Hari Sabtu 29 Agustus kemarin, agendaku agak lain
dari pekan-pekan sebelumnya yang pasti di seputar acara-acara perbukuan di TB
Gramedia Balaikota, Semarang. Kali ini aku justru meluncur ke Best Western Star
Hotel, Jl. MT Haryono, tak jauh dari Java Supermall. Aku mengikuti Hari
Briefing Kelas Inspirasi Semarang 2 tahun 2015.
Aku datang agak telat, sudah lewat pukul 9. Pas tiba
di Ruang Catleya di lantai 1 Hotel Star, acara sudah mulai. Usai registrasi,
aku diminta copot sepatu. Ternyata acaranya lesehan. Aku bertemu kawanku dari
Kudus, Lestari Taro, yang menjadi salah satu panitia berseragam kaos oranye.
Pas masuk dan duduk, aku agak kaget karena yang sedang pidato adalah Gubernur
Jateng Ganjar Pranowo. Wah, super sekali! Apalagi tema yang diusung adalah
“Witing nginspirasi jalaran saka Kelas Inspirasi”.
Usai Gubernur pidato, acara selanjutnya adalah
pembekalan dari panitia. Diawali dulu dengan sesi aneh-aneh berupa senam
penguin. Ada juga pernak-pernik kecil yang lahir batin aku nggak selera, yaitu
jawab dengan yel-yel. Misal ditanya “Apa kabar?”, harus dijawab dengan “Luar
biasaaahh!” sambil mengepalkan tangan. Di sini, sapaan selamat pagi harus
dijawab dengan “Pagi, pagi, pagiii!” sekeras mungkin. Di sesi kayak gini, aku
pasti mengikutinya sambil merasa malu pada R’as al Ghul (dan mbatin apa di
League of Assassin juga ada yel-yel anggota kayak gitu?).
Untung tadi nggak ada sesi renungan doa lalu semua
peserta menangis sesenggrukan teringat ortu yang telah tiada. Asli, kalau ada
itu, aku pasti ngacir keluar—at least ke toilet, sampai nangisnya bubar!
Back to kelas, pembekalan terdiri atas beberapa
babak, yaitu pengenalan Kelas Inspirasi, perlindungan hak anak, dan teknik
mengajar. Di pertengahan acara, seluruh relawan yang berjumlah 189 orang dibagi
dalam 14 grup. Aku masuk grup 1, dipandu fasilitator dari panitia bernama
Niken, yang akan mengajar di SD Negeri Ngaliyan 4 Semarang di bilangan
Tambakaji, tepatnya di Jl. Pucang Jatibarang.
Masuk dalam grupku adalah Andika, yang adalah GM
Cimory on the Valley. Lalu ada Muna, dosen Unissula, pekerja kantoran bernama
Nia yang datang jauh-jauh dari Jakarta, juga pengusaha, dokter, dan dosen lagi
yang aku lupa namanya. Maklum, baru pertama ketemu dan dalam situasi hectic.
Niken memandu kami untuk diskusi dengan Bu Kepsek SD Ngaliyan 4 yang aku juga
belum tahu namanya.
Hasil diskusi menyepakati kami akan kumpul lagi hari
Kamis pagi tanggal 3 September untuk survey lokasi ke tempat kami akan mengajar
nanti. Itu akan jadi bahan penting pada Hari Inspirasi yang akan jatuh pada
Senin tanggal 14 September mendatang. Aku nggak tahu apa bisa ikut atau tidak.
Kalaupun nggak, aku mungkin bisa ke sana sendirian sebelum jadwal acara bareng
RC Semarang Kunthi tanggal 12.
Kelas Inspirasi sendiri adalah kelanjutan dari
Gerakan Indonesia Mengajar yang tahun 2010 dicetuskan Anies Baswedan, Mendikbud
kini yang waktu itu masih jadi rektor Universitas Paramadina. Dalam gerakan
itu, relawan yang disebut Pengajar Muda dikirimkan ke daerah-daerah terpencil
untuk mengajar di SD selama satu tahun.
