan ini syuting Pak Bei akan kembali berlanjut untuk episode-episode selanjutnya.
Maka aku pun harus bersiap-siap untuk sewaktu-waktu ke Jakarta buat menunggui syutingnya. Siapa tahu bisa dapet kesempatan wawancara gratisan dengan para artis buat Gradasi!
Kenapa dia ngotot pengin nyekar Suzanna? Ternyata, beberapa hari sebelumnya, dia mimpi didatangi Suzanna yang minta diboncengin naik motor sampai ke lokasi syuting. Dulu keduanya emang pernah main bareng di film Guci Misteri. Lucunya, tiap bangun dan tidur lagi, mimpinya selalu berulang-ulang itu terus. Karena ngeri mengalami mimpi berulang hingga dua-tiga kali, ia lantas nggak tidur lagi sampai subuh!
Setelah acara di makam Suzanna kelar, rombongan Jakarta pun bertolak kembali ke Jogja untuk melanjutkan syuting mereka. Sebelum cabut, Vreda menginformasikan bahwa pertengahan bulan ini syuting Pak Bei akan kembali berlanjut untuk episode-episode selanjutnya.
Maka aku pun harus bersiap-siap untuk sewaktu-waktu ke Jakarta buat menunggui syutingnya. Siapa tahu bisa dapet kesempatan wawancara gratisan dengan para artis buat Gradasi!
cat kuku stroberi kie piye tho mas???
BalasHapusyo cutex tapi gambare stroberi. ada daunnya, godhongnya ijo, warna merah dan titik2 putih. kuwi jelas pekerjaan menicure tingkat seleb!
BalasHapusWien, wien, takrasak-rasakke aku kok kayake pernah "kenal" Vreda Wuisan ya.. Coba kapan-kapan kau tanya dia, pernah "kenal" aku gak. Serius ini.
BalasHapusluka: mosok? kapan kenale? yo suk taktakokne..
BalasHapusBetul Mas Wiwin restoran yang Anda sebut di depan Candi Borobudur itu memang terkenal. Saya tahun 1990 pernah buat sinetron anak TVRI judul Hamid dan Halimah dengan setting penjual asongan Borobudur.Shoting berlangsung selama 2 minggu. Sebagian seting lokasi di pelataran candi Borobudur dan sisanya di Desa Candirejo 3 km timur Borobudur. Memang berkesan dengan alam pedesaan Candi Borobudur. Naskah ditulis oleh Mas Anas yang sering nulis untuk konsumsi televisi. Beliau rumahnya di desa sebelah barat Candi Borobudur belakang kandang gajah.
BalasHapusYang menjadikan shoting berkesan pas waktu itu terjadi perang teluk. Pas Dunia Dalam Berita jam 9 malam shoting break,crew dan pemain nonton tvri yang menayangkan berita Israel digempur rudal Scud Irak. Salam dari Ciledug...
aku ikut kejakarta dunk...
BalasHapusdjoko: tapi warungnya itu masih baru ok. yg punya adik saya ini baru buka awal november lalu. berarti bukan yg itu. oya, apa masih bikin sinetron lagi? salam dari pudakpayung...
BalasHapusokas: yo mesti dijak to yaaa...
djoko: tapi warungnya itu masih baru ok. yg punya adik saya ini baru buka awal november lalu. berarti bukan yg itu. oya, apa masih bikin sinetron lagi? salam dari pudakpayung...
BalasHapusokas: yo mesti dijak to yaaa...
sukses ya Wien!
BalasHapusrakes: oke... tengkiu
BalasHapusPak bei jangan dibikn sinetron, paling gak lucu.
BalasHapusMending dibikin filem kartun aja..
arip: jangan kuatir. yg bikin ceritanya tetep pewaris tahta Pak Bei, yaitu aku, jadi dijamin rodo mayan lucu lah...
BalasHapuspilem kartun? nanti, kalo versi sinetronnya sukses. ben kayak mr bean