Today is my 38th birthday. Dan ingatanku jadi melayang balik ke setahun lalu, ketika pas tanggal 4 Mei 2007 aku menjalani hari ultah paling aneh yang pernah ada seumur-umur.
Seperti biasa, di keluargaku nggak pernah ada tradisi merayakan ultah pakai kegiatan yang macem-macem, apalagi sampai menyewa ballroom hotel berbintang cuman untuk niup lilin. Paling cuman ucapan dari keluarga dan teman terdekat.
Pagi itu, tepatnya hari Minggu, aku nggak punya rencana apapun. Di rumah saja main game sampai malem. Tapi kemudian Dewi Uji SMS, minta tolong dibantuin pindah kos. Trus aku tahu Okta juga dimintai tolong bantu-bantu angkut barang (waktu itu Okta dan aku belum jadian).
Aku jadi mulai curiga. Nggak ada hujan nggak ada angin tahu-tahu Dewi dan Okta ngumpul dan manggil aku ke sesuatu keperluan. Ada apa ini? Aku mencium adanya konspirasi yang nggak beres! Dan itu wajar karena nggak sampai sebulan sebelumnya, pas Dhiyan ultah ke-18, Okta menyiram anak itu pakai air akua dan air leding sampai basah kuyup dan kalang kabut kian-kemari melarikan diri!
Untuk mengintai situasi, aku ke Nino Laundry dulu di Durian Raya untuk masukin baju-baju kotor. Arah jalanku kan melewati kos Dewi di Grafika Raya, nggak jauh dari kantor kami di SMK 11. Pas kulewati, rumah kos itu sepi biasa-biasa saja. Tapi aku tetep curiga, jangan-jangan semua orang bersembunyi di dalam nyiapin surprise party buatku.
Di Nino, aku ketemu Sam, dan ngobrol agak lama. Pikirku, kalau di sana kumpul banyak orang, biar mereka bosen karena aku nggak datang-datang. Lalu Dewi nelpon, nyuruh aku cepet-cepet datang. Yang aneh, kok dia ngomongnya pake bisik-bisik? Wah, aku jadi makin suspicious. Cuman karena nggak punya alasan lain lagi untuk berkelit, aku terpaksa balik lagi ke Grafika Raya.
Sampai di sana , untuk berjaga-jaga, aku hentikan motor jauh di seberang jalan, lalu SMS Dewi bahwa aku sudah sampai. Aku takut kalau misalnya aku nekat ketuk pintu, dua makhluk aneh itu tahu-tahu menyiram aku pakai air seember sambil berteriak, “Happy biiiiirthdaaaaay….!”
Untungnya ternyata enggak. Dewi emang beneran pindah kos, mau pindah ke rumah Pak Djoko Wasono di Puri Asri Perdana, persis di belakang SMK 11. Dan barang-barang bawaannya luar biasa buanyak. Aku kebagian bawa carrier yang guedenya minta ampun. Jelas repot bin menggeh-menggeh! Namanya bukan pendaki gunung, baru kali itu aku kenalan dan sekaligus ngangkut carrier.
Setelah selesai pindahan, kami makan siang di Tahu Campur Lamongan di Ngesrep. Lalu aku nyadar keparanoidanku tadi cuman hasil dari imajinasiku yang terlalu ngawur. Mereka nyantai-nyantai aja kok. Bahkan nggak ada yang menyadari bahwa hari itu aku ultah.
Tapi gara-gara pikiran udah kadung nggak konsen duluan, aku nggak konsen juga di jalan. Selesai makan, pas mau memutar balik menuju ke Banyumanik, aku keserempet motor dan sukses nJengkelit (tahu nJengkelit?). Untung aku nggak apa-apa, cuman kaget tok.
Habis makan, kami nongkrong di kos baru Dewi sambil nunggu Marsha yang katanya mau datang sambil bawa donat bikinannya. Tapi tunggu punya tunggu, anak itu nggak datang-datang juga sampai jam setengah tiga.
Pada saat itu pikiranku sudah parno lagi. Takutnya karena ngumpul lama, mereka akhirnya jadi tahu aku ultah, dan lantas bikin ulah yang aneh-aneh. Apalagi kalau, tanpa bilang-bilang lebih dulu, mereka tahu-tahu melempar aku pakai telur atau menyiram aku pakai air. Maka saat itu aku jadi mirip tentara komando yang serba peka gerakan sekecil apapun. Ke mana mereka bergerak, terutama Okta, selalu kuawasi dengan sorot mata waspada.
Meski so far tetap nggak terjadi apa-apa, aku yakin rahasiaku cepat atau lambat pasti akan terbongkar juga. Daripada terus-terusan curiga dan parno, aku cabut sekitar jam tigaan, begitu kulihat langit agak mendung. Pas pergi meninggalkan tempat itu, rasanya aku baru saja bisa meloloskan diri dari kamp konsentrasi Nazi dengan selamat…!
Nah, sesampainya di rumah baru dugaanku terbukti. Dewi dan Okta sama-sama SMS ngucapin met ultah. Rupanya, pas duduk-duduk ngobrol berdua, baru Dewi ingat hari itu aku ulang tahun. Langsung lega. Untung tahunya sesudah aku minggat dari sana , hehe…!
Sekarang, kalau Okta dan aku ingat kembali kejadian itu, rasanya jadi geli pol. Okta selalu bilang, “Pantes waktu itu kamu kelihatan gelisah banget. Ke mana aku pergi, kamu selalu ngikut dengan siaga satu…!”
jadi mana skrinsut okta? *wink wink*
BalasHapusKemaren di Panti Ikhlasul Amal dah gak gelisah keknya...
BalasHapusDah mudeng sikon..
eksperien is nde bes ticer lah...
Lha terus mangane kapan?
BalasHapusdidut: skrinsut okta adalah hak eksklusif pandorabox, hehe...!
BalasHapuslutfi: yak. betul!
bulan: lha terserah OD nraktire kapan...