Kelas Inspirasi kurang lebih adalah versi pendek dari
Indonesia Mengajar, karena para relawan hanya perlu mengajar satu hari dalam
apa yang disebut Hari Inspirasi. Tahun ini, Hari Inspirasi untuk Kelas
Inspirasi Semarang jatuh pada tanggal 14 September. Aku juga ikut di Magelang,
yang Hari Inspirasinya jatuh akhir bulan (briefing tanggal 20).
Di Kelas Inspirasi, para relawan memperkenalkan
profesi masing-masing. Mereka juga sekaligus menginspirasi anak-anak SD untuk
sedini mungkin dikenalkan pada pengejaran mimpi yang sungguhan, dan bukannya
sekadar ditanya cita-cita tapi lupa dikasih tahu kongkretnya bagaimana untuk
menuju ke sana.
Aku pertama kali dengar kegiatan ini dari Yudhi
Benedict, yang ikut les privat kelas novel. Kemudian muncullah Taro, yang aku
kenal dari kegiatan-kegiatan komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Semarang. Dia
mendorongku untuk ikut daftar relawan di Kelas Inspirasi Semarang tahun ini.
Sesudah lihat lamannya, dan tahu bahwa ini adalah acara mengajar cah-cah SD,
aku langsung mendaftar.
Dalam pembekalannya di sesi paling awal, fasilitator
bernama Putri menjelaskan bahwa pelamar untuk Kelas Inspirasi Semarang
berjumlah ratusan. Setelah diseleksi, tersisa sejumlah 189 orang itu tadi.
Profesi-profesi yang sama tidak diletakkan di satu grup. Maka aku nggak
sekelompok dengan Unik Oke dan Sinta Pramucitra yang juga ikut jadi relawan.
Selain relawan pengajar, di tiap kelompok juga ditempatkan relawan fotografer
dan videografer yang bertugas mengabadikan event itu nanti.
Soal mengajar anak SD, aku sudah nggak terlalu worry.
Dulu sudah pernah, waktu diminta Evi mengajar mengarang pas pelajaran Bahasa
Indonesia untuk murid-muridnya di kelas IV. Dan tempo hari sudah lulus pula
ujian mengajar dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, yaitu mengajarkan sesuatu
yang aku belum tahu (puisi), sehingga harus memeras otak untuk nyari tahu dulu.
Tantangan untuk besok tanggal 14 adalah durasi dan
frekuensi. Biasanya aku mengisi acara ceramah atau diskusi hanya dalam satu sesi.
Maksimal tiga sesi sehari, itu pun disela jeda yang sangat panjang. Di SD
Ngaliyan 4 nanti, para pengajar harus menjadi guru selama satu hari penuh,
yaitu dari pukul 8 hingga 12, dan saling dirotasi di enam kelas yang ada di
sana.
Maka nanti kami akan mengajar gonta-ganti di enam
kelas itu. Berarti harus hemat energi dan tahu caranya mengatur tempo
permainan, eh... perpengajaranan. Apalagi dari pembekalan tadi disarankan untuk
nggak ragu mengajak anak-anak nyanyi dan joget-joget serta tepuk-tepuk. Kalau
nggak siap, masuk tepuk-tepuk di kelas ketiga, bisa-bisa langsung kena cedera
hamstring.
Anyway, di luar joget penguin dan yel-yelnya, Kelas
Inspirasi adalah sebuah acara yang sangat penting dalam pembentukan karakter
bangsa. Aku sudah merencanakan satu hal spesial yang akan kukerjakan bareng
(“kukerjakan bareng”, dan bukan hanya sekadar “kuajarkan” atau
“kuinspirasikan”) teman-teman kecilku itu nanti (dan “teman”, bukan “murid”).
Apakah itu? Tunggu saja tanggal 14 nanti...!
yang magelang, mana mas wien?
BalasHapus