Judul: Meniti BianglalaPengarang: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 202 halaman
Alih Bahasa: Andang H Sutopo
Cetakan: Ke-1 (April 2005)
Genre: Drama/fantasy
Harga: Rp 30.000
My Grade: B
Kematian merupakan suatu misteri yang tak akan pernah bisa terungkapkan. Masalahnya, orang yang udah sampai ke sana nggak bisa balik lagi ke sini untuk cerita-cerita. Kita yang masih ada di sini pun nggak bisa “piknik” ke sana untuk sekadar melihat-lihat situasi. So, sebuah buku yang bercerita tentang alam pascadunia (afterlife) pastilah amat mengasyikkan buat disimak sampe abis.
Buku yang asik itu berjudul Meniti Bianglala karangan Mitch Albom. Di negara asalnya, Amerika Serikat, buku ini berjudul The Five People You Meet in Heaven. Edisi terjemahan Bahasa Indonesia-nya pun memajang judul ini gede-gede, sehingga pembaca nggak bakalan langsung ngeh kalo judulnya di sini diganti jadi Meniti Bianglala.
Agak lain dari novel-novel konvensional, Meniti Bianglala justru diawali Mitch dengan bab yang berjudul Tamat. Inilah mungkin satu-satunya buku cerita yang justru dimulai dengan ending. At least ending kehidupan, karena abis itu kita disuguhi dengan paparan situasi alam kematian.
Tokoh utama buku ini adalah seorang kakek renta bernama Eddie. Dia bekerja sebagai tukang reparasi semua wahana permainan di Taman Bermain Ruby Pier. Pekerjaannya itu membuatnya kerap dipanggil dengan nama Eddie Maintenance oleh para pengunjung, terutama anak-anak.
Hari itu, persis saat ia berultah ke-83, Eddie meninggal saat mencoba menyelamatkan seorang gadis cilik yang nyaris tertimpa kabin jatuh dari wahana Freddy’s Free Fall. Tanpa pernah tahu apakah penyelamatannya berhasil atau enggak, ia keburu tewas dan berpindah ke alam kelanggengan.
Di sinilah semuanya dimulai.
Sesudah meninggal, arwah Eddie kemudian memasuki dunia lain yang ia nggak pernah tahu. Ia bangun di dalam sebuah cangkir teh dalam sebuah taman bermain. Taman itu amat mirip dengan Ruby Pier, tapi di sana ia sendirian dan merasakan badannya kembali segar seperti saat ia masih muda.
Sebelum menuju fase selanjutnya yang lebih tinggi, Eddie bertemu dulu satu demi satu dengan lima orang yang punya pengaruh penting dalam 83 tahun kehidupannya. Masing-masing akan memberinya pelajaran tentang lima hal berbeda yang membuka semua misteri kehidupannya dulu dan sekaligus memberinya bekal jiwa sebelum ia melangkah ke jenjang alam akherat berikutnya.
Yang pertama adalah Joseph Corvelzchik, manusia aneh berkulit biru dari pertunjukan The Curious Citizens di Ruby Pier. Dia meninggal gara-gara kecelakaan mobil setelah menghindari Eddie kecil yang berlari mengejar bola. Kemudian yang kedua adalah Kapten, atasan Eddie saat ikut berperang di Filipina.
Orang ketiga yang ditemui Eddie di alam baka adalah Ruby, pemilik pertama sekaligus pendiri Taman Hiburan Ruby Pier tempat Eddie dan mendiang ayahnya bekerja sebagai tukang reparasi wahana. Abis itu doi ketemu ama Marguerite, isterinya tercinta yang meninggal pada usia 47 tahun karena tumor otak.
Terakhir kali, ia bertemu dengan Tala, anak perempuan kecil yang gagal ia selamatkan dalam peristiwa kebakaran di Filipina. Insiden itulah yang kemudian merubah drastis hidup Eddie dan mengubahnya menjadi orang yang selalu merasa tak berguna dalam hidup.
Secara umum, Meniti Bianglala bukanlah novel remaja. Ini bukan novel genre teenlit tempat satu-satunya hal yang dipikirkan para tokohnya hanyalah bagaimana caranya kelak bisa jadian ama gebetan. Meniti Bianglala adalah bacaan dewasa yang menuturkan makna hidup dengan cara yang amat dewasa pula.
Membaca buku ini nggak akan bikin kita peduli pada plot, jalinan cerita, atau apakah ending-nya happy atau enggak. Yang terpenting adalah pesan dan pelajaran dari kelima orang yang ditemui Eddie di alam baka, karena pelajaran-pelajaran itu nggak cuman penting buat Eddie, melainkan buat kita semua.
Salah satunya yang terindah adalah pesan yang dikasih Joseph si Orang Biru. Doi bilang, tidak ada kehidupan yang sia-sia. Satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira bahwa kita hanya sendirian (hal 55).
Pada akhirnya, daya tarik utama Meniti Bianglala adalah penggambaran Mitch tentang alam baka. Tentu saja, semua yang dituturkannya di sini hanyalah hasil imajinasinya belaka. Namun sangat mengasyikkan membayangkan kemungkinan kita di sana bakal ketemu lima orang terpenting dari kehidupan kita dan ngasih tahu semua misteri yang terjadi pada masa kehidupan kita dulu.
Di negara asalnya sono, nama Mitch meroket setelah menulis novel berjudul Tuesdays with Morrie yang jadi best seller. The Five People You Meet in Heaven membuatnya kian melejit dan dianggap sebagai salah satu pendongeng terbaik pada abad ke-21 ini.
Buku-buku seperti inilah yang nggak cuman menghibur, melainkan juga mencerdaskan dan bikin kita selangkah lebih dewasa.
Buku itu menginspirasikan aku untuk menulis kembali. Dulu, waktu esde aku suka nulis puisi sampai es-em-pe. Dari tentang anjingku sampai perasaan jatuh cinta dikala puber pertama. Sampai aku membaca bukunya si Micth Albom ini (betul tidak nulisnya ?)--- aku memberanikan menekan-nekan tuts komputer untuk create blog sendiri dengan judul yang lumayan keren "meniti bianglala"
BalasHapusTernyata "orang mati" bisa juga "membangunkan" kita yang sudah "tidur panjang". Silahkan kunjungi blog saya :meniti-bianglala.blogspot.com