scribo ergo sum

Minggu, 26 Maret 2006

Dari Sweeping Hingga Set Meter

12:47 Posted by wiwien wintarto No comments

Saat bicara tentang acara-acara berbagai stasiun televisi, kita selalu menyebut pula kata “rating”. Sinetron atau acara kuis tertentu dikatakan memiliki rating tinggi, yang berarti sangat populer karena disaksikan oleh banyak pemirsa. Programa dengan rating tinggi, seperti serial Si Doel Anak Sekolahan, Hidayah, atau reality show AFI, dengan sendirinya akan menarik begitu banyak pemasang iklan untuk antre mengisi slot yang tersedia dengan harga mahal.
Meski diperbincangkan banyak kalangan, mulai akademikus, wartawan, hingga masyarakat awam, namun rating televisi masih merupakan sebuah misteri besar. Bagaimana angka rating tersebut dihitung? Dan dengan cara survey yang seperti apa sehingga satu programa dinyatakan memiliki rating tinggi sedang programa lain harus di-cancel karena mempunyai rating rendah?

Sebagaimana elemen-elemen lain dalam dunia layar gelas, pengukuran rating programa televisi berdasarkan jumlah pemirsa juga dimulai dari negara Paman Sam, Amerika Serikat. Pengukuran ini dikerjakan oleh sebuah perusahaan riset media yang bernama Nielsen Media Research (NMR).
Perhitungan rating yang dilakukan NMR di AS disebut dengan istilah Cume Rating atau Reach. Cume Rating mengukur jumlah pemirsa tertentu secara khusus atau jumlah household (rumah tangga) yang menyaksikan suatu acara TV dalam periode waktu tertentu dalam sepekan.
Cume sendiri dinyatakan dalam persentase, yang didapat dengan membagi jumlah rumah tangga yang menonton acara tersebut dengan estimasi jumlah rumah tangga secara keseluruhan di seantero AS. Penghitungan ini dilakukan dengan perkiraan bahwa satu rumah tangga memiliki satu pesawat TV.
Dengan perhitungan seperti itu, NMR setiap pekan mengeluarkan daftar programa-programa terpopuler yang ditayangkan jaringan-jaringan TV nasional di AS. Daftar ini memiliki kadar keabsahan yang sama tinggi dengan daftar mingguan majalah Billboard (Top 40) untuk dunia musik dan daftar Box Office yang dirilis Exhibitor Relations untuk dunia film.
Lalu acara apa yang di Amerika kini tengah tampil sebagai programa yang paling populer dan paling digemari? Kalau Anda menyebut American Idol, tebakan Anda tepat 100%. Acara reality show dengan format kontes bakat menyanyi yang disadur dari programa asal Inggris, Pop Idol, itu memang tengah mengalami masa keemasaannya justru bukan di negara asalnya sendiri.
Tidak hanya sukses mengangkangi tempat pertama, American Idol juga menduduki tempat kedua sekaligus. Kok bisa? Tak lain karena jaringan TV Fox menayangkan programa ini dua kali dalam sepekan, yaitu tiap Selasa pukul 20.00 waktu setempat dan tiap Rabu pukul 21.00.
American Idol Selasa menguasai peringkat pertama dengan perolehan angka rating 19,2%. Ini berarti acara yang mempopulerkan nama Kelly Clarkson, Ruben Studdard, dan Clay Aiken tersebut disaksikan tak kurang dari 21,1 juta rumah tangga di seluruh AS saat ditayangkan. American Idol Rabu menguntit di tempat kedua dengan rating 15,9% (17,6 juta rumah tangga).
Popularitas luar biasa yang diraih acara itu tak lepas dari keunikan dewan juri yang terdiri atas para pribadi yang amat bertolak belakang. Banyak pengamat menilai, penunjukan Randy Jackson, Paula Abdul, dan Simon Cowell sebagai anggota tetap dewan juri menjadi kunci sukses kecemerlangan American Idol.
Jackson yang kritis dan objektif, Abdul yang lembut dan penuh empati, serta Cowell yang nyinyir dan bermulut pedas adalah kombinasi yang sempurna untuk memberikan pemirsa tontonan ekstra selain penampilan para kontestan sebagai suguhan utama. Ketiganya kadang bahkan terlibat dalam perdebatan sengit menjurus emosional yang membuat acara tersebut memanas dan kian menarik untuk terus diikuti sebagaimana serial opera sabun.
Jika pencapaian ini bisa dipertahankan hingga akhir musim tayang 2005/06 ini, American Idol berarti akan mempertahankan prestasi serupa yang diraih musim 2004/05 lalu. Saat itu, American Idol berhasil mencuat sebagai programa terpopuler menggeser serial CSI: Crime Scene Investigation milik stasiun TV CBS yang keluar sebagai “juara” selama dua musim berturut-turut.
Programa-programa populer lain yang berhasil masuk daftar 10 besar rating NMR adalah serial Desperate Housewives (ABC) di peringkat ketiga dan CSI: Miami (CBS) di tempat keempat. Siaran berita 60 Minutes yang tayang di CBS menduduki peringkat kelima dan menjadi satu-satunya news program yang berhasil menembus dominasi acara-acara hiburan dalam daftar Top Ten.
Serial populer keluaran ABC, Lost, yang tahun ini merebut Golden Globe untuk kategori Serial Drama Terbaik, harus puas berada di tempat kesepuluh dengan perolehan rating 9,7%. Di Indonesia pun, Lost tidak berhasil meraih rating setinggi pendahulunya, Desperate Housewives, yang sama-sama tayang di Indosiar.
NMR sendiri memperoleh angka rating tersebut dengan dua metode. Pertama, mereka mengirimkan catatan aktivitas menonton yang disebut diary kepada pemirsa-pemirsa yang dijadikan responden survey. Dalam diary ini, pemirsa harus menuliskan acara-acara apa saja yang mereka saksikan sepanjang pagi hingga tengah malam.
Sesudah selesai, NMR akan mengumpulkan kembali diary-diary tersebut untuk dikalkulasi. Pengumpulan dilakukan mulai dari Pantai Timur dan di-sweeping secara menyeluruh hingga ke Pantai Barat. Itulah sebabnya metode survey dengan pengiriman dan pengumpulan diary biasa disebut juga dengan istilah Sweep.
Sedang metode kedua adalah menggunakan Set Meter, yaitu sebuah komputer mini yang dipasang di pesawat-pesawat TV tertentu. Set Meter merekam aktivitas televisi termasuk kanal-kanal dan acara-acara apa saja yang ditonton dalam sehari. Secara otomatis, rekaman aktivitas tersebut ditransmisikan rutin tiap malam ke database NMR yang berlokasi di Oldsmar, Florida.
NMR mulai melakukan penghitungan rating sejak tahun 1950. Dalam musim pertamanya, 1950/51, programa yang berhasil tampil sebagai tayangan terpopuler adalah Texaco Star Theater milik NBC. Sedangkan acara yang paling lama meraih angka rating tertinggi adalah serial All in the Family (CBS), mulai musim 1971/72 hingga 1975/76 atau selama lima musim berturut-turut.
Meski menjadi standar patokan utama para pemasang iklan, rating hitungan NMR dikritik karena terlalu berkonsentrasi ke televisi rumah tangga. Pesawat TV di asrama mahasiswa, terminal bus, stasiun KA, kafe, dan tempat-tempat umum lainnya tak masuk hitungan, padahal di tempat-tempat itu pemirsa dalam jumlah besar bisa dikumpulkan dalam “sekali gebrak”.
Salah satu contoh, kafe dan resto-resto di sini ketika nanti Piala Dunia 2006 di Jerman mulai digulirkan…


(Dimuat bulan Maret 2006 di rubrik hiburan Suara Merdeka Edisi Minggu)

0 komentar:

Posting Komentar